Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Sholat, tiang agama Islam, seringkali dipandang sebagai ibadah yang rumit dan berat oleh sebagian umat. Anggapan ini muncul karena kompleksitas bacaan dan gerakan yang dianggap perlu dihafalkan. Namun, pandangan tersebut dibantah tegas oleh Pengasuh LPD Al-Bahjah, KH. Yahya Zainul Ma’arif atau yang lebih dikenal sebagai Buya Yahya. Dalam sebuah ceramah yang diunggah di kanal YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menekankan kemudahan yang telah Allah SWT berikan dalam menjalankan ibadah sholat, bahkan hanya dengan lima bacaan wajib.
Buya Yahya secara gamblang menjelaskan bahwa hanya lima rukun sholat yang wajib dibaca, terlepas dari mazhab atau metode pelaksanaan sholat yang dianut. Kelima rukun tersebut menjadi inti dari pelaksanaan sholat, dan ketiadaan bacaan lain di luar kelima rukun ini tidak membatalkan sahnya sholat. Dengan demikian, anggapan bahwa sholat memerlukan hafalan panjang dan rumit dapat dipatahkan. Penjelasan ini memberikan angin segar bagi mereka yang merasa kesulitan dalam menjalankan sholat karena berbagai kendala.
"Begitu mudahnya orang melakukan sholat," tegas Buya Yahya dalam video tersebut. "Bacaan di dalam sholat yang wajib dibaca saat melakukan sholat Dzuhur, Magrib, Isya dan seterusnya itu cuma lima."
Penjelasan Buya Yahya ini kemudian merinci kelima rukun sholat yang wajib tersebut:
-
Takbiratul Ihram: Memulai sholat dengan mengucapkan "Allahu Akbar." Ini merupakan tanda dimulainya ibadah dan pengakuan atas kebesaran Allah SWT. Takbiratul Ihram menandai transisi dari aktivitas duniawi menuju khusyuk dalam beribadah.
-
Membaca Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah, surat pembuka Al-Quran, merupakan rukun sholat yang sangat penting. Surat ini mengandung pujian kepada Allah SWT dan permohonan pertolongan-Nya. Meskipun idealnya dilafadzkan dengan hafalan, Buya Yahya memberikan keringanan bagi mereka yang kesulitan menghafal.
-
Membaca satu ayat setelah Al-Fatihah (pada sholat yang lebih dari dua rakaat): Pada sholat yang terdiri dari lebih dari dua rakaat, seperti sholat Dzuhur, Asr, dan Isya, diwajibkan membaca minimal satu ayat setelah membaca Al-Fatihah. Ayat ini dapat dipilih dari berbagai surah dalam Al-Quran, sesuai dengan kemampuan dan pilihan masing-masing individu. Kemudahan ini memberikan fleksibilitas bagi jamaah dalam memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
-
Ruku’ dan I’tidal: Gerakan ruku’ (menundukkan badan) dan i’tidal (bangun dari ruku’) merupakan bagian penting dari sholat yang mencerminkan sikap tunduk dan khusyuk kepada Allah SWT. Gerakan ini tidak hanya fisik, tetapi juga mengandung makna spiritual yang mendalam.
-
Sujud dan duduk di antara dua sujud: Sujud (menyembah sujud) dan duduk di antara dua sujud merupakan puncak dari khusyuk dalam sholat. Gerakan ini melambangkan ketundukan dan kerendahan hati di hadapan Allah SWT. Ketelitian dalam melakukan gerakan ini penting, namun Buya Yahya menekankan bahwa kesempurnaan gerakan fisik tidak lebih penting daripada niat dan kekhusyukan hati.
Buya Yahya secara tegas membantah anggapan bahwa sholat merupakan ibadah yang sulit. Beliau menjelaskan bahwa kesulitan dalam sholat seringkali disebabkan oleh kurangnya pemahaman yang benar tentang tata cara dan rukun sholat. Beliau menekankan bahwa Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan senantiasa memberikan kemudahan bagi hamba-Nya yang ingin beribadah.
Lebih lanjut, Buya Yahya menjelaskan solusi bagi mereka yang kesulitan menghafal Al-Fatihah atau ayat-ayat Al-Quran lainnya. Beliau menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan melihat mushaf (teks Al-Quran) diperbolehkan, bahkan lebih utama daripada membaca dengan hafalan bagi mereka yang memiliki kesulitan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa membaca dengan melihat mushaf melibatkan lebih banyak anggota tubuh dalam beribadah, seperti mata, tangan, dan pikiran. Dengan demikian, ibadah menjadi lebih sempurna dan bernilai.
"Pada hakikatnya membaca Al-Quran dengan melihat itu lebih bagus daripada hafalan," ungkap Buya Yahya. "Karena ketika seseorang menghafalkan ayat, yang beribadah hanyalah mulut dan telinga. Namun, ketika membaca langsung dari mushaf, mata juga ikut beribadah."
Penjelasan ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang kemudahan dalam menjalankan sholat. Buya Yahya menekankan bahwa tidak ada alasan bagi seseorang untuk meninggalkan sholat karena merasa kesulitan. Kesulitan tersebut, menurut beliau, seringkali disebabkan oleh kurangnya bimbingan dan pemahaman yang benar tentang ibadah sholat. Pernyataan ini juga menjadi kritik halus terhadap metode pengajaran agama yang mungkin terlalu menekankan hafalan tanpa memperhatikan kemampuan dan kondisi individu.
"Makanya, bila ada orang yang tidak bisa sholat, yang salah itu gurunya. Dan kalau ada orang yang susah melaksanakan sholat, yang salah lagi-lagi gurunya, sebab sholat sama sekali tidak susah," tegas Buya Yahya.
Pernyataan ini menyoroti pentingnya peran guru agama dalam memberikan pemahaman yang benar dan mudah dipahami tentang ibadah sholat. Guru agama memiliki tanggung jawab untuk membimbing para muridnya agar dapat menjalankan sholat dengan lancar dan khusyuk, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mereka harus mampu menyesuaikan metode pengajaran dengan kondisi dan kemampuan para murid, sehingga tidak ada lagi yang merasa kesulitan dalam menjalankan ibadah sholat.
Buya Yahya juga memberikan perhatian khusus kepada mereka yang mengalami kendala fisik, seperti orang tua yang sudah lanjut usia atau mereka yang memiliki keterbatasan fisik lainnya. Beliau menekankan pentingnya menjalankan sholat dengan cara yang semudah mungkin, sesuai dengan kemampuan fisik masing-masing. Hal ini menunjukkan betapa Islam adalah agama yang penuh rahmat dan kemudahan, yang senantiasa memberikan solusi bagi setiap hamba-Nya yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.
"Tetap melakukan sholat tapi dengan cara yang semudah-mudahnya," pungkas Buya Yahya.
Kesimpulannya, ceramah Buya Yahya ini memberikan pencerahan bagi umat Islam tentang kemudahan dalam menjalankan sholat. Beliau membantah anggapan bahwa sholat adalah ibadah yang sulit dan rumit, dengan menekankan hanya lima rukun wajib yang perlu dipenuhi. Beliau juga memberikan solusi bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Quran, dengan memperbolehkan membaca langsung dari mushaf. Lebih dari itu, ceramah ini juga menjadi kritik terhadap metode pengajaran agama yang kurang memperhatikan kemampuan dan kondisi individu, serta menekankan pentingnya peran guru agama dalam membimbing umat agar dapat menjalankan sholat dengan mudah dan khusyuk. Pesan utama yang disampaikan adalah bahwa Islam adalah agama yang penuh rahmat dan kemudahan, dan tidak ada alasan bagi siapapun untuk meninggalkan sholat karena merasa kesulitan.