ERAMADANI.COM – Pemerintah Indonesia baru-baru ini kembali mewacanakan skema student loan atau pinjaman biaya kuliah sebagai solusi untuk mengatasi lonjakan uang kuliah tunggal (UKT). Sistem ini sebelumnya telah diterapkan di Amerika Serikat (AS), namun tak lepas dari berbagai dampak negatif.
Penelitian di AS menunjukkan dampak negatif student loan:
- Peningkatan Utang: Rata-rata pinjaman dana pendidikan mahasiswa di AS tumbuh 3,6% di tengah ekonomi nasional yang menyusut 3,4%.
- Waktu Pelunasan Utang yang Lama: Rata-rata waktu yang dibutuhkan bagi lulusan universitas di Wisconsin untuk melunasi utang S1 adalah 19,7 tahun, dan 23 tahun untuk S2.
- 60% Lulusan Terbebani Utang: Sebanyak 60% dari individu yang meminjam student loan memperkirakan bahwa mereka akan dapat melunasi utang tersebut pada saat mencapai usia 40 tahun.
Melansir dari suara.com, Pemerintah juga perlu mempertimbangkan bahwa skema student loan tidak akan menambah beban bagi mahasiswa dan memperburuk kesenjangan ekonomi.
Beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:
- Dampak pada Kekayaan Bersih: Utang student loan dapat mengurangi kekayaan bersih individu, baik bagi mahasiswa maupun orang tua mereka. Hal ini dapat menghambat mereka untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan.
- Membatasi Pilihan Karier: Mahasiswa yang terbebani utang mungkin akan terdorong untuk memilih pekerjaan dengan gaji tinggi, alih-alih pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka. Hal ini dapat berdampak negatif pada kebahagiaan dan produktivitas mereka.
- Memperburuk Skor Kredit: Gagal membayar cicilan student loan dapat merusak skor kredit, yang nantinya dapat mempersulit mereka untuk mendapatkan pinjaman lain, seperti untuk membeli properti atau kendaraan.
- Kesulitan Memenuhi Kualifikasi Pekerjaan: Skor kredit yang rendah akibat utang dapat membuat mereka tidak memenuhi kualifikasi untuk beberapa pekerjaan tertentu.
- Beban Utang Seumur Hidup: Dalam beberapa kasus, mahasiswa mungkin tidak dapat melunasi utang mereka seumur hidup, terutama jika kondisi ekonomi global tidak stabil.