ERAMADANI.COM, DENPASAR – Ketua PCNU Kota Denpasar H. Pujianto sampaikan empat prinsip menjadi NU dalam acara Pertemuan Anak Cabang (Ancab) Muslimat NU Denpasar Selatan, bertempat di MT Al Hijrah pada Ahad (24/11/2019) lalu.
Ia menegaskan bahwa menjadi NU tidak cukup dengan Qunut, Tahlil, Maulidan, Ziarah Kubur dan lain sejenisnya. Padahal, itu hanya sebagian kecil fondasi Ke-NU-an dari segi amaliyah.
“Sejatinya menjadi Nahdlatul Ulama’ itu harus memiliki 4 (empat) fondasi utama. Diantaranya, amaliyah, fikroh, harokah (gerakan), dan ghiroh (semangat)” ujarnya.
Adapun ciri amaliyah yang mudah yaitu bermadzhab pada salah satu Madzhab Fiqih yang empat, bermanhaj Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi, bertasawuf disiplinnya sebagaimana telah dirumuskan Imam Al-Ghazali dan Imam Junaidi Al-Baghdadi.
Oleh karenanya, bisa dikatakan, bukan orang NU apabila amaliyahnya bukan amaliyah Ahlussunnah Wal Jam’ah.
Dalam fikroh, warga NU harus memiliki cara pandang atau berfikir. Nahdlatul Ulama’ senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep Tasammuh (toleran), Tawassuth (pertengahan), Tawazzun (seimbang) dan Mu’addalah (adil).
NU harus senantiasa teduh. Tidak condong pada pemikiran liberal, tidak pula pada radikal.
Muslimat NU harus bergerak sesuai Empat Prinsip NU
Gerakan (harokah) NU yang baik adalah gerakan yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU khususnya Muslimat NU. Siapapun bisa bergerak untuk NU. Bisa berjuang bersama struktural, maupun hanya sebagai kultural.
“Kita yakini bahwa NU adalah rumah besar yang memiliki semangat (ghiroh) yang kuat. Rumahnya para ulama’, kiyai, santri, dan bahkan seluruh masyarakat muslim Indonesia yang sebagian besar adalah masyarakat NU,” tegas H. Puji.
“Kita yakini bahwa kita lahir sebagai orang NU, tumbuh besar sebagai orang NU, dan akan mati sebagai orang NU.
Jangan ada keraguan dalam hati kita untuk merawat NU dan menetapkannya. kuatkan semangat kita” tutupnya. (HAD)