ERAMADANI.COM, BANGLI, – Kabupaten Bangli gelar upacara serah terima pataka panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai dari Kabupaten Klungkung ke Kabupaten Bangli pada Kamis (14/11/2019) lalu.
Acara tersebut, dipusatkan di lapangan Kapten Mudita Bangli yang dihadiri langsung oleh Bupati Bangli selaku Inspektur upacara.
Turut Hadir pula Bupati Klungkung, Pimpinan OPD, Perwakilan TNI, POLRI, ASN dan sekolah di lingkungan pemerintah kabupaten Bangli.
Ketua Pemuda Pancamarga Marcab Bangli IB. Putra menyampaikan Panji-panji Surat Sakti Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai Secara Estafet telah diserahkan kepada Kabupaten Jembrana.
Berikutnya diserahkan kepada Kabupaten Karangasem kemudian dilanjutkan ke Kabupaten Klungkung dan saat ini diserahkan kepada Kabupaten Bangli.
Penyerahan panji-panji dan surat sakti itu langsung diterima oleh Bupati Bangli I Made Gianyar,SH.M.Hum.,M.Kn.
Melakukan Beberapa Penghormatan Saat Terima Pataka
Usai upacara serah terima itu, Bupati Bangli didampingi Bupati Klungkung melepas arak arakan menuju Gunaksa.
Panji-panji tersebut, naik ke dalam mobil menuju Landih, karena akan mengikuti prosesi upacara penghormatan dan sembahyang ditempat transit pekarangan.
Pekarangan tersebut merupakan salah satu tempat kesakralan dari I Gusti Ngurah Rai. Setelah itu akan dilanjutkan menuju Suter, untuk melakukan penghormatan di Monumen Suter.
Lanjut menuju penelokan, berikutnya Susut untuk melakukan penghormatan, langsung turun ke Penatahan menuju Pukuh dan Jembatan Bangli. Terakhir bersemayam di Penglipuran.
“Itulah Perjalanan Panji-Panji dan Surat Sakti Untuk Kabupaten Bangli” terangnya. Untuk penyerahan Pataka dan Panji-panji dilakukan pada Sabtu (16/11/2019) ke Kabupaten Gianyar.
Untuk memeriahkan acara tersebut, dilaksankanya hiburan pada malam hari dengan tujuan menjaga pataka tersebut di Panglipuran.
Usai melepas Pataka Bupati Bangli menyampaikan, “hari ini kita telah terima Pataka dan Surat Sakti Brigjen TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai” tuturnya.
Sebuah Ingatan Masa Lalu
Ia mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dari pernyataan kemerdekaan yang dibacakan oleh Sukarno Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
Meskipun Indonesia sudah merdeka, namun Belanda bersama sekutunya belum rela melepaskan tanah jajahannya, walaupun sudah memenangkan perang dunia ke-2.
Mereka datang lagi untuk menjajah, sehingga pergolakan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia terus dilakukan oleh tentara tentara Indonesia yang sekarang menjadi pahlawan kusuma Bangsa.
“Untuk itulah kita sebagai generasi muda sesuai dengan amanat presiden harus mengenali pahlawan dan berikutnya tidak boleh lupa dengan jasa pahlawan Bangsa, Jayalah Indonesia” kata Made Gianyar.
Sekilas Tentang Pertempuran Puputan Margarana
Pertempuran Puputan Margarana merupakan salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda dalam masa Perang kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 20 November1946.
Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Pasukan TKR di wilayah ini bertempur dengan habis habisan untuk mengusir pasukan Belanda.
Yang kembali datang setelah kekalahan Jepang, untuk menguasai kembali wilayahnya yang direbut Jepang pada Perang Dunia ke II.
Perang puputan ini, mengakibatkan kematian seluruh pasukan I Gusti Ngurah Rai yang kemudian dikenang sebagai salah-satu Puputan di era awal kemerdekaan
Bagi pihak Belanda, perang ini mengakibatkan Belanda sukses mendirikan Negara Indonesia Timur.
Pada waktu staf MBO berada di desa Marga, I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di Kota Tabanan.
Perintah itu dilaksanakan pada 20 November 1946 pada malam hari, beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dengan baik.
Seorang komandan polisi NICA ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga pagi pagi buta.
Tentara Belanda mengepung Desa Marga, yang dilaksankan kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan NICA dengan pasukan Ngurah Rai.
Dalam pertempuran itu, tentara Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali.
Tak hanya itu, didatangkan pula dari Makasar pesawat pengebom sebuah pesawat militer yang dirancang untuk menyerang dengan cara menjatuhkan bom ke darat.
Di dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan yang di sebut dengan Puputan.
Sehingga pasukan Ngurah Rai yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk Ngurah Rai itu sendiri. Pihak Belanda tercatat kurang lebih 400 orang tentara yang tewas.
Sebagai bentuk penghormatan, lapangan bekas arena pertempuran itu didirikan sebuah Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa sebagai bukti sejarah masa lampau. (HAD)