ERAMADANI.COM, DENPASAR – Kemenag Provinsi Bali mengelar tausiyah dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Nirmala, Denpasar, pada Jum’at (13/12/2019) lalu.
Acara tersebut dihadiri oleh Kakanwil Kemenag Provinsi Bali, Anggota DPD RI Bambang Santoso, Kakandepag Kab/Kota se-Bali, Kepala KUA se-Bali.
Kepala MIN dan MAN se-Bali, Ketua MUI Prov. Bali, Ketua PW Muhammadiyah Bali, Ketua PWNU Bali, serta tamu undangan yang lain.
Pada acara pembukaan, Ketua Panitia Drs. H. Nurkhamid, M.Ed menyampaikan rasa terima kasihnya kepada H. Bambang Santoso yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk bisa hadir dan memberikan tausiyah pada acara tersebut.
Sedangkan pada acara sambutan yang disampaikan oleh Kakanwil Depag Provinsi Bali I Nyoman Lastra, S.Pd, M.Ag. Ia berpesan agar seluruh jajaran Kemenag Provinsi Bali menjadi agen kerukunan hidup antar umat beragama.
Ia juga menyampaikan 5 karakter keteladanan Nabi Muhammad SAW yang bisa diterapkan dalam 5 Budaya Kerja di lingkungan Kemenag, yaitu:
- Selalu merasa takut dan diawasi oleh Allah SWT, sehingga mencegah dari perbuatan yang tidak baik.
- Zuhud, kesederhanaan dalam pola hidup.
- Fatonah, kecerdasan yang melahirkan pola pikir yang kreatif dan inovatif
- Amanah, tanggungjawab dalam melaksanakan tugas
- Husnul Huluk, yaitu memiliki akhlak yang baik.
Tausiyah Saat Peringatan Maulid Nabi

Kemudian acara dilanjutkan dengan Tausiyah yang merupakan acara inti yang disampaikan oleh Senator Bambang Santoso.
Ia membukanya dengan berpesan agar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW agar tidak hanya sekedar dilakukan sebagai acara simbolik maupun seremoni tanpa makna.
Oleh karenanya ia kemudian mengutip ayat suci Al Qur’an :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh” QS. Al-Ahzâb 33:21.
Ia kemudian menjabarkan ayat tersebut terkandung 3 nilai yang bisa diambil yatu Keteladanan Nabi hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang ikhlas dan mengharap keridloan Allah semata
Percaya dan yakin dengan adanya hari akhir. Bahwa setiap perbuatan manusia kelak di hari akhir akan dimintai pertanggungjawaban, sehingga dirinya selalu takut berbuat dosa.
Terakhir, memperbanyak dzikir dan mengingat Allah SWT adalah karakter orang yang bisa meneladani Nabi dalam kehidupannya.
Selanjutnya ia mengutip sebuah hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya:
“Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak”
Bila kita mampu meneladani karakter dan akhlak Nabi Muhammad SAW secara utuh, maka pola budaya yang digariskan dalam zona integritas di tiap-tiap instansi terutama di lingkungan Kemenag sudah tidak diperlukan lagi.
Pada bagian akhir ia menutupnya dengan mengutip QS. Al Anam 6 : 161-162 yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik”
Keteladanan Nabi selanjutnya bisa dicapai manakala kita bisa mengikuti petunjuk Allah dan ajaran-ajaran sebagaimana milah Ibrahim yang tidak terlalu condong ke kiri (liberal, sekuler, pluralis) maupun ke kanan (khawarij/radikal).
“Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”
Bahwa ketika seorang hamba telah sampai pada tingkat penyerahan dirinya kepada Allah, maka Allah yang akan membantu menyelesaikan segala urusannya di dunia dan akhirat.
Di penghujung acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ditutup dengan do’a dari perwakilan MUI Provinsi Bali H. Ir. Maman Supratman. (ZAN)