ERAMADANI.COM, – berita duka datang dari negeri Oman, Timur Tengah, seorang Sultan penguasa Oman yaitu Qaboos bin Said meninggal dunia di usia 79 tahun, pada Jumat (10/01/2020) kemarin.
Hal ini disiarkan ke seluruh Oman lewat stasiun televisi pemerintah. Sultan Qaboos mengembuskan nafas terakhirnya, yang diyakini mengidap sakit kanker usus besar sejak lama.
Dilansir dari Kumparan.com, sebelumnya, Sultan Qaboos pergi ke Belgia untuk memeriksakan kesehatan rutinnya yang dilakukannya setiap bulan.
“Dengan rasa sedih, pengadilan Kesultanan Oman berduka. Sultan Qaboos bin Said kami yang dipilih Tuhan untuk berada di sisinya pada Jumat malam,” tulis kantor berita Oman seperti dilansir AFP.
Wafatnya Penguasa Oman, Membuat Kekuasaan Kosong

Wafatnya orang nomor satu Oman ini, meninggalkan persoalan besar yaitu tentang siapa yang akan meneruskan tahta kesultanan di negeri Oman
Hal ini disebabkan karena ia tidak memiliki keturanan, alias anak. karena selama hidupnya ia pun tak pernah menikah.
Ia pun tak pernah menyampaikan di depan publik, tentang siapa yang akan menggantikannya. Ia merahasiakan siapa penggantinya hingga dirinya tutup usia.
“Saya sudah menuliskan dua nama dalam urutan menurun, dan memasukkannya di dalam amplop tertutup yang saya letakkan di dua wilayah berbeda,” ucap Qaboos saat diwawancarai pada 1997 lalu.
Bila tak kunjung dapat penganti, dikhawatirkan akan menciptakan instabilitas politik, keamanan, dan ekonomi di Oman.
Karena Oman adalah negara monarki absolut dan Sultan merupakan memegang jabatan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Sejumlah analisis bahkan memprediksi, tak adanya pengganti dalam waktu dekat bisa menimbulkan perselisihan keluarga kesultanan serta perang antar suku.
Sultan Qaboos pada 1996 sebenarnya telah mengeluarkan suatu Undang-Undang mengenai transfer kekuasaan. Sultan Oman akan dipilih tiga hari usai takhta kosong.
Jika gagal, maka Oman akan dikuasai oleh Militer, Mahkamah Agung, dan parlemen. Seorang sumber mengatakan, kini ada tiga nama kuat yang dapat menjadi suksesor Sultan Qaboos dari lingkar keluarga kesultanan.
Mereka adalah Assad, Shihab dan Haitham bin Tariq al-Said. Seluruh nama tersebut merupakan sepupu Sultan Qaboos.
Masa Sultan Qaboos Memerintah

Dilansir dari situ berbeda CNNIndonesia.com, Qaboos memerintah Oman selama hampir setengah abad dan terhitung sebagai pemimpin terlama di negara Teluk Arab.
Ia memerintah setelah mengambil takhta dalam kudeta pada 1970 silam dengan bantuan Inggris, bekas kekuatan kolonial Oman.
Di bawah pemerintahannya pulalah Oman mendapat dukungan dari negara-negara Barat.
Kendati begitu, masa pemerintahannya pernah menghadapi pemberontakan bersenjata dari kelompok komunis di Yaman selatan yang dikenal dengan perang Dhofar.
Namun atas bantuan beberapa negara, pemerintahannya berhasil melawan gerakan perlawanan para pemberontak sehingga ia tetap mempertahankan takhtanya.
Ia pun menjadikan Oman sebagai salah satu negara yang menganut pemerintahan demokrasi. Pemilihan umum langsung membuat Oman melahirkan pemimpin pemerintahan yang diisi oleh kalangan perempuan.
Selama hidupnya, ia juga sering membuat keputusan politik berdasarkan musyawarah mufakat yang berjalan baik untuk pemerintahan federal, provinsi, lokal, dan wakil-wakil suku.
Hal ini menjadi sebuah warisan atau peninggalan pemerintah demokrasi yang patut dipertahankan oleh warga Oman. (MYR)