ERAMADANI.COM, GIANYAR – Madrasah Tsanawiyah Hidayatullah Denpasar gelar kegiatan Malam Bina Iman dan Takwa ( MABIT ) kepada santri putranya di Kabuaten Gianyar.
Mangambil momen dimana siswa berakhir pekan panjang, Sekolah yang menampung para santri putra tersebut menggiring anak didiknya tuk isi liburan dengan hal bermanfaat.
Berbeda dengan kegiatan belajar-mengajar biasanya, kali ini kegiatan pun dilakukan di titik lokasi yang jauh dari riuh ramainya kota. Lokasi tersebut sangat tepat untuk memberikan pembinaan dan pelatihan mental serta spiritual terhadap santri.
Peserta kegiatan terdiri dari kurang lebih 90 santri putra MTs Hidayatullah. Mereka merupakan gabungan siswa kelas 7, 8 dan 9. Lokasi kegiatan bertempat di Villa Saba, Gianyar, Bali.
“Ini tujuannya untuk memberikan suasana baru dalam belajar setelah mengikuti berbagai kegiatan belajar di sekolah”, Jelas Ustadz Samsul selaku pendamping santri pada kegiatan tersebut.
“Penyelenggara berharap agar santri tidak merasa bosan dalam belajar agama, melatih kemandirian untuk belajar, dan melatih dalam spiritual atau beribadah”, tambah Ustadz Lukman Hakim selaku kepala sekolah pondok pesantren dalam kota tersebut.
Rangkaian Kegiatan MABIT
Hari Pertama
Kegiatan ini berlangsung dari Jum’at (08/11/2019) hingga Sabtu (09/11/2019). Dimulai dari keberangkatan pukul 13.10 Wita atau ba’da sholat Jum’at, para santri sudah siap-siap untuk mengikuti kegiatan.
Terhitung ada 4 mobil angkutan dan 3 mobil sedan yang ikut menghantar para santri ke tempat pembinaan. Sudah pasti metode pemberangkatan tersebut ialah metode yang di favoritkan santri.
Mereka diasyikkan dalam perjalanan mulai dari cengkrama bersama pada jam-jam pertama hingga tertidur sebelum sampai di lokasi Mabit. Setelah sampai sekitar pukul 15.00 Wita para santri bersiap untuk melakukan agenda yang dimulai dengan sholat ashar berjamaah.
Sholat pun dilanjutkan dengan rangkaian agenda tadarus dan wirid bersama-sama untuk memperkuat hafalan mereka.
Kegiatan ini mengambil tema mewujudkan siswa yang “Berkarakter Qur’ani Dalam Menghadapi Industri 4.0”
TAUSYAH

Dengan tema yang diusung diatas, Ustadz Samsul Arifin membahas terkait pemuda sebagai generasi pejuang islam di era millenial dalam tausyiahnya.
Tentunya peran pejuang dalam tak dapat diraih jika generasi muda tidak sebanyak-banyaknya mencari ilmu pada usia belia, usia ketika kepala masih segar dalam menerima pemahaman baru.
“Ada pepatah mengatakan, belajar dimasa muda bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar dimasa tua, bagaikan menulis diatas air.” Papar tausyiahnya.
Perumpamaan inilah yang memberikan gambaran agar anak-anak santri lebih banyak belajar dan memanfaatkan masa emasnya sebagai anak muda.
Selanjutnya sebelum istirahat malam, selaku kepala sekolah, Ustadz Lukman Hakim memberikan renungan dan muhasabah kepada santri agar mengingat dan mendoakan orangtuanya masing-masing.
Terakhir dilanjutkan dengan doa dan wirid malam sebelum tidur yang dipimpin oleh salah seorang santri.
Hari Kedua

Di hari kedua para santri diarahkan untuk melakukan kegiatan seperti biasa di pondoknya. Pukul 3.50 Wita para santri dibangunkan untuk bersegera melakukan sholat tahajjud dan wirid bersama di Pendopo.
Setelah wirid selanjutnya diarahkan untuk bersiap-siap untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Dilanjutkan dengan sedikit tausyah dari ustadz Pendamping untuk mengawali pagi.
Namun tampaknya para santri masih saja mengantuk, akhirnya para pandu santri memberikan sedikit pemanasan agat tidak mengantuk.
Selepas kajian sampai pukul 06.00 Wita para santri bersiap-siap untuk sarapan pagi. Sekitar 06.30 Wita sarapan sudah siap dihidangkan dan segera disantap. Dengan lauk ayam, sayur, serta lauk pauk lainnya yang melimpah membuat para santri merasa menikmati sarapan paginya.
Hingga akhirnya dilanjutkan dengan agenda berikutnya yakni olahraga dan latihan ketangkasan di pinggir pantai. Dengan arahan dari tim pandu, para santri dengan kompaknya berjalan kaki hingga kepantai yang jaraknya tak jauh dari lokasi pembinaan.
Sudah pastinya pula bahwa kegiatan ini menjadi sesi unggulan yang paling digemari santri. Momen dimana mereka dapat menapaki pasir pantai pagi bersama kawan-kawan seperjuangannya dalam menuntut ilmu.
Tiba akhirnya semua peserta pembinaan atau santri melakukan latihan di pinggir pantai.
Sebelum mulai, Ustadz Lukman Hakim selaku penanggung jawab kegiatan ini memberikan arahan agar para santri tetap dalam satu komando satu gerakan.
Selepas arahan, tim pandu dan alumni Jamnas selaku pemandu santri dalam kegiatan ini memberikan gambaran gerakan terkait latihan ketangkasan. sembari berlatih para santri diminta untuk membuat lingkaran besar agar bisa memantau bagaimana gerakan ketangkasan.
Para santri yang antusias pun menyatakan kebahagiannya. Salah satunya Ismail mengaku senang dan lebih menikmati kegiatan seperti ini karena memang beda suasananya dengan pondok, terutama masalah makan “lauknya beda dengan di pondok” ceritanya sambil tersenyum. (TAG)


