ANNAS bin Malik mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Allah memerintahkan shalat sebanyak 50 waktu sebagai kewajiban atasku dan umatku.” Setelah menerima perintah (shalat) itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kembali berpapasan dengan Nabi Musa as seraya berkata: “Apa yang diwajibkan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab, “Shalat sebanyak 50 waktu.”
Nabi Musa berkata, “Kembalilah menghadap Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.” Maka Nabi Muhammad kembali dan meminta keringanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti yang disarankan oleh Nabi Musa. Kemudian Allah memberikan keringanan sehingga jumlahnya menjadi separuhnya.
Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kembali bertemu Musa as, dan menyarankan agar meminta keringanan pada Tuhannya untuk kedua kalinya. “Kembalilah kepada Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.”
Lagi-lagi Nabi menemui Tuhannya untuk memohon keringanan, dan Allah memberi keringanan menjadi lima waktu. Allah berfirman: “Inilah lima waktu shalat yang wajib, nilainya sama dengan lima puluh waktu dan kalam-Ku tidak dapat berubah lagi.”
Lagi Nabi bertemu Nabi Musa as, dan lagi-lagi Musa meminta Nabi Muhammad agar meminta keringanan untuk ketiga kalinya. Tapi kali ini Nabi tidak menemui Tuhannya untuk memohon keringaan yang kesekian kalinya seperti yang disarankan Musa as. Nabi berkata: “Aku sangat malu bertemu Tuhanku.”
Setelah itu Jibril membawa Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha yang diselimuti berbagai warna yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam diizinkan masuk ke dalam surga, di dalamnya ditemukan tembok-tembok kecil yang terbuat dari mutiara dan tanahnya mengeluarkan wangi kesturi.” (HR. Bukhari).
Melihat Penghuni Neraka
Peristiwa Isra Mi’raj terjadi dengan rohani dan jasmani, bukan mimpi dalam tidur. Bagi orang yang beriman, peristiwa ini dialami Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam keadaan sadar dan terjaga. Ketika itu terjadi perdebatan sengit di antara para sahabat, bahkan tak sedikit yang murtad.
Kaum orientalis kemudian melontarkan sejumlah pertanyaan sinis seperti ini: “Kenapa peristiwa Isra’ Miraj terjadi di malam hari, kenapa tidak di siang hari agar bisa dilihat dan diyakini orang? Kalau memang mukjizat itu terjadi dengan kekuatan Allah, kenapa terjadi dalam semalam, bukan sekejap mata?”
Ketika orang lain meragukan dan mengingkari kisa perjalanan ghaib Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ke Sidratul Muntaha, sahabat Abu Bakar As-Shiddiq-lah yang membenarkan kabar tersebut.
Dalam perjalanan mir’ajnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melewati suatu kaum yang sedang bercocok tanam dan sedang menuai pada hari itu juga. Setiap kali mereka tuai, setiap itu pula tanaman tersebut tumbuh kembali, seperti sebelum menuai. Lalu Rasulullah bertanya kepada Jibril. “Siapa mereka itu ya Jibril? Jibril menjawab, “Mereka adalah kaum mujahidin fi sabilillah. Pahala yang diberikan kepada mereka berlipat ganda hingga 700 kali lipat.”
Kemudian, Rasulullah juga melihat seorang wanita tua. Pada kedua lengannya berderet perhiasan yang memesona. Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril, lalu Jibril menjawab, “Ia adalah dunia dengan berbagai perhiasan yang ada padanya.”
Selanjutnya, Rasulullah melihat orang yang sedang memukul kepala dengan batu hingga pecah. Dari pecahan kepala itu mengucur banyak darah. Lalu kepada itu kembali sediakala, setelah itu kembali memukul kepalanya dengan batu hingga berdarah dan seterusnya hingga berkali-kali. Rasulullah bertanya kepada Jibril. “Siapa mereka ya Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka adalah orang yang bermalas-malasan dalam menunaikan shalat wajibnya.”
Dalam Mi’rajnya, Rasulullah juga melihat suatu kaum yang memotong-motong lidah dan bibirnya sendiri dengan menggunakan gunting dari besi. Setiap kali lidah dan bibirnya terpotong, setiapkali itu pula bibir dan lidahnya kembali seperti sediakala, lalu dipotong lagi dan seterusnya. Rasulullah bertanya kepada Jibril, siapa mereka? Jibril menjawab, “Mereka adalah penceramah dan ahli pidato fitnah yang kerjanya menyuruh orang mengerjakan sesuatu, tapi mereka tidak melakukannya. Mereka orang yang suka ceramah, tapi tidak sesuai dengan kata dan perbuatannya.”
Kemudian, Rasulullah melihat seekor banteng besar keluar dari dalam perut yang besar, lalu banteng itu ingin masuk lagi, tapi tak bisa, Rasulullah terheran-heran. Maka beliau bertanya kepada Jibril dan dijawab, “Ia adalah perumpaan seorang yang berjanji dan bersumpah, tapi tak mampu ditunaikan.”
Rasulullah juga melihat suatu kaum berenang di lautan darah. Mereka berenang disana dan memakan batu-batuan ke dalam mulutnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya kepada Jibril tentang mereka, lalu dijawab, “Mereka adalah pemakan uang riba.”
Lanjut, Rasulullah melihat orang-orang yang meninggalkan daging segar dan mengerumuni daging busuk. Rasulullah bertanya kepada Jibril, siapa mereka? Jibril menjawab, “Mereka adalah para pezina. Lelaki yang mempunyai istri halal dan sehat, tetapi ditinggalkan dan mencari perempuan haram yang berpenyakit. Begitu pula sebaliknya, perempuan yang mempunyai suami yang halal dan sehat, tapi dia mencari lelaki yang haram di jalan.”
Tak lama kemudian, Rasulullah melihat seorang lelaki sedang memikul barang yang tidak kuat dipikulnya, namun ia masih menambah pikulannya itu dengan memasukkan barang-barang lain. Rasulullah bertanya tentang orang itu, dan Jibril menjawab, “Ia adalah orang yang sedang membawa amanat meskipun tidak sanggup ditunaikan. Bebannya sudah berat, ia tambah lagi dengan amanat yang baru.”