ERAMADANI.COM, DENPASAR – Untuk pemulihan kembali roda perekonomian Indonesia, penerapan new normal telah mulai diterapkan dengan protokol kesehatan. Untuk itu, pentingnya digitalisasi bagi UMKM kuliner saat pandemi.
Kini, jika bukan untuk urusan yang sangat penting atau urgensi, orang-orang lebih memilih untuk berada dirumah.
Hal ini, tentu berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Rata-rata, orang sekarang memilih untuk berbelanja secara online. Mau tak mau, berbagai jenis usaha pun harus beradaptasi, tak terkecuali Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM).
Menurut Neneng Goenadi, Managing Director Grab Indonesia, para UMKM harus segera melakukan transformasi digital. Sebab, selama new normal, masyarakat sangat mengandalkan layanan digital, dan banyak bisnis yang sudah beralih ke digital.
Dilansir dari Kumparan.com, UMKM di Asia Tenggara bisa dibilang belum siap menghadapi new normal, karena hanya 34 persen-nya saja yang sudah mulai melayani secara online. Di Indonesia jumlahnya lebih sedikit, hanya 13 persen saja yang sudah digital.
“UMKM telah berkontribusi sebanyak lebih dari 60 persen terhadap pendapatan nasional. Namun sayangnya, sebagian besar masih offline. Sudah terbukti juga bahwa UMKM yang telah beralih ke digital mampu bertahan lebih baik di masa pandemi,” jelasnya dalam Konferensi Pers Virtual Aplikasi Grab Khusus Mitra Merchant, pada Kamis (11/06/2020).
Pemanfaatan Digitalisasi untuk UMKM Kuliner
Pemanfaatan teknologi atau digitalisasi ini juga akan membuat UMKM jadi lebih mudah diakses oleh konsumen yang lebih luas.
Peralihan menuju digitalisasi bahkan dapat membantu menjaga biaya operasional. Neneng mencontohkan, salah satu mitra merchant Grab yang memiliki warung makan di Makassar.
Warung makan tersebut hanya memiliki empat meja, sehingga akses para pembeli cukup terbatas.
Ternyata, seluruh omzetnya didapatkan melalui penjualan online, dan kini warung makan tersebut telah memiliki tiga cabang, yang juga fokus di penjualan online.
Oleh sebab itu, Grab meluncurkan aplikasi GrabMerchant yang dirancang khusus untuk membantu para pemilik UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) mendigitalisasi bisnis mereka.
Pada dasarnya, aplikasi GrabMerchant ini menggantikan aplikasi GrabFood Merchant. Namun, layanan ini tak hanya akan melayani kuliner saja, melainkan untuk GrabMart juga.Kerja sama pun turut dijalin dengan pasar tradisional.
Salah satunya, PD. Pasar Jaya. Dengan aplikasi GrabMerchant, para UMKM di bidang kuliner juga bisa menjual bahan-bahan makanan beku dan peralatan makan mereka melalui GrabMart.
Menurut Hadi Surya Koe selaku Head of Marketing GrabFood, Grab Indonesia, GrabMerchant tak hanya memberikan fitur pengaturan keuangan secara digitalisasi, namun juga memberikan akses yang bisa dimodifikasi sesuai mitra merchant. Misalnya, mengatur akses khusus bagi pemilik usaha, store manager, atau kasir.
Mitra merchant juga bisa membuat iklan sendiri, serta mendapat insight mengenai produk yang paling banyak dijual. Selain itu, GrabMerchant juga mengembangkan fitur grosir untuk memenuhi kebutuhan supply para mitra.
“Jadi di sini kami bekerja sama dengan beberapa mitra seperti TaniHub dan Sayurbox, untuk memberikan akses supplier bagi para merchant. Harganya pun spesial, dan pengirimannya akan langsung dikirim ke lokasi masing-masing. Fitur ini sudah terbuka untuk lebih dari 100 ribu merchant di Indonesia,” terang Hadi.
Neneng menilai, bahwa perubahan perilaku konsumen yang sudah terjadi sejak kemunculan Covid-19 akan terus dilakukan ketika new normal sudah dijalankan.
“Bagaimanapun juga, digitalisasi UMKM jadi sangat penting di new normal ini, dan memungkinkan semua pelayanan yang diinginkan pelanggan bisa didapatkan. Ada peningkatan demand dari UMKM, dan kami melihat peningkatan tersebut akan terus bertambah,” tuturnya. (MYR)