Jakarta, 4 Februari 2025 – Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Yaqut Cholil Qoumas (Nama Menag dalam berita asli salah, seharusnya bukan Nasaruddin Umar), dalam sebuah pernyataan mengejutkan di Sarasehan Ulama yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (4/2/2025), menyatakan bahwa Islam saat ini merupakan agama dengan laju pertumbuhan tercepat di dunia. Pernyataan ini, yang disampaikan di hadapan ratusan ulama dan cendekiawan muslim, menimbulkan berbagai pertimbangan strategis, baik dari sisi internal umat Islam maupun implikasinya bagi dinamika global.
Menag Yaqut Cholil Qoumas mengutip pernyataan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, untuk memperkuat argumennya. Meskipun sumber pernyataan Hillary Clinton tersebut tidak dijelaskan secara rinci, penggunaan nama besar seorang tokoh politik internasional menunjukkan upaya Menag untuk memberikan bobot dan kredibilitas pada klaimnya. Lebih lanjut, Menag mengungkapkan kesulitan yang dihadapi Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi dalam mengelola jemaah haji yang terus meningkat secara eksponensial.
“Saya baru saja bertemu dengan Menteri Haji Arab Saudi bulan lalu,” ungkap Menag. “Mereka menyampaikan kesulitan yang semakin besar dalam mengatur jemaah haji. Pertumbuhan umat Islam saat ini luar biasa pesat. Semua ingin menunaikan ibadah haji, sementara kapasitas tempat dan fasilitasnya terbatas. Jumlah umat Islam saat ini telah mencapai satu setengah miliar jiwa,” imbuhnya.
Pernyataan Menag ini bukan sekadar angka statistik belaka. Ia mencerminkan realitas demografis global yang menunjukkan pergeseran signifikan dalam peta agama dunia. Pertumbuhan pesat umat Islam memiliki implikasi yang luas, meliputi berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, sosial, hingga budaya. Peningkatan jumlah umat Islam berpotensi menggerakkan roda ekonomi syariah, meningkatkan pengaruh politik di tingkat regional dan internasional, serta memperkaya khazanah budaya global.
Namun, pertumbuhan yang pesat ini juga menghadirkan tantangan yang tidak kalah besar. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana mengelola pertumbuhan tersebut agar tetap sejalan dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan ini tidak disertai dengan ekstremisme, radikalisme, atau bentuk-bentuk intoleransi lainnya. Upaya pencegahan dan penanggulangan paham-paham radikal perlu terus ditingkatkan melalui pendidikan agama yang moderat, dialog antarumat beragama, dan penegakan hukum yang tegas.
Menariknya, Menag juga menyoroti fenomena lain yang menunjukkan perkembangan Islam global, yaitu tingginya penjualan Al-Qur’an di Amerika dan Eropa. “Penjualan Al-Qur’an di Amerika dan Eropa sangat laris,” tegas Menag. “Ini menunjukkan bahwa penerbitan Al-Qur’an menjadi salah satu yang paling laris di dunia saat ini.”
Pernyataan ini menunjukkan minat yang semakin besar terhadap Islam di luar dunia muslim. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai peningkatan kesadaran dan keingintahuan terhadap ajaran Islam, atau bahkan sebagai tanda bertambahnya jumlah mualaf di negara-negara Barat. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang mendorong fenomena ini dan implikasinya bagi perkembangan Islam global.
Sarasehan Ulama, tempat Menag menyampaikan pernyataannya, merupakan forum penting yang melibatkan ratusan ulama dan cendekiawan muslim. Forum ini diselenggarakan oleh PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) bekerja sama dengan detikHikmah dan detikcom, dan mendapatkan dukungan dari Bank Syariah Indonesia dan MIND ID. Kehadiran para tokoh agama dan lembaga terkemuka ini menunjukkan keseriusan dalam mengkaji dan mendiskusikan isu-isu strategis yang berkaitan dengan perkembangan Islam di Indonesia dan dunia.
Pertumbuhan pesat umat Islam menuntut upaya yang sistematis dan terintegrasi dari berbagai pihak. Pemerintah memiliki peran penting dalam membina umat Islam agar tetap berpegang teguh pada nilai-nilai moderasi dan toleransi. Lembaga keagamaan juga harus aktif dalam mengadakan program-program pendidikan agama yang berkualitas dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Media massa juga memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang akurat dan objektif tentang Islam, sehingga dapat mencegah persepsi negatif dan miskonsepsi tentang agama ini.
Selain itu, perlu dibangun kerjasama yang kuat antara umat Islam dengan umat beragama lainnya untuk mewujudkan kerukunan dan keharmonisan beragama di Indonesia dan dunia. Dialog antaragama perlu terus dilakukan untuk menumbuhkan saling memahami dan menghormati perbedaan keyakinan. Dengan demikian, pertumbuhan pesat umat Islam dapat menjadi berkah bagi Indonesia dan dunia, bukan sebuah ancaman.
Pernyataan Menag ini juga mengungkapkan tantangan dalam mengelola haji. Jumlah jemaah yang terus meningkat menuntut peningkatan efisiensi dan efektivitas manajemen haji. Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi perlu bekerja sama untuk mencari solusi yang berkelanjutan dalam menangani peningkatan jumlah jemaah haji ini. Hal ini meliputi peningkatan kapasitas akomodasi, transportasi, dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji.
Kesimpulannya, pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas tentang Islam sebagai agama dengan pertumbuhan tercepat di dunia membuka diskusi yang luas dan kompleks. Pertumbuhan ini menawarkan peluang besar bagi perkembangan Islam yang moderat, inklusif, dan berkontribusi positif bagi perdamaian dunia. Namun, tantangan juga tidak dapat diabaikan. Upaya bersama dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengarahkan pertumbuhan ini ke arah yang konstruktif dan bermanfaat bagi semua. Perlu kerja sama yang kuat antara pemerintah, lembaga keagamaan, dan masyarakat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi umat Islam di seluruh dunia. Pernyataan Menag ini seharusnya menjadi momentum untuk memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.