ERAMADANI.COM, DENPASAR – Jum’at (11/10/2019) malam ba’da Isya kemarin, sekumpulan muda dan mudi yang tergabung dalam komunitas Safari Masjid Bali (SMB) menyelenggarakan kajian rutin perdana.
Kajian ini digelar di Musholla Al-Ikhlas Astamara, Jalan Gunung Ringin Raya Gang II, Monang-Maning, Denpasar.
Acara ini dibuka dengan bacaan basmalah yang dipimpin oleh pengurus SMB yang menjadi Master of Ceremony (MC) dalam kegiatan tersebut
“ini adalah kegiatan kajian perdana SMB dan berharap ini menjadi agenda rutin SMB kedepannya, dengan pemateri yang berbeda atau lokasi yang berbeda pula”, Jelas MC yang juga merangkap sebagai sekretaris SMB tersebut.
Kajian ini mengusung tema “Membongkar Keimanan Kita”. Untuk membahas tema tersebut, SMB menggaet Ustadz Arif Marsudi sebagai fasilitator kegiatan. Arif Marsudi sendiri merupakan warga lokal sekitar masjid yang selama ini berkiprah di lembaga sosial Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bali.
Arif Marsudi sendiri cukup lumrah menjadi fasilitator kegiatan kepemudaan Islam di beberapa Masjid di Denpasar. Kerap kali dirinya membawa materi seputar kepemudaan dan masalah remaja sehingga membangkitkan semangat anak muda dalam berIslam dalam aktivitas apapun.
Konsep Diskusi Komunitas Safari Masjid Bali

Sesuai temanya yang mengangkat soal keimanan, penyampaian Arif Marsudi menggiring peserta kegiatan hingga kebingungan dalam mempertanyakan keimanannya masing-masing.
Metode dialog dua arah yang dipraktekkan dalam kajian ini menggugah peserta untuk lebih aktif dalam kajian.
“Saya senengnya metode dialog ini, jadi yang pinter yo nggak gurunya aja. Peserta juga harus pinter menanggapi dan mengembangkan ilmu dari gurunya, biar kalo gurunya salah, peserta bisa mengingatkan”, Ujar canda Arif di sela kajian itu.
Setidak-tidaknya terdapat tiga buah poin penting yang disampaikan Arif Marsudi malam itu. Tiga poin tersebut merupakan fondasi keyakinan yang membedakan orang Islam beriman dengan orang Islam biasa maupun non-Islam.
Tiga poin tersebut terjabarkan dalam Surah An-Nas 1-3 :
- قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, - مَلِكِ النَّاسِۙ
Raja manusia, - اِلٰهِ النَّاسِۙ
Sembahan manusia,
Kajian secara khusus menjabarkan pemahaman tentang tiga sifat Tuhan dari tiga ayat tersebut.
Yang pertama dari ayat pertama yaitu meyakini Allah sebagai Robb kita, atau yang memiliki sifat maha segalanya termasuk menciptakan. Sehingga sadar bahwa kita hanyalah mahkluk yang diciptakan. Mahkluk yang dibuat oleh zat yang lebih besar kuasanya.
Yang Kedua meyakini Allah sebagai Malik, atau penguasa (raja). Sehingga selain yakin bahwa kita hanyalah mahkluk yang diciptakan, maka kita yakin juga bahwa kita diciptakan bukan tanpa alasan. Tanpa ada maksud dan tujuan.
Maka dari itu Allah menurunkan kitab suci Al-Qur’an dan Nabinya sebagai pemberi informasi tentang apa yang harus dikerjakan oleh kita. Sebuah petunjuk manual yang harus kita kerjakan sebagai bentuk kepatuhan kita atas zat yang menciptakan kita.
Yang ialah meyakini Allah sebagai illah, yang patut satu-satunya sesembahan. Sebuah keyakinan yang mengkontrak manusia agar memfokuskan sesembahannya terhadap satu wujud zad yang tidak bisa di “materi” kan, Serta menjadikannya satu-satunya tempat berharap dan berlindung.
Tingkat pemahaman manusia atas tiga konseo diatas adala pembatas yang membedakan orang beriman dan tidak beriman. Orang yang sadar bahwa dirinya hanyalah mahkluk ciptaan, yang harus mengikuti kemauan pencipta, dan mengerahkan setiap hidupnya untuk berbadah pada pencipta tersebut.
Implementasi Keimanan Manusia
Manusia yang mengaplikasikan tiga konsep diatas dalam hidupnya niscaya diberikan ketenangan di tengah karunia maupun musibah apapun dalam hidupnya. Pribadi yang selalu sadar bahwa tiap pencapaiannya hanyalah titipan yang tak pantas dibanggakan apalagi disombongkan, dan semua cobaan yang diterima pasti ada imbalannya jika dihadapi dengan ikhlas.
Salah satu contoh kasus kisah nyata yang diceritakan oleh ustadz Arif adalah mengenai jodoh. Ia mengatakan jodoh itu akan datang jika memang diniatkan untuk menjaga dari hal yang tidak diinginkan.
“Allah telah atur semuanya, gausah banyak mau, yang penting diri sendiri mau perbaiki diri dan tawakkal, niscaya yang terbaik sudah Allah siapkan untuk kita”. Tambah Arif.
Arif menceritakan bahwa kisah pernikahan dirinya dilakukan hany dengan modal Bismillah. Semua modalnya datang dari arah yang tidak dia duga-duga.
Beliau berpesan agar kita semua tidak usah berlarut dalam kesedihan atau keputus-asaan. Orang yang sadar akan eksistensi Allah dalam hidupnya maka akan ridha memahami bahwa setiap masalah pasti Allah ciptakan untuk mendewasakan diri dan ada solusinya.
“Serahkan pada Allah dan Bismillah….”, Ujarnya.
Kajian ini di support oleh komunitas Fotografer Muslim (FM), Mutlu Shoes Clean, serta Era Madani sendiri sebagai media partner.
Selanjutnya kajian ini akan terus berlanjut dan informasinya akan dibagikan secara resmi melalui Instagram SMB di @SafariMasjidBali. (TAG)