ERAMADANI.COM, LOMBOK TIMUR – Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan syariat-Nya yang berisi berbagai perintah dan larangan, hal itu demi kebaikan para hamba-Nya. Di antara syariat itu ialah tentang pengaruh rezeki halal bagi kehidupan manusia.
Apabila seorang hamba melanggar larangan, maka akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri. Begitu pun sebaliknya, apabila seorang hamba melaksanakan perintah-Nya, maka akan berdampak baik bagi dirinya sendiri.
Di antara perintah Allah kepada para hambanya adalah agar memakan rezeki yang baik-baik atau rezeki yang halal.
Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
Surah Al-Baqarah: 172
Sebagaimana rezeki haram memiliki dampak, rezeki halal pun memiliki pengaruh tertentu bagi konsumennya.
Pengaruh Besar Rezeki Halal bagi Kehidupan
Dilansir dari pengusahamuslim.com, berikut ini pengaruh besar rezeki halal bagi kehidupan menurut syariat Islam.
Pembangkit Semangat Amal Saleh
Allah berfirman:
“Wahai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Surah Al-Mukminun: 51
Ulama ahli tafsir, Imam Ibnu Katsir menjelaskan korelasi antara makanan halal dan amal saleh dalam ayat ini.
“Allah Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para Rasul alaihimussalam agar makan makanan halal dan beramal saleh. Disandingkan dua perintah ini mengisyaratkan bahwa makanan halal adalah pembangkit amal saleh. Dan sungguh mereka benar-benar menaati kedua perintah ini.”
Tafsir Ibnu Katsir 5/477
Menjadi Sebab Diterimanya Amalan
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Nabi bersabda:
“Wahai umat manusia! Sesungguhnya Allah itu baik, sehingga tidaklah akan menerima kecuali yang baik pula.”
Hadis Riwayat Muslim
Dalam hadis tersebut, selanjutnya Rasulullah menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan kaum muslimin dengan perintah yang Allah tujukan kepada para rasul, lantas Nabi membawakan Surah Al-Mukminun ayat 51.
Di akhir hadis tersebut, Nabi menceritakan kisah lelaki yang bepergian jauh hingga penampilannya kusut.
Lalu lelaki itu menegadahkan tangannya ke langit sambil berkata “Ya Rab, Ya Rab”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaianya haram, dan dahulu ia diberi makan dari makanan yang haram, Rasul pun mengomentari mana mungkin permohonannya dikabulkan.
Imam Ibnu Rajab memberikan penjelasan terkait hadis di atas dengan berkata:
“Pada hadits ini terdapat isyarat bahwa suatu amalan tidak diterima dan tidak berkembang kecuali dengan makanan halal. Dan sesungguhnya memakan makanan haram dapat merusak dan menjadikan amalan tidak diterima.”
Kitab Jamiul ‘Ulum wal Hikam
Ibnu Rajab melanjutkan, seusai Nabi bersabda Allah itu baik, dan tidak menerima kecuali yang baik pula, Nabi melanjutkan dengan membawakan firman yang memerintahkan orang beriman untuk memakan makanan halal, sebagaimana perintah Allah kepada para Rasul-Nya. (ERK)