ERAMADANI.COM, BANDUNG – Belum lama ini, ratusan orang memadati Istana Plaza (IP) Bandung, guna mengikuti e-Sport permainan Atrium dengan munggunakan headphone masing masing.
Peserta yang terdaftar dan mengikuti seleksi berjumlah 2.400 orang, dan yang masuk ke babak final audisi e-Sport First Warriors ini berjumlaah 144 orang.
Dilansir dari kompas.com, kebanyakan peserta berasal dari Kota Bandung, sedangkan peserta yang lainnya berasal dari Kota Surabaya dan Medan, diangka pendaftaran 2.000- an.
Pertarungan e-Sport
Marlo Budiman selaku Presiden Direktur and CEO Link Net mengatakan audisi ini dilakukan di enam kota. Dari enam kota ini diambil 48 orang peserta.
Kemudian dipilih delapan pemenang yang memiliki potensi dan akan dibagi ke dalam dua tim, tuturnya.
Pemenang yang terpilih rencananya akan dikontrak selama dua tahun untuk dilatih dan dikembangkan kemanpuannya, agar dapat mengikuti kompetisi kompetisi lainnya.
Kompetisi ini bukan hanya perlombaan saja, akan tetapi peserta juga mendapat berbagai pelatihan personality, secara tidak langsung.
Seperti peserta tidak diperbolehkan merokok, minum minuman keras, narkoba, dan harus mengikuti olahraga fisik, karena mereka akan diberi tempat tinggal.
Peserta yang datang dari berbagai kota ini, mengikuti acara tersebut dengan antusias, terlihat jelas ketika mereka duduk dengan mata yang hanya fokus ke layar gawai yang ada di depan muka.
Diikuti oleh gerakan jari yang bergerak cepat di atas permukaan layar, lengkap telinga dipasangi hearphone, agar konsentrasi terfokos akan game tersebut.
Ketika pertarungan dalam games usai, pemandangan yang berbeda langsung terlihat, seperti ada wajah yang tersenyum bahagia, sedih, atau tanpa ekspresi.
Ekspresi yang terpancar dari wajah wajah peserta menandakan hasil yang mereka peroleh dari permainan tersebut.
Harapan dan Tujuan e-Sport
Marlo juga berharap dengan adanya kegiatan seperti ini dapat mengubah stigma buruk terhadap penggemar games di mata masyarakat.
Sebab, games bukan hanya permainan yang membuang buang waktu, games juga berpeluang menjadi bisnis dan mendatangkan banyak uang bagi pelakunya.
Tercatat tak kurang dari 90 juta orang penduduk Indonesia mengunduh games, seperti Mobile Legend, hingga permainan ringan macam Candy Crush.
Data Asosiasi Games Indonesia (AGI) menyebutkan, dari survei 2017 lalu tercatat, nilai industri games Tanah Air mencapai kisaran 800 juta dollar AS atau sekitar Rp 11 triliun.
Pertumbuhan nilai itu rata-rata 25-30 persen per tahun, jika angka pertumbuhan tersebut sama setiap tahun, maka dalam tiga tahun potensinya mencapai Rp 24 triliun.
Potensinya yang amat besar ini belum tergarap maksimal, karena ekosistem industri tersebut belum terbentuk. Salah satunya karena pandangan bahwa games hanya sekadar permainan.
Itulah sebenarnya tujuan dari acara yang kita gelar ini, untuk dapat membangun ekosistem dan infrastrukturnya, dengan memberikan tempat kepada pengemar game, imbuh Marlo. (MYR)