Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Gelar Shalallahu Alaihi Wassalam (ṣallallāhu ʿalayhi wa sallam), yang secara konsisten disematkan pada nama Nabi Muhammad SAW, bukanlah sekadar ungkapan penghormatan biasa. Gelar ini sarat makna teologis dan spiritual, mencerminkan kedudukan Nabi Muhammad SAW yang unik dan tak tertandingi dalam Islam. Keistimewaan gelar ini terletak pada eksklusivitasnya; hanya Nabi Muhammad SAW yang layak menyandang gelar tersebut, membedakan beliau dari para nabi dan rasul lainnya.
Secara harfiah, Shalallahu Alaihi Wassalam berarti "Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepadanya." Shalawat (صلّى الله عليه) merupakan doa dan pujian kepada Allah SWT, memohon rahmat dan keberkahan-Nya, sementara salam (وسلّم) bermakna kedamaian dan keselamatan. Penggunaan kedua ungkapan ini secara bersamaan dalam gelar ini menunjukkan kedalaman doa dan harapan umat Islam agar Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, keberkahan, kedamaian, dan keselamatan kepada Nabi Muhammad SAW, baik di dunia maupun di akhirat.
Tulisan Arab dari Shalallahu Alaihi Wassalam adalah: صلّى الله عليه وسلم. Penulisan ini mengikuti kaidah tata bahasa Arab yang baku dan mencerminkan kesucian dan keagungan gelar tersebut. Penggunaan huruf-huruf Arab yang indah dan penuh makna memperkuat pesan spiritual yang terkandung di dalamnya.
Ayat Al-Ahzab ayat 56 dalam Al-Qur’an menegaskan pentingnya shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW. Ayat tersebut berbunyi (dalam tulisan Arab dan transliterasi Latin):
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (Innallāha wa malā’ikatahu yusallūna ʿalan-nabiyyi yā ayyuhallażīna āmanū ṣallū ʿalayhi wa sallimū taslīmā)
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." Ayat ini merupakan perintah langsung dari Allah SWT kepada seluruh umat Islam untuk senantiasa bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW. Ketaatan terhadap perintah ini merupakan bentuk kecintaan dan penghormatan yang tulus kepada Nabi terakhir sekaligus sebagai wujud syukur atas risalah dan bimbingan yang telah diberikan-Nya.
Perbedaan gelar Shalallahu Alaihi Wassalam dengan gelar yang disematkan pada nabi-nabi lainnya juga perlu diperhatikan. Para nabi dan rasul lainnya umumnya digelari "alaihis salam" (عليه السلام), yang berarti "semoga keselamatan dilimpahkan kepadanya." Meskipun mengandung doa keselamatan, gelar ini tidak memiliki cakupan dan kedalaman makna yang sama dengan Shalallahu Alaihi Wassalam. Gelar Shalallahu Alaihi Wassalam menunjukkan tingkat penghormatan dan kedudukan Nabi Muhammad SAW yang lebih tinggi dan unik di mata Allah SWT dan seluruh umat Islam.
Sifat-Sifat Asasi Rasulullah SAW yang Membedakan
Keistimewaan gelar Shalallahu Alaihi Wassalam juga tak lepas dari sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Berbagai literatur keagamaan, termasuk karya Said Hawwa, Ar-Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam, mengungkapkan empat sifat asasi yang membedakan Rasulullah SAW dari manusia lainnya:
-
Ash-Shidqul Muthlaq (الكذب المطلق): Kejujuran Mutlak. Kejujuran Nabi Muhammad SAW bukanlah sekadar kejujuran biasa, melainkan kejujuran mutlak yang tak tercela dalam segala kondisi. Setiap perkataan, janji, tindakan, bahkan canda beliau senantiasa selaras dengan kebenaran. Kejujuran ini menjadi landasan utama kepercayaan umat Islam kepada beliau sebagai utusan Allah SWT. Kejujuran ini menjadi pondasi utama risalah Islam yang dibangun di atas kebenaran dan kejujuran. Tidak ada ruang untuk kepura-puraan atau tipu daya dalam kehidupan dan dakwah beliau.
-
Al-Iltizamul Kamil (الالتزام الكامل): Komitmen dan Amanah yang Sempurna. Rasulullah SAW menunjukkan komitmen dan amanah yang sempurna dalam menjalankan tugas kenabian. Beliau dengan teguh memegang teguh dan menjalankan setiap perintah Allah SWT dan menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia tanpa mengurangi atau menambah sedikit pun. Amanah ini bukan hanya sebatas menyampaikan pesan, tetapi juga menegakkan dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan beliau dalam hal ini menjadi contoh bagi seluruh umat Islam untuk senantiasa memegang teguh amanah dan komitmen dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
-
At-Tablighul Kamil (التبليغ الكامل): Penyampaian Risalah yang Sempurna dan Berkelanjutan. Rasulullah SAW tidak hanya menyampaikan risalah Allah SWT secara sempurna, tetapi juga berupaya sepenuhnya untuk memastikan pesan tersebut sampai kepada seluruh umat manusia. Beliau berdakwah dengan sabar dan gigih, menghadapi berbagai rintangan dan tantangan tanpa pernah menyerah. Kegigihan dan kesabaran beliau dalam menyampaikan risalah Allah SWT menjadi teladan bagi para da’i dan umat Islam dalam menyebarkan ajaran Islam. Penyampaian risalah yang sempurna ini juga mencakup keteladanan dalam kehidupan pribadi beliau yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam.
-
Al-Aqlul Azhim (العقل العظيم): Intelektualitas yang Cemerlang. Rasulullah SAW memiliki kecerdasan dan intelektualitas yang luar biasa. Kemampuan beliau dalam memahami, menafsirkan, dan menyampaikan wahyu Allah SWT menunjukkan kecerdasan yang tinggi. Beliau juga mampu menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dengan solusi yang bijaksana dan tepat. Intelektualitas beliau tidak hanya terbatas pada pemahaman agama, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, dan sosial. Kepemimpinan beliau yang bijaksana dan adil menjadi bukti nyata dari kecerdasan dan intelektualitas yang dimilikinya.
Keempat sifat asasi ini saling berkaitan dan membentuk karakteristik unik Rasulullah SAW. Kejujuran, komitmen, penyampaian risalah yang sempurna, dan intelektualitas yang cemerlang menjadi landasan utama keberhasilan beliau dalam menjalankan tugas kenabian dan menyebarkan agama Islam. Sifat-sifat inilah yang menjadi alasan utama mengapa beliau layak mendapatkan shalawat dan salam dari Allah SWT dan seluruh umat Islam hingga akhir zaman. Shalallahu Alaihi Wassalam, bukan hanya sekadar gelar, tetapi merupakan ungkapan penghormatan, kecintaan, dan doa yang tulus dari hati setiap muslim kepada Nabi Muhammad SAW, sang teladan umat manusia.