ERAMADANI.COM, DENPASAR – Ustadz Fadhlan Garamatan, Da’i asal Papua Menceritakan kisah dakwahnya di tanah Papua.
Senin (16/9/2019) kemarin diselenggarakan kegiatan Safari Dakwah Road To Amazing Muharram #8 Bali berlokasi di Masjid Muhammad Jalan Imam Bonjol Denpasar mulai dari pukul 19.00 wita s.d selesai.
Pembicara dalam kegiatan Safari Dakwah ini ialah Ustadz Fadlan Garamathan (Dai Inspiratif Pedalaman Papua) dan Ustadz Fatih Karim (CEO Cinta Quran Group / Narasumber Acara Damai Indonesiaku Stasiun TV One).
Acara tabligh akbar ini dihadiri ratusan umat Muslim dari generasi millenial hingga para orang tua. Jamaah Tabligh Akbar sudah berkumpul sejak pukul 17.00 WITA dengan memarkir kendaraan roda dua dan roda empat di areal Masjid.
Ustadz Fadlan membawakan tema mengenai asal muasal dakwah Islam di Nuu War menuju kebangkitan Islam di Indonesia. Ustadz Fadlan menyinggung mengenai kebangkitan Islam sebelum memulai topik utama. Kebangkitan Islam saat ini bukan berasal dari Timur Tengah yang sudah terpecah belah.
Kebangkitan Islam ada di Indonesia. Sebabnya penduduk di Indonesia merupakan penduduk dengan mayoritas muslim nomor satu di dunia.
Data dewan masjid Indonesia tercatat ada 800 masjid, 100.000 masjid belum terdata, pondok pesantren ada 32.000, ada 16.000 majelis taklim dan 12.000 ormas Islam.Namun hingga detik ini kebangkitan islam belum begitu terasa. Penyebabnya ada berbagai faktor yang begitu mengelus dada.
“94% muslim Indonesia tidak bisa membaca Al Quran,selain itu suka tidak suka ada 126 aliran sesat yang tumbuh,7 orang mengaku titisan malaikat,belum lagi penyakit sosial seperti LGBT, liberalisme, hedonisme, dan paham komunisme yang terpelihara”, kutipnya.
Lanjut Ustadz Fadlan, penyebab Islam tidak bangkit bukanlah karena Departemen Agama tidak bergerak. Secara organisasi sudah ada Nahdlatul Ulama,Muhammadiyah,PPersis dll namun belum maksimal.
“Islam di Indonesia belum saling menyatukan pikiram. Dakwah hanya tersentralisasi di perkotaan” imbuhnya.
Sejarah Masuknya Islam di Bumi Papua
Sejarah masuknya Islam pertama kali di Papua hampir jarang diungkap di sejarah Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia menganggap bahwa Bumi Papua hanya didiami umat Nasrani saja.
Padahal proses masuknya Islam di Papua tercatat pada tanggal 17 Juli 1224 Masehi oleh Raja Iskandar Syah dari Kerajaan Samudra Pasai di Bumi Serambi Mekah.
Sebagian penganut sufi di Papua berkeyakinan bahwa Islam berada tumbuh dan berkembang bersama masyarakat Nuu War (Papua) telah lama berabad-abad.
Raja Iskandar Syah memberikan petuah kepada Kepaa Suku Raja Mes atau Mesia Raja Kris Kris (Raja Patipi) “jika mau hidup makmur, sejahtera dan bahagia/senang maka kenallaah Alim Lam Lam Ha Mim Ha Mim Dal”, yang berarti menyimbolkan Allah Subhana Wa Ta’ala dan Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam.
Kerajaan Islam di Papua
Di Papua ada 12 kerajaan Islam yang pernah menuliskan sejarah emas islam di bumi cendrawah. Diantaranya Kerajaan Patipi dengan raja pertama raja Ismaila, kerajaan Furwagie dengan raja pertama Ibrahim Bauw, Kerajaan Fatagar dengan raja pertama raja Uswanas, kerajaan Ati-ati dengan raja pertama raja Bay.
Selanjutnya Kerajaan Sekar dengan raja pertama raja Rumagesan, kerajaan Wertuar dengan raja pertama Heremba, kerajaan Waraguri dengan raja pertama raja Paus-paus, kerajaan Komisi dengan raja pertama Aituaraw, kerajaan Raja Ampat dengan raja pertama raja Fan Giwar.
Kerajaan No Wake dengan Raja Pertama Raja Asso, Kerajaan Kofia dengan raja pertama Gebesye, dan kerajaan Waewiri dengan raja pertama Rumbewas.
Petualang Ibnu Batuta pernah tiba di Merauke pada tahub 1517 Masehi. Barulah pada tanggal 5 Februari 1555 masehi pendeta Otto dan Geisier ditemani Sultan Tidore menginjakkan bumi Papua dan mulai menyebarkan paham Gospel.
Nama klasik Papua adalah Nuu War (Irarutu) yang berarti negeri yang menyimpan jalan rahasia atau pulau awal belahan dunia. Penyebutan kata Papua sebenarnya berasal dari bahasa Tidore yang artinya saudara tuaku yang jauh.
Bangsa Portugis ketika menjajah negeri ini menyebut nama papua yang berarti hitam gelap. Dalam bahasa Belanda Papua berarti hitam.
Mulai Dakwah Dengan Pendekatan Lewat Islam Rahmatan Lil Alamin
Saat kuliah di Makassar Ustadz Fadlan pernah dianggap bukan seorang Muslim oleh dosen dan rekan kampusnya.
“Sampai pada akhirnya saya dites oleh dosen membaca Al Quran. Dari 42 mahasiswa saya yang paling baik diantara 7 orang. Papua sudah dikondisikan sebagai mayoritas umat non muslim padahal sejarah tidak begitu” katanya
Pernah memberikan mendakwahi seorang pendeta bernama Alfon hingga akhirnya satu keluarga memeluk ajaran Islam. Meski aksinya dianggap “berbahaya” olrh sebagian misionaris.
Ia pernah di bui 6 bahkan 9 bulan lamanya karena berdakwah.
“Sempat dilempar tombak dan menancap di paha kaki hingga berdafah oleh kepala suku. Tapi saya mengingat dakwah Rasullullah yang berdarah-darah dilempar batu.Disini ghirah saya semakit kuat” imbuhnya.
Paling unik berdakwah dengan tetua adat dan warga papua dipedalaman perbukitan.
Ustadz Fadlan memberikan cara mandi yang benar dengan memberikan bantuan sabun dan pembersih rambut
“Tetua adat sangat senang kami ajak mandi dengab menggunakan sabun dan cairan pembersih rambut. Ia seumur hidup baru mengetahui aroma harum wangi alat mandi. Gara-gara ini
Tetua ada memeluk muslim diiringi oleh ribuan anggota suku lainnya bersyahadat. Saya dan para daeng lansung bersyukur kepada Allah swt” kenangnya.
Urgensi Hijrah
Ustadz Fatih Karim menutup penghujung Tabligh Akbar dengan mengajak Umaf Muslim kembali ke Al Quran sebagai pedoman hidup
“Jadikan Al Quran GPS dalam hidup untuk menentunkan pedoman baik buruk kehidupan. Jangan tempatkan Al Quran dibelakang agar tak salah arah” tuturnya. (HAD)