ERAMADANI.COM, NEGARA – Sabtu (09/11/2019) hari ini, dalam rangka peringati Maulid Nabi Muhammad SAW. Komunitas Muslim di Bali mengelar tradisi arak-arakan Male.
Tepat di kawasan Masjid Agung Baitul Qadim Kecamatan Loloan Timur, Kabupaten Jembrana, Bali.
Arak arakan Male merupakan seni menggunting hiasan kertas, yang biasanya berbentuk bunga, sehingga namanya menjadi Bunga Male. Ada sekitar 25 Male untuk tahun ini.
Acara ini dilakukan setiap tahunya, tepat pada bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan istimewa bagi kalangan umat muslim, kenapa dikatakan Istimewa?
Karena bulan tersebut manusia terbaik, hamba dan utusan Allah termulia dilahirkan di dunia, pada 1400 abad yang lalu, tepatnya pada hari Senin 12 Rabiul Awal 576 M.
Ia bernama Muhammad, manusia utusan penutup para nabi, yang dilahirkan ditanah Makkah, dari pasangan Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah Radliya Allahu ‘anhuma.
Perayaan Maulid Nabi
Setiap tahun hari kelahirannya dirayakan oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia, beragam acara dilakukan guna memperingati hari istimwa tersebut.
Bahkan, hukum merayakan maulid bisa menjadi wajib bila menjadi sarana dakwah yang paling efektif untuk mengimbangi acara-acara yang membahayakan moral bangsa
Peringatan Maulid Nabi Muhammad pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayyubiyah. Salahuddin merupakan jenderal dan pejuang Muslim Kurdi yang berasal dari Tikrit, Irak.
Keberaniannya dalam memimpin perang ketika itu dikenal oleh berbagai kalangan, baik kawan atau lawan. Saat itu, Salahuddin sedang berperang menghadapi Pasukan Salib yang berasal dari seluruh Eropa.
Pasukan Salib tersebut dipimpin oleh Richard yang dikenal dengan sebutan Si Hati Singa. Salahuddin menyiapkan pasukannya, sambil menceritakan kembali riwayat Nabi Muhammad SAW.
Kisah Nabi Muhammad SAW dan perjuangannya dalam membela agama Allah sangat banyak dan perlu diteladani. Terutama, perjuangan saat Rasul dan pasukannya berperang melawan musuh Allah.
Peperangan yang dilakukannya untuk menegakkan agama Allah dan mempertahankan diri. Tujuh perang besar yang diikuti Rasulullah, yaitu Perang Badar, Uhud, Ghatafan, Khandaq, Khaibar, Mu’tah, dan Hunain.
Setelah menceritakan kisah-kisah Rasulullah SAW, Salahuddin menjadikan kegiatan tersebut sebagai sarana untuk mengobarkan semangat juang dan berkorban untuk menyelamatkan umat Islam.
Cerita ini dijadikan batu lonjatan untuk semangat dalam membela kebenaran, serta sikap rela berkorban yang mesti di terapkan oleh umat Rasul.
Setelah menceritakan kisah tersebut kepada pasukannya, ia kemudian berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem dengan mengalahkan pasukan Salib.
Setelah perang tersebut, peringatan Maulid Nabi Muhammad kemudian diselenggarakan pula oleh penguasa Islam di Timur Tengah.
Rangkaian Acara Arak Arakan Male
Dalam memperingati Maulid Nabi tahun ini, Komunitas Muslim Bali merayakannya dengan arak arakan male di sepanjang jalan Gunung Agung Loloan, diiringi Pencak Silat Putra Melayu dan Hadrah Assyidiqi
Diselangi pembacaan Berzanji, yang merupakan doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang dilafalkan dengan suatu irama atau nada yang biasa dilantunkan.
Doa yang dilafaskan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan maulid Nabi Muhammad saw, yang berisi kisah tentang kehidupan Muhammad.
Doa ini diucapkan secara berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Kemudian ada prosesi pemotongan rambut bayi oleh sesepuh dan tokoh di Loloan, kemudian Ambur Salim merupakan acara yang menghamburkan beras kuning yang tersedia didalam mangkok yang juga sudah berisikan uang logam.
Ambur salim sendiri merupakan tradisi yang memberikan pertanda bahwa proses menggunting rambut sang bayi telah selesai.
Selain itu, adanya pembagian Male, ceramah maulid, memandikan bayi, yang dilakukan oleh orang tua bayi setelah potong rambut di rumah masing -masing.
Dari rangkaian acara maulid nabi tersebut, Kampung Loloan Jembrana menjadi bukti toleransi umat beragama di Pulau Bali sejak dulu.
Bahkan, keberadaan kampung muslim yang satu ini, dapat ditelusuri sejak 400 tahun lalu. Keberadaan kampung ini tidak lepas dari kedatangan suku Bugis dan Melayu yang datang ke Pulau Dewata. (HAD)