ERAMADANI.COM, BULELENG – Kamis (19/09/2019) lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Buleleng melakukan pengiriman bantuan air bersih bersama Aksi Cepat Tanggap ( ACT ) – Masyarakat Relawan Indonesia ( MRI ) Bali.
Bantuan Air Bersih yang yang dikerjakan bersama BPBD Buleleng ini merupakan salah satu program dari ACT – MRI secara nasional, khususnya di Bali untuk masyarakat Desa Sawan, dan Desa Julah, Buleleng. Dipertimbangkan karena lokasi tersebut dinilai terdampak kekeringan.
Bantuan air yang diterjunkan ke lokasi kekeringan sampai saat ini sebanyak 10.000 liter. Hal itu menimbang karena keterbatasan armada yang siap diterjunkan ke lokasi terdampak.
“Pemberian 10.000 liter air ini merupakan langkah awal dari target kami sebanyak 75.000 air. Insya Allah kami siap menyelesaikan target air bersih tersebut.” Ujar Almada, Ketua MRI Buleleng.
Secara nasional, pengiriman bantuan air bersih diluncurkan serentak hari itu dilakukan di 34 Cabang Aksi Cepat Tanggap – Masyarakat Relawan Indonesia di berbagai provinsi dan kabupaten.
Bantuan Air Bersih Secara Gotong Royong
Dalam proses pengerjaannya, ada beberapa mitra ACT-MRI pun turut membantu yaitu, PT Sri Dewi Baruna, Yanti Wongso, Mulia Infaq Club (MULIC), Khadeeja Syar’i Moeslam Store, White Car Community (WCC) Bali Chapter, dan YNCI (Yamaha Nmax Club Indonesia) Denpasar Bali Chapter.
“Kami dari perwakilan BPBD Buleleng berterima kasih kepada Aksi Cepat Tanggap – Masyarakat Relawan Indonesia Bali. Semuanya sudah melakukan kerjasama ini, semoga kedepannya bisa berjalan lebih baik”, Ungkap Kepala Ketua BPBD Bueleleng.
Putu Swastika, salah satu warga Buleleng pun menyampaikan apresiasi senada pada lembaga kemanusiaan tersebut atas bantuan yang telah diterimanya kepada wartawan kami.
Atas dasar musibah tersebut, BMKG pun menghimbau kepada pemerintah daerah dan warga terdampak untuk mewaspadai datangnya kekeringan.
Dampak kekeringan berakibat buruk pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. Hal tersebut menyebabkan kelangkaan air bersih, dan peningkatan potensi kebakaran.
“Selain itu monitoring terhadap perkembangan musim kemarau menunjukkan berdasarkan luasan wilayah. 37 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau dan 63 persen wilayah masih mengalami musim hujan.”, menurut pernyataan BMKG. (RIE)