ERAMADANI.COM, DENPASAR – Hari Ayah Nasional atau peringatan Hari Ayah di Indonesia dirayakan setiap tanggal 12 November, sebuah bentuk penghargaan terhadap jasa ayah yang memiliki peran dalam perkembangan anak.
Dilansir dari Kompas.com, Hal ini berbeda dengan sebagian besar negara-negara di dunia yang memperingati Hari Ayah atau Father’s Day pada Minggu di pekan ke tiga bulan Juni.
Sementara di Indonesia, peringatan Hari Ayah baru dimulai sejak tahun 2016 silam atas prakarsa Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP).
Didorong saat PPIP merayakan peringatan Hari Ibu dengan mengadakan Lomba Menulis Surat untuk Ibu di tahun 2014 silam.
Tahun ini, bahkan google doodle turut merayakan peringatan Hari Ayah Nasional. Seperti sosok ibu, ayah juga merupakan tokoh penting dalam tumbuh kembang anak.
Ayah juga merupakan sosok yang dapat memberikan dorongan emosional kepada anak-anaknya dalam pertumbuhan.
Mereka bisa menjadi penjaga sekaligus pendisiplin yang cakap, jika ayah penuh kasih sayang kepada anaknya, suportif, terlibat dalam kehidupan anak.
Maka ia dapat memberikan kontribusi besar pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial, serta prestasi akademik.
Peran ayah dalam keluarga modern
Peran ayah dan ibu dalam keluarga tidak bisa dipandang secara tradisional, ayah sebagai pencari nafkah sementara ibu di rumah mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga.
Ayah juga berbagi peran, misalnya membersihkan rumah, mengantar dan menjemput anak dari sekolah, dan membantu anak dengan pekerjaan rumah mereka.
Dengan banyaknya perempuan yang masuk ke dunia kerja, dan ayah yang berganti peran di dalam rumah tangga, maka peran ayah dan ibu lebih luas.
Sebuah studi yang dilakukan oleh National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) menemukan sosok ayah saat ini lebih terlibat dalam pengasuhan anak daripada sebelumnya.
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak tersebut beragam. Bisa jadi sang ibu bekerja lebih lama dan menerima gaji lebih tinggi, atau jam kerja ayah yang lebih sedikit.
Father Involvement Initiative menyebutkan, anak yang terikat dan menerima kasih sayang dari ayah cenderung tidak memiliki masalah perilaku.
Namun, jika ayah kurang terlibat, anak akan cenderung putus sekolah lebih awal dan menunjukkan lebih banyak masalah dalam perilaku dan penyalahgunaan zat.
Ayah dan ibu sama pentingnya dalam perannya masing-masing sebagai pengasuh, pelindung, pendukung keuangan, dan model untuk perilaku sosial dan emosional.
Penelitian yang dilakukan Michael Lamb, seorang profesor psikologi di University of Cambridge menemukan jika anak akan beralih ke sosok ayah ketika mereka ingin bermain dan bersenang-senang.
Sedangkan mereka akan mendekat atau beralih kepangkuan sang ibu jika merasa stres atau kesal.
Lalu bagaimana seorang ayah dapat memengaruhi kondisi anak mereka?
Sebagai makhluk sosial, manusia tak lepas dari pengaruh dan interaksi. Tak hanya itu, manusia juga sering meniru perilaku. Faktanya semua primata belajar bagaimana bertahan hidup dengan pola peniruan sosial.
Pola-pola inilah yang pada awalnya diketahui dan kemudian ditiru oleh anak-anak. Hal ini kemudian bisa memengaruhi tumbuh kembang anak, karena mereka rentan terhadap pola-pola awal tersebut.
Hubungan antara ayah dan anak dapat memengaruhi kehidupan mulai sejak ia lahir hingga meninggal dunia. Pola hubungan anak dan ayah juga bisa berdampak pada interaksi mereka baik dengan teman, rekan kerja, hingga pasangan.
Dalam artikel berjudul The Role of Fathers in Childhood Development yang terbit di laman Harvard Extension School, bagi anak perempuan.
Peran ayah dapat memberikan dampak yang besar terhadap harga diri dan bagaimana mereka akan tumbuh menjadi wanita.
Beberapa wawancara yang dilakukan dengan tokoh perempuan seperti Hillary Clinton, Madeline Albright, dan banyak ilmuwan wanita terkemuka menekankan pengaruh ayah pada anak perempuan.
Peran Ayah Dalam Mencari Pasangan Untuk Anak
Pada anak perempuan, sosok ayah sangat berperan terutama saat mencari pasangan. Hal ini karena, anak khususnya perempuan terbiasa dengan pola asuh ayah.
Oleh karena itulah, jika sosok seorang ayah dipandang baik di mata anak perempuannya, maka ia akan mencari pasangan dengan kriteria yang tak jauh dari ayahnya.
Selain itu, anak perempuan akan mencari sosok yang bisa memberikan rasa nyaman, sama sepeti yang mereka dapatkan saat berada di rumah dan keluarga.
Ini karena mereka telah terbiasa dengan pola perilaku tersebut dan berpikir bahwa kriteria itu dapat menjadi salah satu faktor suksesnya sebuah hubungan.
Sementara anak laki-laki akan mencari persetujuan ayah mereka dalam segala hal. Selain itu, anak-anak akan meniru perilaku yang mereka akui baik.
Jadi jika seorang ayah berlaku kasar, mengendalikan, dan cenderung mendominasi, maka pola itu bisa saja ditiru oleh putra mereka.
Tetapi jika seorang ayah berlaku penuh kasih sayang, suportif, baik hati, dan protektif, maka anak-anak akan meniru dan ingin menjadi pribadi yang ditunjukkan oleh sosok ayah mereka.
Jika anak mulai beranjak dewasa dan menjadi orangtua, anak akan mempelajari apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dari pola pengasuhan ayah dan ibu terhadap mereka.
Namun pada akhirnya, hubungan antara ayah dan anak sangat variatif sesuai dengan kondisi keluarga dan tidak ada model yang tepat. (MYR)