ERAMADANI.COM, DENPASAR – Kamis (10/10/2019) kemarin, Komunitas Muslim Biker Sholeh MBS Bali mengelar kajian rutin di Rumah Makan Simpang Raya Jalan Sunset Road.
Dalam rangka merayakan syukuran pernikahan bendahara umum Komunitas MBS yaitu Berry beberapa pekan lalu.
Yang dihadiri oleh puluhan anggota aktif komunitas MBS dari berbagai golongan dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Kajian ini dimulai usai shalat Isya berjamaah di Masjid Ar Rahmat Kuta, yang di dominasi oleh peserta kaum adam.
Kajian Tentang Rumah Tangga
Kajian tentang rumah tangga ini diawali dengan pembukaan oleh Ustadz Yusuf Abdullah dengan sekapur sirih
Hadir sebagai pembicara Ustadz Nur Asyur, yang merupakan dai kondang di Pulau Bali yang konsen pada bidang pembinaan rumah tangga.
Kajian kali ini mengusung tema “Menggapai Surga dengan Bahtera Rumah Tangga”. Dengan tujuan dapat menjalani mahligai rumah tangga dengan baik.
Dalam kajiannya Ustadz Nur Asyur menjelaskan bahwa seorang muslim tidak akan menggapai surga di dunia jika tidak bisa membina rumah tangga.
Ia menyampaikan bahwa ketenangan dan ketentraman hidup itu ditentukan oleh pasangan yang kita nikahi.
Tidak ada dalam rumus ajaran Islam pasangan adalah belahan hati atau pasangan adalah belahan jiwa.
Tapi pasangan adalah belahan iman, karena surga hanya bisa di capai dengan keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah, tutur ustadz Asal Jawa Timur ini.
Banyak pemuda yang memiliki paradigma bahwa menikah itu bahagia, pikiran seperti ini sebanarnya salah, karena menikah sejatinya adalah sebuah tantangan dalam hidup.
“Pemuda yang masih jomblo berarti hidupnya tidak ada tantangan” ujarnya sambil tertawa.
Ia membandingkan dengan Nabi Adam AS yang tinggal di surga dengan segala sesuatu yang lengkap saja tidak bahagia, apalagi lelaki yang masih sendiri.
Nabi Adam baru menemukan kebahagiaan ketika Allah menciptakan Hawa dan kemudian menjadi istri Nabi Adam sendiri.
Lalu pertanyaanya bagaimana jika ada seorang hamba yang ingin menikah, dengan alasan akan bahagia? atau belum ada pasanganya sama sekali.
Pertama hal yang perlu dilakukan adalah meluruskan paradigma pernikahan, dan niat atas akad yang diinginkan.
Kita harus paham dulu bahwa pernikahan merupakan rangkaian sinergi ketaatan kepada Allah swt.
Kedua adalah Fastabiqul khairot (berlomba lomba dalam kebaiakan), dimana pernikahan merupakan ajang untuk berlomba-lomba meraih keberkahan Allah swt.
Dan yang Ketiga adalah menikah harus bisa menutupi kekurangan masing-masing dan menyempurnakan sebagian agama.
Sesholeh atau sesholehanya kita, iman kita hanya 50% saja, dan untuk menjadikanya 100%, maka menikahlah dengan mereka yang paham akan agama.
Karena menikah itu ada ilmunya salah satunya adalah kompetensi ibadah yaitu shalat sebagai pilar utama dalam membangun rumah tangga yang penuh keberkahan.
Jika dalam rumah tangga tidak mendirikan shalat maka pernikahan tersebut akan menjadi sia sia, oleh sebab itu perbaikilah shalat kita agar Allah melimpahkan rahmat-Nya.
Mengapa Aku Menikah?
Pertanyaan “mengapa aku menikah?” selalu melanda kaum yang akan melangkah ke arah pernikahan.
Jangan ragu dan jangan banyak pertimbangan, jika hati sudah mentukan pilihan, dan kita sudah siap untuk itu maka segeralah untuk menunaikan sunnah Rasulullah.
Karena menikah merupakan hajjah basyariyyah atau fitrah manusia yakni kebutuhan semua manusia, baik itu kebutuhan lahir maupun batin.
Kemudian menikah adalah faridlah syariyah yaitu kewajiban agama yang harus dilakukan umat Islam.
Terakhir adalah menikah merupakan darurah ad daawiyah dengan pengertian menikah merupakan regenerasi dakwah islam.
Diakhir acara seorang anggota Komunitas MBS menanyakan perihal poligami dalam sesi tanya jawab.
Ustadz Nur Asyur memberikan analogi sederhana untuk menjawab pertanyaan yang di ajukan padanya.
Jangan menghancurkan sebuah istana yang sudah kokoh, besar dan kuat pondasinya, hanya demi membuat sebuah istana baru. Tutupnya mengakhiri kajian. (HAD)