ERAMADANI.COM, AMBON – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Tim Literasi Kebencanaan telah melaksanakan workshop dan kunjungan lapangan, di Provinsi Maluku pada Rabu (21/10/20) dan Kamis (22/10/20), untuk menggali informasi dan mengembangkan sistem literasi sejarah kebencanaan. Kunjungan lapangan itu berlangsung di 3 tempat yaitu Perpustakaan Rumphius, Perpustakaan Daerah Provinsi Maluku, dan Benteng Amsterdam.
Sejarah Singkat Perpustakaan Rumphius dan Tsunami Maluku
Nama Perpustakaan Rumphius ialah dari nama seorang ilmuwan ahli Botani bernama Georg Eberhard Rumphius.
Selama 50 tahun, Georg Eberhard Rumphius mengabdikan hidupnya untuk meneliti kekayaan alam Maluku.
Perpustakaan ini menyimpan sekitar 10.000 literatur sejarah dari buku ensiklopedia tua, peta Indonesia yang masih terbuat dengan bantuan kompas, buku seri internasional, dan buku-buku terkait sejarah kejadian bencana Maluku.
Dalam salah satu karyanya, Rumphius telah mengisahkan bahwa Ambon dan pulau sekitarnya pernah mengalami bencana tsunami terbesar dalam sejarah perjalanan Nusantara, yang terjadi pada 17 Februari 1674.
Tsunami dengan ketinggian lebih dari 80 meter itu meluluhlantakkan setidaknya 13 desa.
Data itu berdasarkan “Waerachtigh Verhael van der Schierlijke Aerdbevinge” (Kisah Nyata tentang Gempa Bumi yang Dahsyat) oleh Rumphius.
Ketigabelas desa yang berada di Pulau Ambon dan Seram itu ialah sebagai berikut.
- Larike
- Nusatelo
- Orien
- Lima
- Seyt
- Hila
- Hitu Lama
- Mamala
- Thiel
- Seram kecil
- Oma Honimoha
- Nusa Laut
- Paso Baguala
Akibat kejadian itu, 2.322 orang meninggal dunia.
Oleh karena hal itu, Benteng Amsterdam merupakan bukti sejarah dari dahsyatnya bencana tersebut, yang menyebabkan bangunannya mengalami kerusakan parah.
Workshop Sistem Literasi Sejarah Kebencanaan Upaya Tingkatkan Pengetahuan
Sementara Workshop Sistem Literasi Sejarah Kebencanaan itu berlangsung di hotel Swiss-bell Kota Ambon.
BPBD Provinsi Maluku, Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Maluku, BPBD Kota Ambon, BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat, BPBD Kabupaten Maluku Barat Daya, dan BPBD Kabupaten Seram Bagian Timur, menghadiri acara itu secara langsung.
Sementara perwakilan dari UPN Veteran Yogyakarta, TDMRC Universitas Syiah Kuala, U-INSPIRE, dan CARI, menghadiri acara secara daring.
Dr. Ir. Udrekh SE, M.Sc, selaku Direktur Sistem PB dalam pembukaannya menyampaikan bahwa literasi kebencanaan adalah pengalaman berharga yang menjadi landasan ilmu pengetahuan pada masa depan.
Udrekh menambahkan bahwa perlu adanya pengumpulan dan penyimpanan arsip, sehingga nantinya bangsa Indonesia dan dunia dapat menggunakan perpustakaan ini.
Selain itu, pengelolaan dan penyediseminasian upaya ini harus dengan baik ke seluruh pemangku kepentingan, untuk meningkatkan pengetahuan kita bersama pada masa depan.
Senada dengan Udrekh, John M. Hursepuny, AP., M.Si, selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Maluku menyampaikan bahwa Maluku bagai 2 sisi mata uang.
Selain terkenal memiliki potensi sumber daya alam dan rempah-rempah yang memikat bangsa asing, provinsi ini juga memiliki berbagai ancaman bencana baik geologi maupun hidrometeorologi.
Ancaman bencana hidrometeorologi sering terjadi, tetapi bencana geologi memberikan dampak bencana yang besar.
Tercatat beberapa gempa besar dan tsunami pernah terjadi di Maluku, yang menyadarkan kita untuk hidup berdampingan dengan risiko bencana yang tinggi. (ZAN)