ERAMADANI.COM, DENPASAR – Komunitas Turun Tangan Bali mengadakan webinar bertema “Kontribusi Pemuda dalam Mewujudkan SDGs” melalui Google Meets, Minggu (4/10/20).
Narasumber dalam acara tersebut ialah seorang dosen perencanaan wilayah dan kota UGM, Eks-Innovation Officer UNDP Indonesia, Zulfikar D.W. Putra (Dito).
Sementara peserta webinar berjumlah 55 orang.
Webinar tersebut membahas Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan, khususnya pada kesejahteraan masyarakat yang hingga kini masih mengalami ketimpangan.
Acara yang dibawakan oleh Syifa Nisaburi, mahasiswa ISI Denpasar ini berlangsung sekitar kurang lebih 1,5 jam.
Acara berlangsung dengan lancar dan penuh diskusi.
Menurut dosen perencanaan wilayah dan kota UGM ini, SDGs merupakan salah satu aspek penting yang perlu perhatian dunia, mengingat hingga saat ini ketimpangan sosial masih terjadi.
Misalnya Kota Jakarta, Jakarta merupakan kota metropolitan dan kota ini pun menjadi pusat kemajuan negara.
Namun, siapa sangka masih ada masyarakat Jakarta yang bekerja sebagai pemulung dan tukang pungut makanan sisa.
“Kalian bisa melihat bahwa masih ada masyarakat yang mencari makan dengan memungut sisa-sisa sampah makanan,” ujarnya.
“Bisa bayangkan kalau masih ada ketimpangan sosial dalam hal pembangunan,” tambahnya.

Pembangunan berkelanjutan yang tidak terencana akan menyebabkan masyarakat jatuh ke dalam lubang kemiskinan.
Menurut PBB, Sustainable Development Goals yang telah bertanda tangan 193 negara mengutamakan 17 tujuan, 169 target dan lebih dari 300 indikator yang akan dicapai pada tahun 2030 mendatang.
Tujuan-tujuan itu meliputi aspek pertumbuhan ekonomi, sosial, lingkungan, dan kemitraan.
Dosen UGM ini juga menyampaikan bahwa SDGs Indonesia sebelumnya telah ada dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembanguan Berkelanjutan.
Empat Pilar Indikator SDGs Indonesia
Indikator dalam pembangunan berkelanjutan Indonesia terbagi dalam empat pilar, yakni sebagai berikut.

- Sosial
- Ekonomi
- Lingkungan
- Hukum dan pemerintahan
“Jadi di Indonesia secara legalnya sudah diatur dalam Perpres Nomor 59 tahun 2017, lalu dalam menerapkan SDGs di Indonesia tentu harus melalui proses, proses tersebut dibagi menjadi 4 yang pertama yakni penguatan kelembagaan dan kebijakan, kedua yakni peyusunan kebijakan, perencanaan, dan penganggaran pembangunan, yang ketiga yakni aksi baik dari pemerintah, sektor swasta, maupun kalian sebagai anak muda, yang keempat yakni pemantauan pencapaian dan yang terakhir yaitu advokasi manajemen pengetahuan dan peningkatan kapasitas.”
Dito
Dalam kesempatan tersebut, dosen perencanaan wilayah dan kota UGM ini membuka kesempatan bertukar pikiran dengan para audiens terkait kontribusi dari pemuda untuk SDGs?
Adapun beberapa jawaban audiens menyatakan kontribusi pemuda dapat melalui kreatifitas, inovasi, aksi, kampanye tentang lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan lain sebagainya.
Kontribusi Pemuda dalam Mendukung SDGs
Menurut narasumber, salah satu kontribusi pemuda untuk SDGs adalah “Ngobam” atau Ngopi Bareng Musisi.
“Jadi anak-anak muda jaman sekarang bisa berkontribusi dalam pencapaian SDGs, misalnya dengan mengundang tokoh-tokoh penting untuk membicarakan masalah mengenai kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, maupun pendidikan, melalui acara yang kini sedang trending seperti podcast” ujarnya.
Selain ngobam, kontribusi pemuda dalam mendukung SDGs terbagi menjadi piramida kontribusi.
- Ngobam (penampungan aspirasi).
- Konsepsi pembuatan ide melalui suatu komunitas.
- Fasilitas (memberdayakan masyarakat melalui suatu fasilitas).
- Platformisasi (menyediakan masyarakat sebuah platform sebagai wadah untuk berkembang).
- Aksi langsung (kegiatan turun tangan langsung membantu masyarakat).
Ia pun menyinggung bahwa mahasiswa memiliki peran yang tinggi dalam kontribusinya sebagai agen, dalam pembangunan berkelanjutan karena mahasiwa merupakan kaum terpelajar.
“Jadi mahasiswa itu memiliki peran yang tinggi dalam SDGs karena yaa kaum pelajar, kaum akademisi jadi sebagai konseptor yang memberikan ide. Jadi, mahasiswa ya bikin proposal bikin ide itu yang kita eksekusi sendiri dan saran dari saya jangan sampai sia-siakan masa-masa menjadi mahasiswa untuk bisa memberikan kontribusi positif dalam SDGs sekecil apa pun.”
Zulfikar D.W. Putra (Dito)
Pada akhir webinar, ia menyampaikan dalam pencapaian menuju SDGs itu akan menemui banyak tantangan, yakni keaktifan masyarakat yang semakin berkurang.
Semakin dewasa seseorang semakin beda tujuan hidupnya.
Pada umumnya, jika orang sudah menamatkan kuliah atau sekolah akan susah untuk memberdayakan masyarakat, karena tidak memiliki suatu wadah/komunitas.
Oleh karena hal itu, ia mengharapkan pemuda lebih berkontribusi secara aktif dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Ketua panitia webinar Turun Tangan Bali, Dhani, sangat berharap dengan adanya webinar ini para anak muda dapat lebih sadar untuk turut serta memberikan kontribusi, dalam pembangunan secara berkelanjutan.
“Semoga pemuda lebih peka terhadap isu sosial lingkungannya masing-masing, lebih aktif, dan partisipati, karena kebanyakan pemuda saat ini banyak yang terninabobokan oleh tugas kuliah, sehingga apatis terhadap hal yang terjadi,” ujar Dhani. (LWI)