ERAMADANI.COM, Tulisan opini yang dikirimkan oleh warga Net.
Oleh : Okik Hadi Saputro, S. Pd. (Guru – Alumni Undiksha Singaraja)
Judul : Sang Pahlawan Peradaban
Lahir dalam keadaan yatim, ditinggal sang ayahanda, hanya bersama sang ibunda tercinta, wanita yang sangat dapat dipercaya. Ia pun juga berasal dari kalangan terhormat dimasanya, keturunan terpandang di masyarakatnya.
Dikala ia terlahir dalam kehidupan, pada saat yang sama api durjana pun binasa, yang mana api itu belum padam sebelumnya. Cuaca sejuk menemaninya, rembulan pun tersenyum melihatnya, tumbuhan-tumbuhanpun juga mulai bernafas kembali.
Dan di sekelilingnya bahagia tiada tara, karena telah lahir sosok agung yang arif bijaksana, orang besar lagi mulia. Ia adalah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam.
Ia hanyalah seorang yang buta huruf, tidak bisa baca dan menulis. Hidup di tengah-tengah masyarakat Jazirah Arab, sebuah semenanjung besar di Asia Barat Daya pada persimpangan Asia dan Afrika.
Ia sebenarnya dilahirkan untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di masyarakat yang kala itu berada dalam masa jahiliyah. Bagaimana bisa seorang yang buta huruf dan tidak bisa baca tulis harus menyelesaikan polemik yang ada di dalam negara?
Tulisan Opini Warga Net
Semuanya tidak ada yang tidak mungkin, dengan berbagai persiapan yang ada, diberi kehidupan dari lingkungan yang sejuk, dibersihkannya kotoran dalam dirinya dengan air yang penuh dengan keberkahan.
Diasuh dalam dekapan pelukan orang-orang yang sangat mencintainya, tumbuh berkembang dengan wanita yang anggun nan mulia, dan dikemudian hari menjadi orang yang terpercaya (al-amin).
Mendapatkan berita besar diusia yang ideal, ditemani sosok sahabat yang jujur dan berhati bijaksana, ketika bersuara mengatakan apa yang dibawanya.
Lantas keluar kicauan dari mulut-mulut mereka yang mengatakan penyihir, pembohong dan apapun itu yang konotasinya negatif. Apakah mereka lupa dengan sebutan al-amin yang ada di dalam sosok pribadinya.
Sang Esa menyiapkan manusia terbaik tidak instan, berbagai amunisi yang terbaik untuk manusia terbaik dari yang lain, dengan mengutus makhluk yang suci nan mulia untuk menemani dengan rahmah-Nya, membimbing dengan ilmu-Nya, dan menjadi pelindung dengan kekuasaanNya.
Hanya membutuhkan waktu 23 tahun untuk berjuang menggapai cita-citanya, menjalankan misi kenabian membawa manusia dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang, dengan visi menjadi soko guru peradaban.
13 Tahun fase Mekkah adalah waktu yang tidak sedikit dalam kacamata manusia untuk menyiapkan sosok pahlawan peradaban.
Dengan niat yang tulus, kemauan yang kuat dan semangat yang menggelora serta harapan yang besar, setelahnya dalam 10 tahun fase Madinah.
Mampu mendirikan sebuah negara yang nantinya menjadi pusat peradaban dunia. Yang dirasakan sampai sentero jagat raya. Itulah manusia terbaik, pahlawan peradaban, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. (NET)