ERAMADANI.COM, JAKARTA – Nama besar layanan logistik JNE tak terlepas dari nama besar Presiden Komisaris layanannya yang inspiratif, Djohari Zein.
Jabatannya saat ini juga tak terlepas baginya dari keputusannya mengucap dua kalimat syahadat sejak tahun 1982. Meski dirinya adalah anak pedagang Tionghoa yang masa kecilnya dihabiskan di Medan.
“Saya terlahir 1954, dari keluarga WNI Tionghoa, keluarga saya Budha, dan saya disekolahkan di sekolah Katolik,” Ujar Djohari Kamis (17/10/2019) kemarin, dilansir dari Republika.
Perjalanan Karir Djohari Zein
Sebelum berbisnis logistik, lulusan akademi perhotelan dan pariwisata Universitas Trisakti ini, sempat berbisnis majalah remaja. Saat itu, dia mengetik majalahnya sendiri dengan mesin tik. Kerennya, bisnis ini dilakoni Djohari saat ia duduk di bangku SMP.
Ketika kuliah, dia mengambil jurusan Perhotelan di Trisakti dan setelah lulus dia diterima kerja di Hotel Hilton, di sanalah dia belajar menjadi seorang Customer Service.
Selama empat setengah tahun berkarier di Hotel Hilton, Djohari menduduki posisi Front Office Cashier Supervisor. Dan setelah itu, dia pindah ke Skypak International Jakarta (sekarang bernama TNT), sebuah perusahaan logistik.
Di perusahaan itu, Djohari Zein menduduki posisi Operational Manager. Setelah empat tahun bekerja di sana, dia memutuskan mendirikan perusahaan logistik yang bernama WorldPack yang akhirnya bermitra dengan perusahaan Singapura, namanya pun berubah jadi Pronto Rekakurir.
Di tahun 1990, Djohari Zein bersama mendiang Soeprapto Suparno mendirikan PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir atau yang kerap dikenal dengan nama JNE. Di bawah kepemimpinannya, JNE mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Menemukan Islam dan Berpegang Pada Al-Qur’an
37 Tahun lalu , 8 Tahun sebelum JNE, dia menemukan Islam. Semenjak itu Alquran menjadi petunjuk jalan hidupnya. Saat JNE terbentuk, niatnya menjadikan JNE sebagai tuan rumah di negara sendiri.
Ia sadar bahwa perjuangannya tak terlepas dari pertolongan Allah Subhana Wa Ta’ala.
“Saya bertemu dengan guru saya Haji Suprapto, dan saya tidak mungkin bisa sukses tanpa pertolongan dari Allah,” ucap Djohari.
Ia pun turut mengamalkan ayat suci Alquran dalam surah al-Ma’un yang berisikan hingga tujuh ayat. Dalam surah tersebut disebutkan, bahwa seorang Muslim seharusnya berbuat baik kepada anak yatim, dan memberi makan kepada orang miskin, agar tidak menyia-nyiakan ibadahnya kepada Yang Maha Penguasa.
“Berbuat kebaikan adalah tanda rasa syukur yang kita terima,” Paparnya.
Kemudian pada 2000 lalu, ia menyempurnakan ibadah seorang Muslim untuk pergi haji. Pada saat di Jabal Rahmah, Djohari melihat sebuah pemandangan yang tak asing bagi dirinya.
Ternyata pemandangan tersebut pernah ia mimpikan saat masih duduk di bangku SMP.
“Pemandangan di Jabal Rahmah pernah saya lihat di mimpi saat saya SMP. Dari situ saya sadar saya adalah islam,” kenangnya.
Masjid Yang Diimpikan
Melalui yayasan yang Djohari bentuk, Djohari berkeinginan membangun Masjid. Seketika niatnya dijawab oleh Allah untuk dapat mendirikan hingga 99 masjid.
Ia mendirikan lembaga filantropi, Johari Zein Foundation, sebuah yayasan yang hendak membangun 99 masjid. Jumlah tersebut diambil dari nama baik Allah atau asma al-husna.
Dari 99 masjid, saat ini Johari Zein Foundation telah membangun masjid Zeinurrahim di desa Medana Lombok Utara. Jika 99 masjid sudah terbangun, Johari Zein Foundation akan kembali membangun 99 masjid lainnya. “Saya ingin memulai perjalanan jihad ini,” ungkap Djohari yang juga pendiri perusahaan startup.
Adapun Indonesia dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia, menjadi penguat bangunan bangsa, menjadi cahaya bagi semesta, dan melahirkan generasi yang unggul dan beradab. Salah satunya dapat melalui pemakmuran masjid.
“Kalau sudah mengenal Alquran, insya Allah kita tidak akan tersesat. Kalau sudah beriman, insya Allah kita tidak berbuat zalim. Dan kalau hendak antarkan kebaikan, insya Allah kita bisa mulai dengan membangun Masjid,” ucap Djohari. (RAB)