Nabi Musa AS, salah satu utusan Allah SWT yang namanya terukir abadi dalam sejarah kenabian, mendapatkan kehormatan luar biasa. Ia bukan hanya menerima wahyu melalui perantara malaikat, tetapi juga berdialog langsung dengan Sang Khalik. Perjalanan hidupnya yang penuh tantangan diwarnai oleh serangkaian mukjizat yang membuktikan kebenaran risalahnya dan kekuasaan Allah SWT yang tak terhingga. Mukjizat-mukjizat ini, yang tercatat dalam Al-Qur’an, menjadi bukti nyata bagi umat manusia sepanjang zaman. Berdasarkan berbagai rujukan, termasuk buku "Ulul Azmi; 5 Kisah Nabi yang Luar Biasa" karya Nurul Ihsan dan "Qashash Al-Anbiya" karya Ibnu Katsir (terjemahan Umar Mujtahid), kita dapat mengkaji lima mukjizat agung Nabi Musa AS berikut ini:
1. Tongkat yang Berubah Menjadi Ular: Simbol Kekuasaan atas Alam Semesta
Kisah ini bermula dari permintaan Nabi Musa AS akan bukti nyata dari Allah SWT untuk menghadapi Fir’aun dan kaumnya yang dikenal dengan kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran. Dalam situasi penuh tekanan dan keraguan, Allah SWT memberikan petunjuk dengan pertanyaan sederhana, "Apa yang ada di tanganmu itu?" Jawaban Musa, "Tongkatku," menjadi titik awal dari demonstrasi kekuasaan Ilahi yang menakjubkan.
Ayat Al-A’raf 107 (QS 7:107) mengisahkan transformasi dramatis tongkat tersebut: "Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang nyata." Mukjizat ini bukan sekadar ilusi atau sulap, melainkan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT untuk mengubah tatanan alam. Tongkat, benda sederhana yang sehari-hari digunakan Musa, berubah menjadi ular besar yang menakutkan, menunjukkan kemampuan Allah SWT untuk mengendalikan alam semesta dan segala isinya. Lebih dari itu, kembalinya ular tersebut menjadi tongkat setelah Musa memegang ekornya menunjukkan kendali penuh Allah SWT atas mukjizat yang diberikan, sekaligus menegaskan sifat sementara dan terkendali dari mukjizat itu sendiri. Mukjizat ini berfungsi sebagai bukti nyata bagi Musa dan juga sebagai peringatan bagi Fir’aun dan kaumnya akan kebesaran Allah SWT yang tak tertandingi.
2. Tangan yang Memancarkan Cahaya: Sinar Ilahi yang Menerangi Jalan Kebenaran
Mukjizat kedua ini memperlihatkan keajaiban lain yang melekat pada diri Nabi Musa AS. Allah SWT memerintahkan Musa untuk memasukkan tangannya ke dalam kerah bajunya, lalu menariknya kembali. Hasilnya sungguh menakjubkan: tangan Musa memancarkan cahaya putih yang terang benderang, sebagaimana dijelaskan dalam surah An-Naml ayat 12 (QS 27:12): "Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, ia akan keluar (dalam keadaan bercahaya) putih bukan karena cacat."
Cahaya ini bukan cahaya biasa yang disebabkan oleh penyakit atau faktor alamiah lainnya. Ini adalah cahaya ilahi, sinar suci yang melambangkan kemuliaan dan kenabian Musa. Cahaya tersebut menjadi bukti nyata akan kebenaran risalah yang dibawanya dan menunjukkan kekuasaan Allah SWT untuk memanifestasikan keajaiban di luar batas kemampuan manusia. Ayat tersebut juga menyebutkan bahwa mukjizat ini termasuk dalam sembilan mukjizat yang ditunjukkan kepada Fir’aun dan kaumnya, menunjukkan betapa besarnya tantangan yang dihadapi Musa dalam menghadapi kesombongan dan keangkuhan mereka. Cahaya ini menjadi simbol harapan dan petunjuk bagi kaum yang tertindas, menunjukkan jalan menuju kebenaran dan pembebasan dari penindasan.
3. Pembelahan Laut Merah: Jalan Keajaiban Menuju Kebebasan
Salah satu mukjizat Nabi Musa AS yang paling terkenal dan monumental adalah pembelahan Laut Merah. Ketika Fir’aun dan pasukannya mengejar Bani Israil yang tengah melarikan diri dari perbudakan, mereka terjebak di tepi laut yang luas dan tak terduga. Tampaknya tidak ada jalan keluar, tetapi Allah SWT sekali lagi menunjukkan kekuasaan-Nya yang maha dahsyat.
Surah Asy-Syu’ara ayat 63 (QS 26:63) menjelaskan peristiwa ini: "Lalu, Kami wahyukan kepada Musa, ‘Pukullah laut dengan tongkatmu itu.’ Maka, terbelahlah (laut itu) dan setiap belahan seperti gunung yang sangat besar." Dengan pukulan tongkat Musa, laut yang dahsyat terbelah menjadi dua, membentuk jalan kering di tengahnya yang memungkinkan Bani Israil melintas dengan selamat. Peristiwa ini bukan hanya sekadar pembelahan air secara fisik, melainkan manifestasi kekuasaan Allah SWT yang mampu mengubah hukum alam untuk menyelamatkan umat-Nya.
Berbagai tafsir menyebutkan detail yang menakjubkan, seperti terbelahnya laut menjadi 12 jalan, masing-masing untuk satu suku Bani Israil, atau adanya jaring di dalam laut agar mereka tetap dapat saling melihat. Detail-detail ini memperkaya makna mukjizat ini, menunjukkan perhatian Allah SWT yang begitu detail dan menyeluruh terhadap keselamatan umat-Nya. Setelah Bani Israil melewati jalan keajaiban ini, laut kembali menutup dan menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya, menjadi simbol kehancuran bagi mereka yang menolak kebenaran dan kesombongan.
4. Menghidupkan Orang Mati: Kuasa Allah SWT atas Hidup dan Mati
Mukjizat ini menunjukkan kekuasaan Allah SWT atas kehidupan dan kematian. Kisah ini bermula dari pembunuhan seorang lelaki tua kaya raya dari Bani Israil oleh salah seorang keponakannya yang tamak akan harta warisan. Jenazah korban dibuang di persimpangan jalan, dan para keponakannya berselisih paham mengenai hal tersebut.
Mereka kemudian mengadukan masalah ini kepada Nabi Musa AS, yang kemudian memohon petunjuk kepada Allah SWT. Allah SWT memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi betina dengan spesifikasi tertentu, dan memukulkan sebagian daging sapi tersebut pada tubuh korban. Surah Al-Baqarah ayat 73 (QS 2:73) menjelaskan, "Lalu, Kami berfirman, ‘Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!’ Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti."
Dengan izin Allah SWT, korban hidup kembali sejenak, mengungkapkan pembunuhnya sebelum kembali meninggal. Mukjizat ini bukan hanya menunjukkan kekuasaan Allah SWT untuk menghidupkan kembali orang mati, tetapi juga keadilan-Nya yang akan terungkap pada waktunya. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga tentang akibat dari kejahatan dan pentingnya kejujuran dan keadilan.
5. Doa Nabi Musa AS yang Menimpakan Bencana: Balasan atas Keangkuhan Fir’aun
Mukjizat terakhir ini menunjukkan kekuasaan doa Nabi Musa AS yang dikabulkan Allah SWT sebagai balasan atas keangkuhan dan penolakan Fir’aun dan kaumnya. Setelah berbagai mukjizat ditunjukkan, Fir’aun dan kaumnya tetap keras kepala dan menolak kebenaran, bahkan menyalahkan Musa atas bencana yang menimpa mereka.
Sebagai respons atas keangkuhan dan penolakan mereka, Allah SWT menurunkan berbagai bencana sebagai bukti nyata atas kekuasaan-Nya. Surah Al-A’raf ayat 133 (QS 7:133) menjelaskan, "Maka, Kami kirimkan kepada mereka (siksa berupa) banjir besar, belalang, kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas dan terperinci. Akan tetapi, mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka."
Bencana-bencana ini bukanlah hukuman semata, melainkan peringatan dan bukti nyata akan kekuasaan Allah SWT. Doa Nabi Musa AS, yang dipanjatkan sebagai permohonan pertolongan dan keadilan, dijawab Allah SWT dengan menunjukkan kekuasaan-Nya yang maha dahsyat. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga tentang akibat dari kesombongan, keangkuhan, dan penolakan terhadap kebenaran.
Kesimpulannya, lima mukjizat Nabi Musa AS yang termaktub dalam Al-Qur’an bukan hanya sekadar cerita sejarah, melainkan bukti nyata akan kekuasaan Allah SWT yang maha agung dan kebenaran risalah kenabian. Mukjizat-mukjizat ini mengajarkan kita tentang kebesaran Allah SWT, pentingnya keimanan, dan akibat dari kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran. Semoga kisah-kisah ini menginspirasi kita untuk senantiasa bertawakal kepada Allah SWT dan menjalankan hidup sesuai dengan petunjuk-Nya.