ERAMADANI.COM – Kericuhan terjadi usai pertandingan Gresik United vs Deltras FC di Stadion Gelora Joko Samudro, Jawa Timur, Minggu (19/11/2023). Duel tersebut berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan Deltras FC.
Kericuhan dipicu oleh suporter Gresik United yang ingin melakukan demo di depan pintu VVIP untuk menyuarakan kekecewaan mereka atas kekalahan tim kesayangannya. Situasi semakin tidak terkendali, sehingga membuat pihak kepolisian melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Akibat kerusuhan ini, beberapa orang mengalami luka-luka. Beberapa suporter terkena dampak dari gas air mata, tetapi belum dipastikan berapa jumlahnya. Petugas kepolisian juga mengalami luka di bagian kepala karena lemparan batu.
Melansir dari bola.kompas.com, Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, menegaskan bahwa denda berupa uang dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI tidak cukup untuk menghukum pelaku kerusuhan. Akmal mengatakan, sudah sepatutnya hukum pidana diberikan agar anarkisme dan vandalisme tidak terus berulang di sepak bola Indonesia.
“Hukuman dari Komdis saja tak cukup. Terbukti terus berulang karena sanksinya berorientasi uang. Karena itu penegakkan hukum pidana harus diberlakukan,” kata Akmal Marhali dalam pernyataannya di Instagram.
Akmal Marhali juga mengatakan, sudah waktunya Undang-Undang Keolahragaan Nomor 11 Tahun 2022 diterapkan. Dalam undang-undang tersebut, diatur bahwa suporter olahraga memiliki kewajiban untuk menjaga ketertiban dan keamanan, baik di dalam maupun di luar pertandingan olahraga.
“Penegakkan hukum positif menjadi sangat penting agar sejumlah aksi anarkisme dan vandalisme tak terus berulang,” kata Akmal Marhali.
Akmal Marhali juga mengimbau kepada para suporter untuk membangun kesadaran bersama bahwa anarkisme dan vandalisme itu perbuatan yang dilarang berdasarkan UU dan KUHP.
“Jangan sampai sepak bola kembali dihentikan akibat ulah kita yang kebablasan,” kata Akmal Marhali.
Kerusuhan usai pertandingan sepak bola bukanlah hal yang baru di Indonesia. Pada bulan November ini saja, sudah terjadi dua kali kerusuhan, yakni di laga Persiraja vs PSMS dan Gresik United vs Deltras FC.
Kerusuhan ini tentu saja menjadi pukulan bagi sepak bola Indonesia. Kericuhan tidak hanya merusak citra sepak bola Indonesia, tetapi juga membahayakan keselamatan orang-orang yang terlibat, baik suporter, pemain, maupun petugas keamanan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya serius dari berbagai pihak untuk mencegah terjadinya kerusuhan di pertandingan sepak bola. Penegakkan hukum yang tegas dan sanksi yang berat bagi pelaku kerusuhan perlu dilakukan. Selain itu, kesadaran dari para suporter juga sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusuhan.