ERAMADANI.COM, DENPASAR – Minggu (06/10/2019) kemarin, Komunitas Salimah dan Tangan Di Atas (TDA) menggelar nonton bareng, film Hayya di Cinemaxxi Lippo Plaza Sunset Road.
Film yang berlatar belakang konflik Palestina, cinta kepada sesama dan tentang kemanusiaan ini sukses membuat sahabat Salimah dan TDA serta seluruh penonton terbawa dalam cerita.
Sahabat Salimah Bali menyewa satu studio kapasitas 70 penonton yang dikhususkan untuk anak yatim dan beberapa pengurus Salimah. Begitu juga dengan komunitas TDA.
Komunitas TDA menyediakan 50 seat pada acara ini, 30 seat untuk yatim-piatu dan 20 seat untuk anggota komunitas.
Kedua komunitas ini melakukan acara yang sama, di tempat yang sama namun studionya berbeda.
Dalam acara ini Komunitas TDA bekerjasama dengan K-Film organizer, dan donasi yang di dapat akan di salurkan melalui Dompet Sosial Madani (DSM).
Dengan acara nobar bersama anak yatim ini, Dina berharap anak-anak itu bisa mendapatkan pelajaran berharga dari film tersebut.
Meriahnya Nobar Komunitas Salimah dan TDA

Dalam kesempatan itu, turut hadir ketua Pimpinan Wilayah (PW) Salimah Bali, Ibu Titin Supartini.
Ia menyampaikan bahwa Film Hayya The Movie mengajarkan kita untuk memaknai pentingnya kepedulian terhadap sesama.
Acara ini merupakan program kerja dari TDA dengan tujuan untuk berbagi kebahagiaan melalui acara nonton film bareng.
Harapan dari ketua komunitas Tangan Di Atas, adalah “Setiap manusia mampu menebar kebahagiaan untuk sesama dan berbagi dalam segala bentuk kebaikan, Tutur Sigit Prastowo.
Dewi salah satu anak yatim yang hadir turut berkomentar dengan mengucapkan terimakasih telah memberikan kesempatan untuk nonton bareng.
Latar Belakang Organisasi Salimah
Salimah merupakan Organisasi Massa Persaudaraan Muslimah didirikan di Jakarta pada tanggal 8 Maret 2000 silam.
Oleh sekelompok muslimah Indonesia, Dewan pendiri Salimah adalah Dra Yoyoh Yusroh, Dr Aan Rohanan, Dr Nursanita Nasution, Dra Zainab MSi dan lainya.
Berangkat dari keprihatinan yang mendalam terhadap berbagai permasalahan yang menimpa bangsa ini pada berbagai sektor kehidupan.
Terlihat pula dari buramnya potret perempuan, maraknya kasus-kasus yang mengguncang institusi keluarga serta lemahnya perlindungan terhadap anak-anak di Indonesia.
Kemiskinan dan kebodohan menjadi muara bagi problematika-problematika turunannya yang menjebak masyarakat seperti kasus perdagangan perempuan dan anak.
Kekerasan dalam rumah tangga, tingginya angka kematian ibu dan balita, tingginya angka penyalahgunaan narkoba serta meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS.
Maraknya pornografi dan meningkatnya kasus pelecehan serta jumlah anak yang menjadi korban kekerasan seksual dan sebagainya.
Salimah hadir berupaya membawa harapan untuk dapat menjadi salah satu komponen bangsa yang berkontribusi dalam mencari jalan keluar bagi berbagai problematika tersebut.
Dengan program-program yang mendorong pemberdayaan perempuan, pengokohkan institusi keluarga serta perlindungan memadai bagi anak. (HAD/NNG)