ERAMADANI.COM, OITA – Umat Islam di Kota Hiji, Distrik Hayami, Prefektur Oita saat ini tengah menunggu hasil pungutan suara dari penduduk setempat, terkait lahan yang akan dijadikan sebagai tempat pemakaman umat Muslim nantinya.
Penduduk setempat memberikan penolakan terhadap tradisi pemakaman umat Islam.
Berdalihkan hal itu dikhawatirkan akan mencemari tanah serta sumber air, yang digunakan sebagai irigasi tanaman dan air minum.
Dilansir dari pikiran-rakyat.com, diperkirakan sekitar 200.000 Muslim tinggal di seluruh Jepang.
Sementara itu, terdapat sekitar 1.000 orang tercatat tinggal di Prefektur Oita.
Meskipun masjid telah menjadi hal lumrah di kota besar, ternyata masih ada penolakan di antara penduduk Jepang terkait konsep pemakaman.
Penolakan Terang-terangan Hingga Tanda Tangani Petisi
Beberapa orang dari penduduk Hiji menyatakan penolakannya secara terang-terangan.
Penduduk yang tinggal di dua distrik kota yang dekat dengan pemakaman pun menandatangani petisi.
Petisi itu ditujukan untuk menuntut agar pengajuan pemakaman tersebut ditolak.
Petisi tersebut nantinya akan diserahkan ke kantor kota dan dewan lokal.
Seorang pejabat kota yang menangani masalah ini juga membenarkan telah diadakannya pertemuan penduduk setempat, untuk memberikan suaranya terkait masalah tersebut.
Penghitungan saat ini masih berlangsung dan pejabat tersebut tidak bisa memastikan kapan hasilnya akan diumumkan.
Akan tetapi, hal ini nantinya juga akan dikomunikasikan terlebih dahulu dengan pengacara asosiasi Muslim di sana.
“Ada sebagian masyarakat yang tidak menginginkan kuburan di sini. Mereka khawatir tentang kontaminasi dari tubuh yang masuk ke air yang mereka minum,” kata pejabat itu.
Namun, kepala Asosiasi Muslim Beppu, Khan Muhammad Tahir Abbas mengatakan bahwa ketakutan tersebut tidaklah berdasar.
“Kami telah mendengar keluhan tersebut sebelumnya dan kami telah diberitahu bahwa orang-orang khawatir kontaminasi akan mengalir ke danau sejauh 2 km, yang digunakan untuk irigasi tanaman,” jelasnya.
“Kami telah mencoba menjelaskan kepada mereka bahwa orang-orang telah mengubur mayat selama ribuan tahun, tidak hanya di negara-negara Muslim, tetapi juga banyak bagian di dunia lainnya dan tidak ada hal buruk yang terjadi,” sambungnya.
Ia juga menunjukkan bahwa ada kuburan Kristen yang berlokasi di dekat Kota Hiji, tetapi tidak ada protes dari penduduk setempat.
Abbas telah ke kantor Kota Beppu berkali-kali, tetapi pemerintah setempat tidak pernah memberikan kejelasan.
“Kami ke kantor kota Beppu berkali-kali untuk menanyakan apa yang perlu kami lakukan, dan mereka tidak pernah menolak kami untuk memiliki kuburan, tetapi mereka juga tidak pernah menerima kami,” ungkapnya. (ERK)