ERAMADANI.COM, DENPASAR – Ratusan warga yang berada di Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali beralih pekerjaan menjadi petani rumput laut selama masa pandemi Covid-19.
Fenomena ini diungkapkan oleh salah satu pembudidaya rumput laut Nusa Lembongan, Ichoun Brawici Dhewang, Kamis (20/08/2020)
“Sejak pertengahan 2019 mulai tumbuh lagi pembudidayanya dan mulai datang lagi peneliti-peneliti,” ujarnya.
“Awal 2020 rata-rata semua pekerja pariwisata beralih ke budidaya tanaman laut. Ya karena efek Covid-19, banyak yang dirumahkan dan pariwisata tidak jalan,” imbuhnya.
Ia juga mengatakan sejak 2016 para petani pembudidaya tanaman laut ini sempat meninggalkan budidaya ini dan beralih ke pariwisata.
Selain itu, kondisi dari rumput laut pada masa tersebut dominan gagal panen, sehingga memungkin untuk beralih profesi.
Selama pandemi Covid-19, hampir semua orang kehilangan pekerjaan, terutama pekerja pariwisata. Masyarakat pun beralih profesi dengan penjadi pembudidaya tanaman laut.
Saat ini, kondisi ekonomi warga di Nusa Lembongan sudah membaik karena mulai mengolah tanaman laut ini sebagai mata pencarian.
Eksistensi Rumput Laut
Dimatanya, eksistensi tanaman laut di Nusa Lembongan semakin tertata dengan baik. Pembudidaya pun tidak hanya berasal dari kalangan dewasa, melainkan juga ada dari kalangan remaja.
“Untuk luasnya itu per satu kepala keluarga hanya diperbolehkan 20 are dan tidak boleh lebih. Tapi sejauh ini, lebih banyak punya 10-15 are dengan jumlah petani nya ada 500 KK di Nusa Lembongan,” kata Ichoun.
Melansir dari Republika.co.id, adapun jenis tanaman laut yang ditonjolkan di Nusa Lembongan yaitu Cottoni atau rumput laut merah.
Tanaman laut ini biasanya digunakan untuk membuat kosmetik, buat kapsul, jajanan ringan dan diolah menjadi bahan produksi lainnya.
Dalam satu minggu, minimal masing-masing pembudidaya tanaman laut memperoleh 60 kg, dan selanjutnya dijual kepada pengepul.
“Yang membedakan tanaman laut Nusa Lembongan dengan tanaman laut lain yaitu dari segi budidayanya menggunakan sistem tanam dasar, dan petakan,” pungkasnya.
“Kemudian, dari sisi geografis di sini sangat memungkinkan budidaya rumput laut,” jelasnya.
Ia juga menambahkan harapan dari para petani pembudidaya tanaman laut di sini, ke depannya dapat mengembangkan agroekowisata sekaligus. S
Selain itu juga ada interaksi antara wisatawan dengan pembudidaya komoditi rumput lautnya, mengajar juga bagaimana budidaya tanaman laut ini dan membuat suvenir berbahan tanaman laut cottoni. (MYR)