ERAMADANI.COM, BALI – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kembangkan 244 desa wisata pada 2021. Di antara 244 desa wisata itu, ada 9 desa di Bali yang masuk dalam sasaran Kemenparekraf untuk kemudian dikembangkan.
Adapun komponen pariwisata Bali berharap kesembilan desa wisata itu dapat terarahkan menuju kategori pariwisata mandiri.
“Harus memenuhi beberapa kriteria,” kata Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Masyarakat Sadar Wisata (DPD MASATA) Bali, K Swabawa CHA, Minggu (7/2/21).
Sementara beberapa kriteria itu ialah sebagai berikut.
- Aksesabilitas
- Amenitas
- Atraksi yang memadai
- Pembangunan SDM yang kompeten
- Keterlibatan masyarakat lokal yang mendominasi desa wisata
- Memiliki sistem tata kelola desa wisata yang berkonsep industri, yakni pengelolaan usaha ekonomi yang memberi manfaat kesejahteraan masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes).
“Bukan investor,” tegas K Swabawa.
Selanjutnya K Swabawa mencontohkan Desa Wisata Taro, Tegalalalang, Gianyar.
Pada masa pandemi tahun lalu, wisatawan, khususnya wisatawan lokal tetap ramai mengunjungi Desa Wisata Taro.
Tidak hanya sebagai desa wisata, pengembangan pertanian organik lengkap dengan pengolahan kompos juga terdapat di Desa Wisata Taro
“Ini berorientasi pada environment sustainability,” pungkas K Swabawa.
Hal itu sejalan, lantaran desa wisata memang harus mengedepankan aspek usaha pelestarian alam, budaya, dan tradisi yang menjadi kearifkan lokal.
Melansir dari nusabali.com, 9 desa di Bali yang Kemenparekraf kembangkan ialah sebagai berikut.
1. Desa Wisata Pengelipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan/Kabupaten Bangli
2. Desa Wisata Undisan, Kecamatan Tembuku, Bangli
3. Desa Wisata Taro, Kecamatan Tegalalang, Gianyar
4. Desa Wisata Batubulan Kecamatan, Sukawati Gianyar
5. Desa Wisata Pemuteran Kecamatan Gerogak, Buleleng
6. Desa Wisata Banjar, Kecamatan Banjar Buleleng
7. Desa Wisata Belimbing Sari, Kecamatan Melaya, Jembrana
8. Desa Pakraman Jasri, Kelurahan Subagan, Karangasem
9. Desa Wisata Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung.
Sementara berdasarkan keterangan K Swabawa, pengembangan 244 desa wisata di seluruh Indonesia itu berdasarkan survei Asosiasi Desa Wisata (ASIDEWI). (ITM)