ERAMADANI.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah menembus 10 juta orang, dengan kecepatan penyuntikan mendekati 500 ribu per hari. Meski demikian, lonjakan kasus positif COVID-19 yang terjadi di sejumlah negara Eropa dan India dapat menggangu ketersediaan vaksin di Tanah Air.
Adapun munculnya strain baru virus corona yang juga muncul di Indonesia sejak Januari dan laju mobilitas yang terlalu agresif, menjadikan terjadinya kenaikan laju penularan kasus COVID-19.
Terkait hal itu, ia akan mengatur laju kecepatan vaksinasi agar tidak terjadi kekosongan saat program vaksinasi berjalan di Indonesia sekarang ini.
“Jadi sesuai arahan Bapak Presiden coba cari solusi titik keseimbangan, agar saat program PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan vaksinasi terjadi momentum perbaikan dan tidak terjadi lonjakan (kasus),” terangnya, mengutip idntimes.com.
Ia pun mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan walau sudah vaksinasi.
“Walau pun sudah divaksinasi tetap jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, karena kita tetap bisa terkena tapi tidak akan parah. Vaksinasi tidak membuat kita kebal tetapi antibodi bisa membuat cepat sembuh, termasuk adanya strain baru,” jelas Menkes Budi.
Tren Kematian Akibat COVID-19 Tingkat Global Alami Kenaikkan
Wiku Adisasmito selaku Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan, tren kasus kematian harian akibat virus corona tingkat global mengalami kenaikan selama 24 Februari hingga 24 Maret 2021.
Kenaikannya 61,16 persen atau naik dari 6.517 ke 10.503 kasus.
Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara pun terlihat mengalami kenaikan.
Brasil naik 75,84 persen atau dari 1.275 ke 2.242 kasus, India naik 130 persen atau dari 108 ke 249, dan Italia naik 35 persen atau dari 192 ke 260 kasus.
Sementara pasien meninggal dunia kembali meningkat selama tiga minggu terakhir.
Padahal, angka kematian ini sempat mengalami penurunan pada Januari dan Februari 2021.
Kondisi di Indonesia lebih baik, lantaran trennya mengalami penurunan.
Meski begitu, fakta ini harusnya membuat semua pihak tidak lengah dalam penanganan COVID-19.
“Fakta ini harusnya menjadi refleksi dan agar tidak lengah mengevaluasi penanganan. Utamanya pada pelayanan pasien COVID-19 dengan gejala sedang dan berat,” pungkas Wiku dalam keterangan pers tertulis.
(ITM)