ERAMADANI.COM, DENPASAR – Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al-Jufri melakukan Silaturahmi Kebangsaan dan Kebudayaan di Bali yang diselengarakan pada Kamis (06/02/2020) hingga Jumat (07/02/2020).
Dikutip dari situs resmi Humas DPW PKS Bali, Habib Salim selaku pimpinan tertinggi di PKS akan dijadwalkan akan melakukan beberapa silaturahmi.
Diantaranya menemui Raja Pemecutan Ida Cokorda Pemecutan XI, dan Pengurus MUI Provinsi Bali, serta silaturahmi dengan seluruh kader PKS Bali.
Hal ini diungkapkan Ketua DPW PKS Bali Hilmun Nabi’ saat mendampingi Habib Salim Segaf Al-Jufri di Denpasar, pada Kamis (06/02/2020) kemarin.
Majelis Syuro Bicara Soal Kebangsaan dan Kebudayaan
Hilmun mengatakan Raja Pemecutan Ida Cokorda berkenan menemui Habib Salim Segaf Al-Jufri guna berbicara mengenai kebangsaan dan kebudayaan.
“Raja Pemecutan Ida Cokorda Pemecutan XI seorang nasionalis sejati dan penjaga budaya di Bali. Keluarga besar beliau juga termasuk pahlawan,” tuturnya.
“Sama seperti Kakek Habib Salim Segaf al Jufri yang juga merupakan pahlawan nasional. PKS ingin meneruskan tradisi silaturahim kebangsaan ini,” papar Hilmun
Hilmun juga menyampaikan silaturahmi Ketua Majelis Syuro PKS ke Bali adalah sebuah pelecut semangat bagi segenap kader dan simpatisan PKS Bali.
Ia mengaku PKS Bali mendapatkan dukungan nyata dari seluruh kader PKS di seluruh Indonesia termasuk saat peresmian kantor DPW PKS Bali.
“Hari ini hampir 150 Anggota DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/kota se-Sulawesi berkumpul dalam forum Bimbingan Teknis sekaligus memberikan dukungan ke PKS Bali,” ucapnya.
“Ditambah kehadiran langsung Ketua Majelis Syuro sebagai pemimpin tertinggi di PKS adalah sebuah lecutan semangat bagi kami,” ungkap Hilmun.
Selain memberikan arahan dalam Bimbingan Teknis Anggota DPR, DPRD dari PKS se-Sulawesi, bertemu kader PKS Bali dan menemui Raja Pemecutan.
Habib Salim Segaf juga dijadwalkan bertemu dengan Pengurus MUI Bali dan Pengurus Majelis Rasulullah di Bali.
Kebudayaan barulah menjadi referensi kebangsaan pada saat penguasa menghadapi kesulitan karena politik yang mereka jalankan.
Mulai bertentangan dengan kebangsaan dan kemerdekaan. Ketika Soekarno memberlakukan Demokrasi Terpimpin, ia mulai berbicara tentang kebudayaan sebagai kepribadian bangsa.
Ketika Soeharto menghapuskan oposisi politik, dia juga rajin berbicara tentang nilai-nilai harmoni dalam kebudayaan. (HAD)
Sumber : Humas PKS Wilayah Bali