ERAMADANI.COM, DENPASAR – Jum’at (6/9/2019) lalu sembari sambut Bulan Muharram, kembali diselenggarakan agenda rutin kajian ilmiah bulanan oleh Komunitas Muslim Semeton Hijrah Bali.
Kajian ilmiah ini diisi oleh Pembina Semeton Hijrah Bali Ustadz Zainuddin,Lc. Acara kajian ilmiah dipusatkan di Griya Qur’an Al Banna School Jalan Tukad Yeh Ho III, Renon, Denpasar.
Tema yang diangkat dalam kajian bulanan ini adalah “Keberkahan Bulan Muhĺarram”. Bagi sebagin masyarakat muslim di pesisir Pulau Jawa yang menganut paham aliran kejawen bulan muharram disalah artikan sebagai bulan kesialan.
Seringkali acara pernikahan gagal di gelar saat Bulan Muharram karena masyarakat Indonesia memiliki persepsi jika mengadakan pernikahan di Bulan Muharram atau Syuro rumah tangga pasangan tersebut akan berantakan serta berakhir pada perceraian.
Ada juga yang menghaturkan sesajen ke laut dan mengadakan ritual sedekah bumi ke gunung. Lebih menyedihkan lagi ritual ini mulai meracuni akidah umat islam.
Bagi yang memiliki senjata semacam keris batu akik harus dicuci dengan air rendaman bunga tujuh rupa. Fenomena yang membuat geleng-geleng kepala lainnya adalah sekelompok padepokan silat saat bulan muharram melakukan ritual pemindahan energi supaya kebal dari serangan senjata tajam. Naudzubillah.
Muharram Bulan Penuh Keberkahan

Menurut Ustadz Zainuddin,Lc dalam kajiannya berkata bahwa Bulan Muharram adalah bulan keberkahan.
“Pada tanggal 10 Muharram umat islam dianjurkan puasa sunnah diaman ibadah puasa ini bisa menghapus dosa-dosa sebelumnya”, jelasnya.
Ustadz Zainuddin meluruskan kembali seputar bulan pertama dalam kalender Islam tersebut agar akidah umat Islam tidak terkontaminasi dengan sesuatu yang sesat dan menyesatkan.
“Jangan jadikan bulan muharram bulan mistis ataupun horor. Sesungguhnya bila bulan muharram diselengarakan kegiatan yang bertentanfan dengan akidah umat islam dapat tergolong menjadi hal yang musyrik” paparnya.
Lanjut Ustadz Zainduddin,Lc , “Segera tinggalkan tradisi zaman jahiliyyah yang tidak sesuai tuntutan islam” imbuhnya
Kajian ini juga membahas bab tharaha atau bersuci. Thaharah merupakan tata cara msngangkat dan dan menghilangkan najis.
Kajian pekanan Semeton Hijrah Bali semakin atraktif dimana para jamaah aktif bertanya seputar materi yang disampaikan Ustadz Zainuddin, Lc.
Pertanyaan yang dilontarkan pun beragam dari yang ringan hingga berat. Ustadz Zainuddin,Lc membawa kado kecil untuk oara jamaah yang hadir berupa buku saku tuntutan tata cara shalat yang baik dan doa al ma’surat.
Diakhir kajian Ketua Semeton Hijrah Bali membagikan 80 Al Qu’an kepada para jamaah. Al Quran ini merupakan donasi dari dermawan yang peduli terhadap dakwah Islam di Pulau Dewata.
“Saudaraku tolong diingat,Al Quran ini dibagikan bukan buat pajangan di rumah atau ditumpuk diatas rak buku. Al Quran ini wajib kalian baca dan tadaburi isinya. Bahkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari”, pesan pria berbadan kekar ini. (HAD)