Opini berjudul “Perlukah Hafalan Pancasila saat Ikuti Ajang Nasional?”
Oleh: Eduardo Edwin Ramda
(Mahasiswa Universitas Pertahanan & Aktivis Kepemudaan)
ERAMADANI.COM, DENPASAR – Akhir-akhir ini ada kejadian yang viral dimana seorang kontestan ajang kecantikan lupa melafalkan Pancasila, lantas ada pro kontra terkait hal ini.
Netizen ramai-ramai menghujat di sosmed, lalu ketika mbak Nana (Najwa Shihab) merilis postingan instagram soal we are human at all, netizen pada balik kanan memberikan dukungan moril ke kontestan itu.
Pancasila Dihafal Saat Mengikuti Ajang Berskala Nasional
Terkait hal ini, tenggapan Edwin adalah pertama Ini adalah ajang tingkat nasional, grogi dalam suatu penampilan adalah wajar dan lumrah.
Menurutnya yang sedikit tidak wajar adalah setiap kontestan saat itu grogi dan mungkin jadi first appearance mereka juga, so kenapa kontestan ini terlalu grogi ? Hanya Tuhan dan kontestan itu yang tahu.
Kedua, untungnya si kontestan tidak diganjar hadiah utama yaitu kemenangan untuk mewakili Indonesia ke tingkat internasional.
Jadi masalah adalah jika kontestan ini menang tapi melafalkan Pancasila saja gelagapan, bagaimana ia mau bicara gagasan kebangsaan di ajang internasional?
Ketiga, kejadian gelagapan melafalkan Pancasila juga sama persis dengan seorang Menteri yang lupa lirik saat menyanyikan Indonesia Raya di Sleman.
Lesson learn dari case ini apa ? Ya, ini adalah fenomena gunung es, artinya di level bawah pasti ada saja kejadian seperti ini.
Kita tidak bisa serta merta mengatakan, Pancasila itu tidak perlu dilafalkan, tapi diamalkan, tapi kalau butirnya saja sudah gelagapan, bagaimana kita mau bicara soal pengamalan ?
Keempat adalah kita harus mengakui kontestan ini salah, jangan membela kesalahannya atau human error nya karena tidak akan mengubah situasi.
Jadikan case ini sebagai sarana untuk melihat diri kita sendiri, sudahkah kita hafal Pancasila ? Kalau belum tolong di hapalkan dan tentunya diamalkan.
Edwin sepakat dengan mbak Nana soal kewajaran saat grogi di khalayak banyak, tapi disisi lain ini jadi PR juga bagi penyelenggara ajang agar membenahi sistem karantina di ajang mendatang.
Salah satunya adalah wawasan kebangsaan dan pastikan kontestan hafal Pancasila dari awal karantina.
Sebab jika ketahuan sakarag, maka akan muncul pertanyaan, apakah ia hapal tapi grogi atau memang ia tidak hapal Pancasila secara tekstual?
Saran Untuk Acara Berskala Nasional
Terakhir, jadikan saja kontestan ini Duta Pancasila, saya yakin kontestan ini punya kemampuan yang capable untuk itu, buktinya dia bisa mewakili provinsi untuk tampil di ajang malam itu.
Menurutnya ajang malam itu bukan ajang sembarangan, pinter sama cantik bener bener menjadi tolak ukur penilaian dalam ajang itu.
Daripada menjadikan penyanyi dangdut yang melecehkan lambang negara, lebih baik kita dorong kontestan ini jadi duta Pancasila.
Sebab orang pintar seperti kontestan ini akan belajar dari kesalahan, dan orang cantik akan mempercantik dirinya dengan wawasan dan ilmu. (HAD)