ERAMADANI.COM, JAKARTA – Deklarasi yang dilakukan oleh partai Gelora memunculkan banyak tanggapan dari tokoh publik. Manuver politik partai Gelora akan segera teruji dengan berpartisipasinya partai ini dalam Pemilu 2024 mendatang.
Selama setahun lebih menjadi ormas Gerakan Arah Baru Indonesia( Garbi), kini eks politis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memiliki ” kendaraan” baru untuk berlaga di Pemilu 2024.
Partai Gelora resmi berdiri dan dideklarasikan pada 28 Oktober 2019 dan resmi melakukan konsolidasi nasional pertama pada 10 November 2019 dengan mengangkat pengurus nasional dan pengurus inti DPW di 34 Provinsi di Indonesia.
Anis Matta, Lc didaulat menjadi Ketua Umum Partai Gelora. Mantan wakil ketua DPR RI dan Presiden PKS mengaet sejumlah politisi yang sudah tak asing ditelinga masyarakat Indonesia.
Seperti Fahri Hamzah yang didaulat sebagai Wakil Ketua Umum, Mahfudz Sidik sebagai Sekjen , dan Bendahara Umum Ahmad Irelyadi.
Kemudian lima orang kader ditunjuk sebagai ketua bidang pengembangan wilayah diantaranya wilayah Sumatera M Syahfan, Jabar, DKI, Banten Ahmad Zairofi, Jateng, DIY, Jatim dipegang Ahmad Zainudin.
Kalimatan, Bali Nusra Rofi Munawar, dan Sulawesi Indonesia Timur A. Faradise. Aktor sekaligus mantan wakil gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar turut bergabung.
Partai Gelora di Deklarasikan Menyongsong Pemilu 2024
Di Bali khususnya pengurus Partai Gelora Denpasar ramai-ramai memasang foto diri dengan menggunakan pakaian berbalut warna biru dan memasang hastag menuju lima besar kekuatan dunia
Logo partai ini nampak atau cenderung klasik, yang menyerupai bentuk Gelombang laut dihiasi warna biru laut dan warna merah putih semakin unik.
Jauh dari warna mainstream sebagaimana yang digunakan banyak logo partai di Indonesia.
Nama Gelora mengingatkan kita pada dialog Soekarno dengan Menteri Agama Saifuddin Zuhri pertengahan 1962 silam.
Kala itu Soekarno hendak mengusulkan nama Pusat Olahraga Bung Karno sebagai simbol tempat penyelengaraan Asean Games ke IV di Jakarta.
Namun menteri agama menolak dan mengusulkan nama “Gelanggang Olahraga” atau disingkat Gelora karena lebih cocok dan lebih dinamis.
“Nama Gelanggang Olahraga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Kan mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga, “kata Zuhri dalam otobiografi Berangkat dari Pesantren.
Pemilihan nama Gelombang Rakyat juga tak lepas dari seorang Anis Matta. Dari idenya lahir sebuah buku berjudul Gelombang Ketiga yang ia tulis ketika menjabat Presiden PKS.
Tidak salah kemudian kita menganggap ada relasi antara judul buku tersebut dengan penamaan Gelora Indonesia.
Kolaborasinya dengan Fahri Hamzah yang dikenal sebagai Singa Parlemen semakin memantapkan nahkoda partai baru itu. Tak kurang dari 3 periode 2004 -2019 Fahri Hamzah konsisten berjuang di parlemen.
Komposisi tokoh sentral yang kenyang dengan dunia perpolitikan itu menjadi garansi kalau Partai Gelora Indonesia tidak gagap lagi dalam politik praksis.
Bahkan bisa dikatakan Fahri Hamzah menjadi tokoh yang tak tergantikan sebagai politisi ulung saat ini.
Meski berbeda secara artifisial, kata Gelora mengandung makna dinamis dan bersemangat. Hal ini melekat dalam nilai-nilai kepemudaan yang dicirikan enerjik, kreatif dan inovatif.
Mungkin itu yang sengaja dibuat agar partai Gelora mampu menangkap ceruk kader berusia muda atau millenial.
Sekali lagi kita patut mengapresiasi lahirnya partai baru Gelora Indonesia. Namun yang tak kalah penting semoga kehadiran partai ini tidak berhenti pada sebuah simbol dan bisa mejadi solusi dari berbagai krisis yang melanda. (HAD)