ERAMADANI.COM, BALI – Bali sebagai salah satu destinasi wisata yang terkenal di seluruh dunia, wisatawannya yang berasal dari luar negeri pun melimpah ruah. Kearifan lokal masyarakat Bali dan berbagai destinasi wisata menjadi daya tarik tersendiri.
Dari sekian banyak Turis asing yang datang salah satu yang cukup menjadi sorotan adalah turis asal Australia. Berbagai perlakuan buruk dan tidak sopan kerap di lakukan oleh turis Australia.
Di kutip dari DetikTravel , perilaku buruk turis Australia tidak hanya di ketahui oleh masyarakat dunia, namun juga WN Australia sendiri mengaku hal itu. Seorang pakar pariwisata Australia dari University of Sydney, Dr Deborah Edwards pernah berbincang kepada media The New Daily bahwa tindakan ini dipicu oleh kurangnya pemahaman tentang budaya dan ketidakmampuan untuk berperilaku terhormat di negara-negara asing.
“Orang-orang dari semua kelompok umur yang berbeda mengalami masalah, tetapi saya akan mengatakan bahwa kelompok usia yang lebih muda mengalami lebih banyak masalah. Secara umum, saya pikir orang Australia tampaknya mendapatkan reputasi yang lebih buruk di luar negeri karena perilakunya,’ ujar Dr Deborah.
Pernyataan Deborah ternyata terbukti melalui data yang dimiliki oleh DFAT Australia. Tercatat, dalam data orang yang berumur 25-54 tahun sering bepergian. Dalam pembagian persentase: 25-34 tahun 17,4%, 35-44 tahun 16,9% dan 45-54 tahun 17,7%.
Beberapa pihak berpendapat bahwa perilaku yang dilakukan oleh turis-turis Australia di karenakan adanya paham white supremacy dan kekuatan akses paspor Australia. White supremacy sendiri adalah kebanggaan yang berlebihan terhadap ras kulit putih. Kemudian paspor Australia sendiri adalah paspor terkuat ke 7 di dunia. Dengan memiliki akses ke 110 negara bebas visa, 52 negara akses Visa on Arrival dan 36 negara dengan visa.
Meskipun Australia mampu menjamin keamanan dan kenyamanan negara nya , tetapi tidak dengan perilaku masyarakat nya saat berkunjung ke negara lain. (IAA)