ERAMADANI.COM, DENPASAR – Senin (20/07/2020) kemarin, Bupati Gianyar, I Made Mahayastra meletakkan batu pertama pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) Desa Bedulu di sebelah selatan Pura Dalem Puri Pura Samuan Tiga.
“Pembangunan TPS3R Desa Bedulu ini didanai dari anggaran Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bali sebesar Rp600 juta, dengan waktu pengerjaan selama 104 hari kalender,” kata Made Mahayastra di Gianyar.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu Gianyar dan mendukung program-programnya terutama di bidang lingkungan.
“Suatu daerah yang berkembang atau maju, permasalahan utama yang dihadapi adalah sampah,” ucapnya.
“Dan saya juga sudah menyiapkan langkah-langkah, dan syukur saya kali ini dibantu juga dari instansi yang lain baik dari LSM maupun dari PUPR, jadi untuk itu terima kasih,” katanya.
Bangun Pengolahan Sampah di Bedulu
Dilansir dari Republika.co.id, akhir tahun 2019 silam, ia meresmikan Bank Daur Ulang Bedulu (Badaulu), di lokasi yang sama. Sebuah bank daur ulang sampah yang dikelola oleh masyarakat Bedulu hasil kerja sama dengan PT Pegadaian Denpasar.
“Saya pernah sampaikan saat peresmian bank sampah tahun lalu, kita harus bersahabat dengan sarap,” tuturnya.
“Kalau sampah diajak bersahabat artinya kita kelola dan kembalikan ke unsurnya, kita daur ulang,” imbuhnya.
“Kalau kita musuh kita buang ke tempat-tempat yang tidak semestinya kita buang, ada yang ke sungai ada yang dibakar dan yang lainnya,” pungkusnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) TPS3R “Bedulu Bisa”, Pande Putu Mertayasa yang juga Manajer Badaulu mengatakan TPS3R yang sedang dibangun ini adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Semua jenis sarap yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Bedulu akan dikelola di sini. Diungkapkannya dengan pembangunan TPS3R ini akan mengedukasi masyarakat untuk memilah sampahnya sendiri.
“Persoalan selama ini, masyarakat bingung mau dibawa kemana sampahnya, kalau dikelola sendiri masih kurang edukasinya, dengan dibangunnya TPS3R ini sekaligus edukasi ke masyarakat bahwa ada pengelolaan sampah di sini,” kata Mertayasa.
Produksi sarap masyarakat Desa Bedulu mencapai 2 ton per hari, organik dan anorganik dari 11 banjar dan sekitar 2.600 KK.
Masyarakat Bedulu harus memilah sampahnya sendiri, karena jadwal pengambilan sarap organik dan anorganik oleh armada sarap yang dikelola oleh bank sampah dilakukan pada hari dan waktu yang berbeda.
“Jika sampah tidak dipilah oleh masyarakat, maka di sini akan jadi TPA kita akan kewalahan untuk mengolahnya,” tegas Mertayasa.
Menurut Mertayasa, agar masyarakat taat memilah sampahnya, pemerintah Desa Bedulu sedang menyiapkan Perdes (peraturan desa) terkait pengelolaan sampah.
Disamping Pergub dan Perbup tentang pengelolaan sampah yang telah diterbitkan oleh Pemprov maupun Pemkab.
Begitu juga di tingkat desa adat, sedang disiapkan pararem yang mengatur tentang pengelolaan sarap oleh masing-masing krama. Jika sarap tidak dipilah, maka sarap tidak akan diangkut oleh armada sampah.
Sanksi Untuk Warga yang Tidak Taat Perdes dan pararem
Diterapakannya Perdes dan pararem, dikatakan oleh Mertayasa tentu ada sanksi apabila warga tidak menaatinya.
“Kalau tidak dilaksanakan akan ada sanksi administrasi dari desa dinas, sementara juga ada sanksi adat kalau ada pelanggaran pararem, ini masih dibahas,” kata Mertayasa.
Pada kesempatan tersebut juga ditunjukkan bagaimana TPS3R itu nantinya akan beroperasi dan produk-produk yang akan dihasilkan.
Disebutkan oleh Konsultan Bank Sampah Badaulu sekaligus founder Siotonk, Ida Bagus Gede Adhitya, dari sampah organik yang yang diolah akan menghasilkan berbagai produk seperti pupuk organik cair, kompos, dan lain-lain.
“Dari fermentasi sampah organik, cairan yang dihasilkan bisa dimanfaatkan menjadi desinfektan, penyanitasitangan, pengasapan sarang nyamuk sekaligus bisa sebagai pupuk. “Ini sudah diuji klinis, ini aman dan murni organik,” kata Gus Adhitya.
Bank Sampah Desa Bedulu adalah salah satu pengguna Siotonk atau sistem informasi daring tempat olahan organik yang merupakan komposter digital.
Menurut Gus Adhitya, Gianyar menduduki peringkat pertama se-Bali sebagai pengguna terbanyak Siotonk.
Siotonk menghasilkan produk-produk buangan, diantaranya bioaktivator, pupuk organik cair, pupuk organik padat, larutan organik multifungsi, dan pakan ternak berupa probiotik dan maggot.
“Seharusnya Gianyar sudah bisa tidak lagi hasilkan sampah,” tutupnya. (MYR)