Rusia membatalkan rencana melarang produk Turki, Senin (30/11/2015), setelah sebelumnya mengancam negara yang telah menembak jatuh pesawat tempurnya itu. Moskow berdalih, pemerintah menunda pelarangan produk Turki demi menghindari inflasi.
Menurut Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich, Moskow akan menunggu beberapa pekan untuk mulai mengetatkan sanksi. Sanksi larangan produk Turki tidak jadi dilaksanakan saat ini karena penerapan larangan produk secara mendadak akan mengakibatkan kekurangan yang bisa memicu inflasi.
“Penundaan ini akan memberikan waktu pada importir untuk mencari pemasok alternatif,” kata Dvorkovich, seperti dikutip Republika.
Menurut data statistik pemerintah, Rusia telah menghabiskan hampir 750 juta dolar AS dalam impor buah dan sayur pada tahun ini dari Turki. Sekitar 90 persen lemon, tomat, anggur dan aprikot yang dijual di Rusia berasal dari Turki.
Sedangkan menurut Wakil PM lainnya, Igor Shuvalon, Rusia kemungkinan tidak akan menerapkan larangan pada industri impor. Meski demikian, daftar barang terlarang bisa saja diperpanjang di masa depan. Komponen sanksi yang telah diterapkan adalah pembatasan travel dan wisata antara kedua negara.
Seperti diketahui, sebuah jet tempur Sukhoi Su-24 jatuh di perbatasan Suriah – Turki, Selasa (24/11/2015) lalu. Pesawat yang dikenal dengan sebutan Fencer itu jatuh dihantam rudal Turki. (Baca: Turki Tembak Jatuh Pesawat Rusia)
Juru bicara militer Turki mengatakan pihaknya menjatuhkan Sukhoi tersebut karena sering melanggar wilayah udara mereka. Turki telah mengingatkan 10 kali, namun jet tempur itu masih juga melanggar sehingga Turki terpaksa menjatuhkannya.
Rusia marah dengan penembakan itu dan meminta Turki minta maaf. Karena Turki tak mau minta maaf, Rusia mengancam akan memberlakukan sanksi ekonomi bagi Turki dengan melarang produk-produk Turki di Rusia. [Siyasa/Tarbiyah.net]