ERAMADANI.COM, SUDAN – Memiliki impian kuliah di luar negeri merupakan impian bagi para pelajar dan pemuda Indonesia yang selesai menuntut ilmu di bangku perkuliahan.
Salah satunya yang dicita-citakan oleh Husnul Ma’arif. Pemuda kelahiran Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur ini memilih Negara Sudan sebagai lokasi menuntut ilmu.
Tak tanggung-tanggung ia memilih Universitas Islam Omdurman Fakultas Syariah Jurusan Hukum . Husnul bisa berkuliah di Negara Sudan berkat beasiswa dari organisasi Al-Wafideen (Non-Sudanese Student Welfare Organization).
Ia lolos seleksi ketat Komite Pendidikan Luar Negeri (KPLN) yang berpusat di Kota Tangerang.
Banyak Tokoh Indonesia Alumni Sudan
Ulama Indonesia Ustadz Abdul Somad pun pernah berkuliah S3 disini. Lingkungan yang kondusif dan tenang membuat banyak mahasiswa Indonesia yang berkuliah disana menjadi nyaman.
Adanya kewajiban membuat karya tulis ilmiah dan tugas akhir skripsi menggunakan bahasa Arab menjadi tantangan tersendiri bagi Husnul yang saat ini memasuki tahap terakhir masa perkuliahan.
Sudan merupakan pusat pertemuan mahasiswa khususnya dari Benua Asia dan Afrika. Menempuh pendidikan di Sudan menuntut mahasiswa aktif dalam perkuliahan.
Sama seperti di Indonesia sebelum menyelesaikan tugas skripsi seluruh mahasiswa di Universitas Islam Omdurman wajib menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau lebih dikenal dengan istilah Qofilah Da’awiyah.
Ada pepatah mengatakan bahwa Siapa yang bisa hidup di Sudan, maka dia bisa hidup di tempat lain.
Pada awal pertama di Sudan tinggal, Husnul harus beradaptasi dengan budaya dan cuaca di Sudan.
“Adaptasi makanan merupakan salah satu hal yang paling suulit bagi mahasiswa Indonesia. Bagaimana tidak roti bagi orang Sudan merupakan nasi bagi orang Indonesia”, paparnya kepada tim Eramadani saat diwawancarai lewat whatsapp.
“Kami harus Adaptasi agak lama untuk makan sesuatu tanpa nasi,karena orang Indonesia menolak kenyang tanpa nasi” , tambahnya.
Lanjut Husnul, “cuaca di Sudan sangat ekstrim. Bayangkan saat musim dingin suhu bisa mencapat 7 derajat celcius,sedangkan musim panas bisa mencapai 45-50 derajat celcius”, imbuh pemuda kelahiran 9 Juli 1996 silam.
Ada kelebihan berkuliah di Negara Sudan dimana para mahasiswa muslim bisa mendapatkan ilmu qiraat atau bisa didefinisikan sebagai ilmu mengenai bentuk pengucapan (dialetika).
Dengan ilmu tersebut, mahasiswa akan lebih memahami kejelasan tentang tulisan mana yang bisa dibaca sebagai Al-Quran dan mana yang tidak boleh dibaca sebagai Al Quran.
Negeri Ramah Pendatang
Penduduk Sudan ternyata memikiki sifat yang sangat memuliakan tamu (ikram ad dhuyuf).
” Salah satunya saat kami mahasiswa Indonesia diundang acara hajatan. Mahasiswa Indonesia diibaratkan tamu “besar” padahal kami hanya orang asing biasa yang menuntut ilmu. Kami diberikan tempat duduk special dan diberikan hidangan makanan terbaik.” pungkas Husnul.
Hal baik lainnya yang bisa kita ambil hikmahnya adalah penduduk Sudan adalah pribadi pemaaf
“Di Sudan jika ada tabrakan antar dua mobil mereka hanya adu mulut setelah itu saling bermaafan layaknya momen lebaran” kata Husnul sembari tertawa.
Kondisi politik di Sudan sama seperti di Indonesia. Jika ada perbedaan pendapat maka masyarakat akan melakukan aksi demontrasi.
“Medio Desember 2018 hingga kini terkadang ada demo tapi alhamdulillah tidak membahayakan mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Sudan” papar pemuda yang aktif di PPI Sudan ini.
Saat ini tahun 2019 tercatat ada sekitar 800 orang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Negara Sudan. (HAD)