Takabbur, atau kesombongan, merupakan penyakit laten yang membayangi jiwa manusia, sebuah sifat tercela yang tak hanya merusak relasi sosial, tetapi juga menghambat pencapaian kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Ajaran Islam dengan tegas mengutuk sifat ini, menandainya sebagai penghalang menuju ridho Ilahi dan surga-Nya. Lebih dari sekadar merasa lebih baik dari orang lain, takabbur merupakan manifestasi dari penolakan terhadap kebenaran dan keengganan untuk tunduk pada kehendak Allah SWT. Pemahaman yang komprehensif tentang takabbur, ciri-cirinya, dampak negatifnya, serta metode penanggulangannya, menjadi krusial bagi setiap muslim untuk mencapai kesempurnaan spiritual.
Mengenal Lebih Dekat Takabbur: Lebih dari Sekadar Sombong
Takabbur, dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sombong, namun maknanya jauh lebih luas dan mendalam dalam konteks ajaran Islam. Lebih dari sekadar merasa superior, takabbur merupakan sikap mental dan perilaku yang menganggap diri sendiri sebagai pusat segala sesuatu, memandang orang lain dengan rendah hati, dan seringkali disertai dengan upaya untuk merendahkan mereka. Individu yang terjangkiti takabbur, yang disebut sebagai mutakabbir, menganggap dirinya lebih besar, lebih pandai, lebih kaya, atau lebih unggul dalam segala aspek dibandingkan dengan sesamanya. Sifat ini bertolak belakang dengan tawaduk, yaitu kerendahan hati yang mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati setiap individu tanpa memandang status sosial, kekayaan, atau pencapaiannya. Seseorang yang takabbur akan kesulitan mengakui kekurangannya, menolak kritik konstruktif, dan cenderung menutup diri dari pembelajaran dan pertumbuhan pribadi. Lebih jauh lagi, takabbur merusak tatanan sosial, menciptakan jurang pemisah antara individu dan komunitas, dan menghambat terwujudnya persaudaraan dalam Islam.
Mengidentifikasi Takabbur: Mengenali Gejala Penyakit Jiwa
Mendeteksi takabbur bukanlah perkara mudah, karena seringkali terselubung di balik lapisan kepura-puraan dan pencitraan. Namun, beberapa ciri khas dapat membantu kita mengidentifikasi individu yang terjangkiti penyakit ini. Berdasarkan kajian berbagai sumber keagamaan dan literatur terkait, berikut beberapa tanda yang patut diwaspadai:
-
Riya’ dan Kecenderungan Memuji Diri: Individu yang takabbur seringkali terjerat dalam riya’, yaitu pamer amal ibadah atau kebaikan semata-mata untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari manusia. Mereka cenderung memuji diri sendiri, menyombongkan harta, ilmu, keturunan, atau prestasi yang dicapainya, tanpa disertai rasa syukur yang tulus kepada Allah SWT.
-
Meremehkan dan Merendahkan Orang Lain: Sikap takabbur melahirkan rasa superioritas yang berlebihan, sehingga individu tersebut cenderung meremehkan dan merendahkan orang lain. Mereka menganggap orang lain lebih rendah, kurang berpengetahuan, atau kurang berharga dibandingkan dirinya. Perilaku ini seringkali diwujudkan dalam bentuk perkataan, tindakan, atau bahkan ekspresi wajah yang merefleksikan rasa superioritas.
-
Keji Mulut dan Kritik Destruktif: Individu yang takabbur seringkali menggunakan kata-kata kasar, sarkastik, dan menyakitkan untuk mengkritik orang lain. Mereka cenderung menonjolkan kesalahan kecil orang lain, sementara menutup mata terhadap kekurangan dan kesalahan diri sendiri. Kritik yang disampaikan bukan bertujuan untuk perbaikan, melainkan untuk menunjukkan superioritas dan merendahkan orang lain.
-
Menghindari Interaksi Sosial: Meskipun tampak paradoks, individu yang takabbur dapat menghindari interaksi sosial. Hal ini bukan karena rasa rendah diri, melainkan karena mereka merasa tidak perlu bergaul dengan orang yang dianggapnya lebih rendah. Mereka cenderung memalingkan muka, menghindari pertemuan, atau bahkan bersikap dingin dan acuh tak acuh terhadap orang lain.
-
Sikap Angkuh dalam Berjalan dan Berbicara: Takabbur juga dapat terlihat dalam gaya berjalan dan berbicara yang angkuh dan sombong. Mereka mungkin berjalan dengan gaya yang berlebihan, berbicara dengan nada tinggi dan penuh otoritas, dan cenderung mengabaikan pendapat orang lain.
-
Pemborosan dan Kemewahan Berlebihan: Takabbur seringkali diiringi dengan pemborosan harta dan kemewahan yang berlebihan. Mereka menggunakan harta kekayaannya untuk menunjukkan status sosial dan superioritas, tanpa mempertimbangkan aspek keadilan dan kepedulian sosial.
-
Berpakaian Mencolok dan Menarik Perhatian: Dalam hal berpakaian, individu yang takabbur cenderung memilih pakaian yang mencolok dan menarik perhatian, untuk menunjukkan status sosial dan kekayaannya. Mereka menggunakan pakaian sebagai alat untuk membanggakan diri dan merendahkan orang lain.
Landasan Hukum Takabbur: Ayat dan Hadits yang Mengutuk Kesombongan
Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW secara tegas mengutuk takabbur dan memperingatkan akan konsekuensi buruknya. Allah SWT menyatakan bahwa takabbur merupakan sifat yang hanya layak dimiliki-Nya semata. Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menegaskan, "Takabbur hanya milik dan hak prerogatif Allah SWT." Ini menunjukkan betapa seriusnya Allah SWT memandang sifat ini.
Ayat Al-Quran, seperti Surah An-Nahl ayat 29, menggambarkan ancaman neraka Jahanam bagi orang-orang yang sombong: "(Maka) masukilah pintu-pintu neraka Jahanam; kamu kekal di dalamnya. Itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri." Ayat ini menegaskan bahwa takabbur bukan hanya dosa biasa, tetapi merupakan dosa besar yang berakibat fatal di akhirat.
Surah Al-A’raf ayat 48 juga mengingatkan akan kesia-siaan harta dan kekuasaan bagi orang yang sombong: "…Tidak ada manfaatnya bagimu harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan." Ayat ini menekankan bahwa harta dan kekuasaan yang diperoleh dengan kesombongan tidak akan memberikan manfaat di akhirat. Justru, kesombongan akan menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih ridho Allah SWT dan kebahagiaan abadi.
Jenis-Jenis Takabbur: Kesombongan Tersembunyi dan Terang-Terangan
Takabbur dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu takabbur batin dan takabbur lahir. Takabbur batin merupakan kesombongan yang tersembunyi di dalam hati, tidak terlihat secara fisik, namun dapat mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Sementara takabbur lahir merupakan manifestasi dari takabbur batin yang diekspresikan melalui tindakan dan perilaku yang merendahkan orang lain. Keduanya sama-sama berbahaya dan perlu diwaspadai.
Akar Masalah Takabbur: Menelusuri Penyebab Kesombongan
Munculnya sifat takabbur tidaklah tiba-tiba. Ada beberapa faktor yang dapat memicu dan memperparah sifat ini, antara lain:
-
Keberhasilan dan Prestasi: Pencapaian prestasi dan keberhasilan yang signifikan dapat memicu rasa bangga diri yang berlebihan, jika tidak diimbangi dengan rasa syukur dan rendah hati.
-
Kekayaan dan Kekuasaan: Kelimpahan harta dan kekuasaan dapat membuat seseorang merasa superior dan memandang rendah orang lain yang kurang beruntung.
-
Kecerdasan dan Kemampuan: Keunggulan intelektual dan kemampuan tertentu dapat membuat seseorang merasa lebih pintar dan lebih mampu dibandingkan dengan orang lain.
-
Keturunan dan Silsilah: Bangga dengan keturunan atau silsilah keluarga yang terhormat dapat memicu rasa superioritas dan memandang rendah orang lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
-
Kurangnya Pendidikan Agama: Kurangnya pemahaman dan pengamalan ajaran agama dapat menyebabkan seseorang tidak menyadari bahaya dan dosa takabbur.
Dampak Negatif Takabbur: Bencana yang Menghancurkan
Takabbur memiliki dampak negatif yang sangat luas dan merusak, baik bagi kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Beberapa konsekuensi yang perlu diwaspadai antara lain:
-
Hilangnya Pahala: Kesombongan dapat menghapus pahala amal ibadah yang telah dilakukan, karena bertentangan dengan prinsip kerendahan hati dan ketaatan kepada Allah SWT.
-
Murka Allah SWT: Takabbur merupakan sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT, sehingga dapat mendatangkan murka dan azab-Nya.
-
Terjerat Ghurur dan ‘Ujub: Takabbur seringkali memicu ghurur (tertipu oleh hawa nafsu) dan ‘ujub (bangga diri), yang merupakan sifat tercela dalam Islam.
-
Dosa Besar: Takabbur termasuk dosa besar karena merupakan bentuk penolakan terhadap kebenaran dan penghinaan terhadap sesama manusia.
-
Menjauhkan dari Kasih Sayang: Sifat sombong membuat seseorang dijauhi dan tidak disukai oleh lingkungan sekitarnya, karena mereka cenderung bersikap arogan dan tidak menghargai orang lain.
Menanggulangi Takabbur: Jalan Menuju Kerendahan Hati
Mengatasi takabbur bukanlah hal yang mudah, namun dengan usaha dan ketekunan, hal tersebut dapat dicapai. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
-
Meningkatkan Ibadah kepada Allah SWT: Ibadah yang khusyuk dan tulus akan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menumbuhkan rasa kerendahan hati.
-
Berbagi dan Menghilangkan Egoisme: Berbagi dengan orang lain, baik harta, waktu, maupun ilmu pengetahuan, akan membantu mengurangi egoisme dan rasa superioritas.
-
Selalu Bersyukur: Mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT akan menumbuhkan rasa rendah hati dan mencegah kesombongan.
-
Memahami Keterbatasan Diri: Menyadari bahwa manusia hanyalah makhluk yang lemah dan terbatas akan mencegah rasa superioritas dan kesombongan.
-
Membangun Silaturahmi: Mempererat hubungan dengan sesama manusia akan menumbuhkan rasa empati, kasih sayang, dan mengurangi rasa iri hati dan kesombongan.
-
Introspeksi Diri: Melakukan evaluasi diri secara berkala akan membantu mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan, termasuk sifat takabbur yang mungkin masih melekat.
-
Menjaga Lisan dan Perkataan: Berhati-hati dalam berbicara, menghindari kata-kata kasar dan menyakitkan, serta senantiasa menjaga lisan dari hal-hal yang dapat merendahkan orang lain.
Dengan memahami bahaya takabbur dan menerapkan langkah-langkah penanggulangannya, kita dapat membersihkan jiwa dari penyakit ini dan mencapai kesempurnaan spiritual yang diridhoi Allah SWT. Jalan menuju kerendahan hati adalah jalan menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.