Allah SWT, dalam hikmah-Nya yang tak terhingga, telah memilih para nabi dan rasul sebagai perantara wahyu-Nya kepada umat manusia. Wahyu ini, sebagai pedoman hidup menuju jalan kebenaran dan keselamatan, disampaikan melalui berbagai cara; lisan, perbuatan, dan yang tak kalah penting, melalui kitab-kitab suci. Namun, di balik penurunan kitab-kitab ini, tersimpan tujuan-tujuan ilahiah yang mendalam, yang perlu dipahami dengan seksama oleh setiap muslim. Artikel ini akan mengkaji secara mendalam tujuan diwahyukannya kitab-kitab Allah SWT kepada para nabi dan rasul, dengan fokus pada empat kitab utama yang diakui dalam ajaran Islam: Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an.
Jumlah Kitab Suci: Sebuah Perspektif Ulama
Meskipun jumlah pasti kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi dan rasul menjadi perdebatan di kalangan ulama, dengan beberapa pendapat menyebutkan angka hingga 104 kitab, penting untuk ditegaskan bahwa keyakinan umat Islam berpusat pada empat kitab utama. Perbedaan jumlah ini tidak mengurangi esensi pesan utama, yaitu bimbingan ilahi menuju jalan yang lurus. Fokus pada empat kitab utama ini tidak berarti mengingkari kemungkinan adanya kitab-kitab lain yang pernah diturunkan, melainkan sebagai bentuk penekanan pada kitab-kitab yang memiliki peran sentral dalam sejarah dan ajaran agama Islam. Perbedaan pendapat ini mencerminkan kekayaan interpretasi dan pemahaman keagamaan yang tetap berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar iman. Keempat kitab utama tersebut menjadi pilar utama dalam memahami perjalanan sejarah wahyu dan evolusi ajaran keagamaan menuju puncaknya, yaitu Al-Qur’an.
Taurat: Ajaran dan Hukum dari Gunung Sinai
Taurat, berasal dari kata "Thora" dalam bahasa Ibrani yang berarti "ajaran," merupakan kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Musa AS di Gunung Sinai. Peristiwa ini merupakan momen monumental dalam sejarah kenabian, di mana Allah SWT berkomunikasi langsung dengan Nabi Musa AS, sehingga beliau dikenal dengan gelar "Kalimullah" (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah). Taurat tidak hanya berisi ajaran moral dan pedoman hidup, tetapi juga mencakup sejarah para nabi dan rasul sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Musa AS, serta hukum-hukum yang mengatur kehidupan umat manusia pada masa itu.
Ayat Al-Qur’an (QS. Al-Isra’ 17:2) menegaskan pemberian Taurat kepada Musa AS dan perintah untuk tidak menyembah selain Allah. Ini menunjukkan esensi utama Taurat sebagai panduan menuju tauhid (keesaan Tuhan). Namun, penting untuk diingat bahwa Taurat yang ada saat ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan dari bentuk aslinya. Al-Qur’an sendiri mengkonfirmasi beberapa ajaran Taurat, namun juga menekankan penyimpangan yang terjadi di kemudian hari. Hal ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kemurnian ajaran agama dan bahaya penyimpangan dari wahyu asli.
Tujuan diwahyukannya Taurat dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Memberikan petunjuk dan pedoman hidup bagi Bani Israil: Taurat berfungsi sebagai panduan moral dan hukum untuk mengatur kehidupan sosial, keagamaan, dan personal Bani Israil.
- Menjaga kesatuan umat: Dengan memberikan hukum dan aturan yang jelas, Taurat diharapkan dapat menjaga kesatuan dan ketertiban dalam masyarakat Bani Israil.
- Mengajarkan tauhid: Esensi utama Taurat adalah penegasan keesaan Tuhan dan larangan penyembahan berhala.
- Menyiapkan jalan bagi kenabian berikutnya: Taurat mengandung nubuat tentang kedatangan nabi-nabi selanjutnya, termasuk Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan bahwa wahyu ilahi bersifat berkesinambungan dan berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Zabur: Mazmur-Mazmur Nabi Daud AS
Kitab Zabur, diwahyukan kepada Nabi Daud AS, berasal dari kata "zabara" yang berarti "menulis dengan sempurna." Berbeda dengan Taurat yang lebih menekankan pada hukum, Zabur lebih kaya akan unsur pujian, doa, dan renungan. Kitab ini berisi 150 mazmur yang mengungkapkan pengalaman hidup Nabi Daud AS, baik suka maupun duka, kemenangan maupun kekalahan, serta mengandung nubuat tentang masa depan.
Zabur tidak membawa syariat baru, melainkan melanjutkan dan memperkuat syariat yang telah dibawa oleh Nabi Musa AS. Tujuan diwahyukannya Zabur adalah:
- Memberikan penghiburan dan kekuatan spiritual: Mazmur-mazmur dalam Zabur berfungsi sebagai media ungkapan perasaan dan permohonan kepada Allah SWT, memberikan penghiburan dan kekuatan spiritual bagi Nabi Daud AS dan umatnya.
- Mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual: Zabur mengandung nilai-nilai moral dan spiritual yang tinggi, mengajarkan tentang kasih sayang, keadilan, dan pengabdian kepada Allah SWT.
- Menjaga kesinambungan ajaran kenabian: Zabur berfungsi sebagai penguat dan pelengkap ajaran Taurat, menjaga kesinambungan ajaran kenabian.
Injil: Kabar Gembira dari Nabi Isa AS
Injil, berasal dari kata Yunani "Evangelion" yang berarti "kabar gembira," diwahyukan kepada Nabi Isa AS. Kitab ini menekankan pada pembersihan jiwa dan raga dari kotoran dosa, mengajarkan tentang kasih sayang, pengampunan, dan pertobatan. Injil juga berfungsi sebagai pelurus ajaran Taurat yang pada masa itu telah banyak mengalami penyimpangan.
Allah SWT dalam Al-Qur’an (QS. Al-Maidah 5:46) menegaskan Injil sebagai pembenar Taurat dan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Namun, seperti Taurat, Injil yang ada saat ini juga telah mengalami perubahan dan penambahan dari berbagai pihak. Keempat Injil kanonik (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) merupakan hasil interpretasi dan penyusunan oleh para pengikut Nabi Isa AS, yang mungkin mengandung unsur-unsur tambahan di luar wahyu asli.
Tujuan diwahyukannya Injil adalah:
- Memperbaiki penyimpangan ajaran Taurat: Injil berfungsi sebagai pelurus ajaran Taurat yang telah mengalami penyimpangan dan penafsiran yang keliru.
- Mengajarkan tentang kasih sayang dan pengampunan: Injil menekankan nilai-nilai kasih sayang, pengampunan, dan pertobatan sebagai jalan menuju keselamatan.
- Menyiapkan jalan bagi kedatangan Nabi Muhammad SAW: Meskipun tidak secara eksplisit, Injil mengandung nubuat tentang kedatangan nabi terakhir yang akan menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Al-Qur’an: Kitab Suci yang Sempurna dan Abadi
Al-Qur’an, kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan puncak dari rangkaian wahyu ilahi. Diturunkan secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari, Al-Qur’an berisi 30 juz, 114 surah, dan 6.666 ayat. Diturunkan pertama kali di Gua Hira, Makkah, Al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang sempurna dan abadi bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Allah SWT dalam Al-Qur’an (QS. Thaha 20:113) menegaskan penurunan Al-Qur’an dalam bahasa Arab dan tujuannya sebagai peringatan dan pelajaran. Al-Qur’an juga dalam (QS. Al-Maidah 5:48) menegaskan kedudukannya sebagai pembenar dan penjaga kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an tidak hanya mengulang ajaran-ajaran sebelumnya, tetapi juga menyempurnakannya, memberikan penjelasan yang lebih rinci dan komprehensif, serta menyesuaikannya dengan kebutuhan umat manusia di sepanjang zaman.
Tujuan utama diwahyukannya Al-Qur’an adalah:
- Memberikan petunjuk dan pedoman hidup yang sempurna: Al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang komprehensif dan sempurna untuk seluruh aspek kehidupan manusia, baik individu maupun sosial.
- Menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya: Al-Qur’an menyempurnakan dan meluruskan ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab-kitab suci sebelumnya yang telah mengalami penyimpangan.
- Mengajarkan tauhid dan akhlak mulia: Al-Qur’an menekankan pentingnya tauhid (keesaan Tuhan) dan akhlak mulia sebagai dasar kehidupan yang bermakna.
- Memberikan kabar gembira dan peringatan: Al-Qur’an berisi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan peringatan bagi orang-orang yang kafir.
- Menjadi hujjah (bukti) bagi manusia: Al-Qur’an merupakan hujjah yang tak terbantahkan bagi seluruh umat manusia, sebagai bukti nyata tentang keberadaan Allah SWT dan kebenaran ajaran-Nya.
Kesimpulannya, kitab-kitab Allah SWT yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul memiliki tujuan utama yang konsisten, yaitu untuk membimbing manusia menuju jalan yang benar, mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual yang tinggi, serta menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Al-Qur’an, sebagai kitab suci terakhir, merupakan penyempurna dan pengokoh ajaran-ajaran sebelumnya, memberikan pedoman hidup yang sempurna dan abadi bagi seluruh umat manusia. Pemahaman yang mendalam terhadap tujuan diwahyukannya kitab-kitab suci ini sangat penting untuk menghayati nilai-nilai keagamaan dan menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Allah SWT.