ERAMADANI.COM, BADUNG – Ahad (26/05/2019) lalu, Aksi Cepat Tanggap atau ACT Bali gelar Dialog dan Buka Bersama Dai Se-Denpasar Badung. Kegiatan itu dilaksanakan di Meeting Room Grand Zuri Kuta Hotel, Badung.
Lembaga Yang Menaungi Kegiatan
Masih dalam rangkaian program “Marhaban Yaa Dermawan”, ACT Bali melaksanakan kegiatan ini dengan tema “Dakwah, Kedermawanan dan Kemiskinan”
Dalam acara ini dijelaskan bahwa ACT merupakan salah satu lembaga yang di produksi oleh Global Islamic Philanthropy (GIP). GIP sendiri adalah lembaga yang menyongsong bangkitnya filantropi-filantropi muslim di seluruh dunia untuk bersama menyelesaikan masalah ummat.
selain ACT, GIP dengan tema besarnya “The Rise Of Islamic Philanthropy” juga memiliki produk lainnya seperti Global Qurban, Global Zakat dan Global Wakaf.
Dialog Dan Buka Bersama Dai Se-Denpasar Badung ini merupakan salah bentuk ikhtiar (usaha) dari ACT Bali dalam menyongsong tema besar GIP tersebut.
Konsep kegiatannya adalah mengundang seluruh Ulama dan Dai untuk mendengarkan ulasan cerita lapangan dari LSM atau NGO amal sosial di Bali.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian masukan dari para Dai dan Ulama dalam menyelesaikan problematika yang di alami tersebut.
Cerita Lapangan Dalam Menentas Kemiskinan
Pada kesempatan ini, Lembaga yang di daulat menjadi pembicara antara lain Arif Marsudi selaku ketua ACT Bali, bersama Jemmy selaku pengurus Yayasan Kesejahteraan Ukhuwwah (YKU) Bali.
Keduanya memaparkan kondisi lapangan yang ditemui selama kiprahnya dalam lembaga amal sosial kemasyarakatan yang mereka lakoni di Bali.
“Berat ketika kita mensyiarkan indahnya Islam dalam berekonomi. sementara kita temui by data bahwa angka kemiskinan paling tinggi datangnya dari umat Islam sendiri”, Ujar Arif Marsudi dalam penyampaiannya.
YKU Bali juga mengutarakan kebutuhannya menerima masukan bahkan peran dari Dai dan Ulama dalam menghadapi masalah kemiskinan tersebut.
“Salah satu problem utama kami di lapangan ialah mental penerima bantuan atau para mustahik. Mereka seringkali menyalahgunakan bantuan yang diberikan untuk kebutuhan jangka pendek yang kurang bermanfaat” ujarnya.
“Selain butuhnya motivasi para ulama kepada kami selaku badan penyelenggara atau amil, kami juga membutuhkan kehadiran dai dan ulama dalam masyarakat penerima (mustahik). Hal itu guna mengedukasi mereka agar memanfaatkan bantuan yang ada dengan baik” tambahnya.
Selain masalah penerima bantuan, pemberi bantuan atau Muzakki juga menjadi bahasan menarik dalam diskusi ini.
Terdapat kalkulasi jumlah penduduk Muslim yang tergolong cukup mampu di Bali. Dimana data tersebut merupakan sasaran lembaga amal untuk dapat dijadikan filantropi Muslim selanjutnya.
Apresiasi Yang Diberikan Hadirin

Acara ini diapresiasi sangat baik oleh para hadirin, dimana muncul harapan agar kegiatan ini tidak sekedar formalitas, namun ‘menjadii aksi nyata untuk menyatukan Ulama, Donatur, Penyelenggara Amal, serta para penerima bantuan agar sinergi menentaskan kemiskinan.
Acara yang dimulai pukuk 16.30 ini pun ditutup dengan buka bersama di Restoran Hotel tersebut. (RAB)