ERAMADANI.COM, CHINA – Virus yang melanda Wuhan di China telam membuat warga khawatir, sehingga untuk menghindarinya banyak warga yang berebut untuk membeli masker di apotek.
Tercatat puluha juta masker laris manis di China. Kesempatan ini dimanfaatkan para penjual untuk mengatrol harga masker berkali-kali lipat.
Salah satu Apotek bernama Beijing Jimin Kangtai Pharmacy di Beijing, Tiongkok didenda setelah mencoba mengambil keuntungan dari wabah virus korona.
Apotek itu menaikkan harga masker enam kali lipat dari harga biasanya, kerna melihat banyaknya pembeli yang memburu masker tersebut.
Apotek di China Didenda Akibat Naikan Harga Masker
Dilansir dari Islampos.com, menurut laporan, sebuah apotek di ibu kota Cina, Beijing, didenda 3 juta yuan (sekitar Rp5,89 miliar) lantaran menaikkan harga alat penutup hidung dan mulut.
Pasalnya apotek itu tertangkap basah oleh pihak keamanan pasar, yang telah meluncurkan tindakan keras terhadap praktik tak wajar tersebut.
Beberapa bisnis berusaha menghasilkan uang dengan menaikkan harga saat seluruh warga membutuhkan pelindung tersebut. Badan pengawas mengatakan, pihaknya telah memeriksa 31 kasus yang dicurigai sejak 23 Januari.
Setelah ditemukan bersalah oleh pihak berwajib, Apotek tersebut haru membayar denda sebesar 3 juta yuan setara Rp5,89 miliar.
Kini, wabah virus corona yang dimulai di pusat kota Wuhan akhir tahun lalu, telah menewaskan 132 orang dengan hampir 6.000 orang terinfeksi di Cina. Korban tewas diperkirakan bakal terus bertambah.
Sebuah denda administratif telah dikeluarkan untuk Farmasi Jimin Kangtai Beijing karena menaikkan harga masker N95. Demikian menurut pernyataan regulator itu.
Apotek itu menaikkan harga sekotak masker merek 3M menjadi 850 yuan (sekitar Rp1,66 juta) sedangkan harga pasaran di toko online hanya 143 yuan (sekitar Rp281 ribu). Demikian diberitakan televisi pemerintah.
Denda ini bagian dari penindakan tegas pemerintah Beijing terhadap mereka yang menaikkan harga dan menimbun barang. Sejauh ini Cina telah menangani 31 kasus katrol harga sejak 23 Januari.
Di Shanghai, regulator pasar telah memerintahkan penutupan sebuah apotek penjual alat pelindung yang tidak memenuhi standar regulasi.
Regulator itu telah meminta toko untuk mengembalikan uang kepada pembeli dan membuang yang tidak terjual.
Hingga kini, wabah tersebut masih belum menunjukkan tanda-tanda melambat bahkan setiap hari korban terus bertambah. (MYR)