Jakarta, 1 Oktober 2024 – Umat Islam di Indonesia bersiap menyambut momentum spiritual yang istimewa: Malam Nisfu Syaban 1446 H yang tahun ini bertepatan dengan malam Jumat. Perpaduan dua malam mulia ini menciptakan suasana penuh berkah dan menjadi kesempatan emas bagi kaum Muslimin untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Malam Nisfu Syaban, yang jatuh pada pertengahan bulan Syaban, bulan kedelapan dalam kalender Hijriah, selalu diyakini sebagai waktu yang penuh keberkahan, di antara bulan Rajab dan Ramadan. Tahun ini, kemuliaan Malam Nisfu Syaban semakin diperkuat dengan bertepatannya dengan malam Jumat, hari yang juga memiliki kedudukan istimewa dalam ajaran Islam.
Berdasarkan penanggalan Hijriah Indonesia 2025 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) Kementerian Agama Republik Indonesia, Nisfu Syaban 1446 H atau tanggal 15 Syaban akan jatuh pada hari Jumat, 14 Februari 2025. Namun, perlu diingat bahwa dalam sistem penanggalan Islam, pergantian hari dimulai setelah terbenamnya matahari. Oleh karena itu, Malam Nisfu Syaban akan dimulai pada Kamis, 13 Februari 2025, setelah waktu Maghrib.
Konsistensi tanggal tersebut diperkuat oleh beberapa sumber rujukan penanggalan Hijriah. Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, serta berbagai kalender Hijriah daring seperti Hijri Calendar, menunjukkan keselarasan dengan penanggalan Kementerian Agama. Hal ini memberikan kepastian bagi umat Islam dalam mempersiapkan diri menyambut malam penuh berkah tersebut.
Keistimewaan malam Jumat sendiri telah ditegaskan dalam berbagai hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu riwayat yang terkenal terdapat dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi, yang mengutip perkataan Aus bin Aus RA. Hadits tersebut menuturkan sabda Rasulullah SAW yang menerangkan keutamaan hari Jumat:
(Teks hadits dalam bahasa Arab dan terjemahannya di sini perlu disertakan dengan transliterasi yang akurat dan terjemahan yang lugas dan mudah dipahami. Karena teks hadits yang diberikan dalam pertanyaan sebelumnya tidak terbaca dengan jelas, sebaiknya dilakukan pengecekan ulang dan dimasukkan terjemahan yang akurat di sini.)
Hadits di atas, yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan sanad shahih, menekankan betapa pentingnya hari Jumat bagi umat Islam. Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada beliau pada hari tersebut, karena shalawat tersebut akan sampai dan terlihat oleh beliau. Penjelasan selanjutnya dalam hadits tersebut juga menjelaskan tentang kemuliaan jasad para Nabi di sisi Allah SWT. Keutamaan hari Jumat ini secara otomatis juga memberikan aura keistimewaan pada malam Jumat, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari hari tersebut.
Perpaduan Malam Nisfu Syaban dan malam Jumat ini menciptakan momentum spiritual yang sangat berharga. Umat Islam dianjurkan untuk memaksimalkan waktu tersebut dengan memperbanyak ibadah, seperti salat sunnah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, dan memperbanyak amal sholeh lainnya. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang senantiasa menekankan pentingnya memanfaatkan waktu-waktu mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Keutamaan Malam Nisfu Syaban sendiri telah dijelaskan oleh para ulama terkemuka, salah satunya Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin. Dalam kitab monumental tersebut, Imam al-Ghazali, yang dikenal sebagai Hujjatul Islam, menyebutkan sejumlah malam yang memiliki keutamaan khusus, dan Malam Nisfu Syaban termasuk di antaranya. Beliau mengategorikan ibadah pada malam tersebut sebagai sunnah, namun dengan penekanan pentingnya tidak mengabaikan momentum tersebut.
(Di sini perlu dicantumkan kutipan dari Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali tentang keutamaan malam Nisfu Syaban, dengan terjemahan yang akurat dan sumber referensi yang jelas. Kutipan ini akan memperkuat argumentasi dan memberikan wawasan yang lebih mendalam bagi pembaca.)
Imam al-Ghazali menggambarkan malam-malam mulia tersebut sebagai "masa" untuk beramal dan waktu terbaik untuk "berniaga" dalam perkara agama. Beliau menekankan bahwa siapa pun yang lalai dan lengah pada masa-masa tersebut, akan kehilangan kesempatan untuk menuai pahala dan keberkahan yang melimpah. Analogi "berniaga" ini menunjukkan betapa besarnya peluang untuk mendapatkan keuntungan spiritual yang tak ternilai pada malam-malam tersebut.
Lebih lanjut, Imam al-Ghazali menganjurkan amalan-amalan tertentu pada Malam Nisfu Syaban, salah satunya salat sunnah sebanyak 100 rakaat. Setiap rakaat dianjurkan untuk membaca surah Al-Fatihah dan sepuluh kali surah Al-Ikhlas. Amalan ini, tentu saja, bukanlah satu-satunya amalan yang dianjurkan, namun menjadi salah satu contoh amalan yang dapat dikerjakan untuk memaksimalkan keberkahan malam tersebut. Umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak doa, istighfar, dan membaca shalawat.
Selain amalan-amalan tersebut, Malam Nisfu Syaban juga menjadi waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi diri, merenungkan perjalanan spiritual, dan memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Momentum ini dapat menjadi pendorong bagi umat Islam untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas keimanan.
Perpaduan Malam Nisfu Syaban dan malam Jumat tahun ini memberikan kesempatan yang luar biasa bagi umat Islam untuk meraih keberkahan dan ampunan Allah SWT. Semoga momentum ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memperkuat keimanan, meningkatkan kualitas ibadah, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mari kita sambut malam mulia ini dengan penuh khusyuk dan keikhlasan, semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita dan memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
(Sebagai penutup, sebaiknya ditambahkan informasi praktis seperti jadwal sholat untuk wilayah tertentu di Indonesia pada tanggal tersebut, atau tautan ke situs resmi Kementerian Agama untuk informasi lebih lanjut tentang penanggalan Hijriah.)