ERAMADANI.COM – Awal Maret 2020, Indonesia telah menetapkan kasus pertama tentang virus Covid-19. Sampai saat ini, virus Covid-19 telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil sekali pun. Hingga kini, Indonesia masih terus berjuang untuk melawan dan memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Dengan jumlah tambahan kasus yang terus meningkat yaitu sebanyak 2.973 kasus per Selasa (3/11/2020), sehingga total kasus yang sudah ada sebanyak 418.375.
Pandemi ini sudah berlangsung selama 9 bulan dan selama itu pula telah banyak merugikan berbagai macam sektor kehidupan manusia, salah satunya yaitu sektor pendidikan.
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari virus Covid-19.
Di mana dalam hal ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah membuat kebijakan untuk Belajar dari Rumah (BDR) dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Meskipun demikian, dengan adanya kebijakan tersebut, banyak pro dan kontra yang muncul di kalangan para guru maupun para siswa.
Tidak hanya menjalankan tugas layaknya seorang guru dan murid.
Namun, di balik tanggung jawab tersebut ada kekurangan, kelemahan, dan juga beban yang mereka tanggung.
Kendala yang Dihadapi
Selain permasalahan pada jaringan internet, para guru dan siswa juga memiliki permasalahan Psikologis.
Jika dilihat dari sudut pandang guru, kesulitan yang dihadapi para guru yaitu para siswa yang biasanya bangun pagi untuk berangkat ke sekolah.
Sekarang dengan Kebijakan Belajar dari Rumah (BDR) para siswa sering terlambat untuk bangun dan melewatkan jam pelajaran tersebut.
“Hal ini yang membuat para pengajar sulit untuk di masa-masa seperti ini,” ucap Taufik Alamsyah, guru di salah satu SMA Negeri di Depok.
Sedangkan jika kita lihat dari sudut pandang murid, kesulitan yang mereka hadapi ialah materi pembelajaran yang kurang dapat dimengerti dan sulit diterima oleh para murid, serta sering terjadi kesalahpahaman antara guru maupun murid.
Dalam pengumpulan tugas, beberapa murid juga tidak mengumpulkan tugas secara tepat waktu.
Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yang dialami para murid.
Di antaranya yaitu waktu pengumpulan tugas yang diberikan oleh guru terlalu cepat, ada tugas-tugas lain yang perlu dikerjakan serta perlu dikumpulkan, dan erornya sistem saat pengumpulan tugas.
Meskipun demikian, beberapa guru memberikan toleransi kepada para murid dan tetap memberikan kesempatan untuk mengirimkan tugas tersebut.
Ketika salah satu murid ditanya mengenai pembelajaran online, mereka menjawab lebih senang dengan pembelajaran offline daripada online seperti ini.
“Kalo di rumah sering bosen sedangkan kalo offline bisa bertemu dengan teman dan kalo ada materi pembelajaran yang tidak dapat dimengerti dapat langsung ditanyakan kepada guru yang bersangkutan” ucap Puja Ramadhani, siswi kelas 3 di salah satu SMA Negeri di Depok.
Hal yang Perlu Dilakukan
Menjadi seorang guru tidak hanya memerlukan sikap sabar.
Akan tetapi, juga harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap para muridnya seperti yang disampaikan oleh Taufik Alamsyah.
Harapan
Meskipun tidak diketahui kapan pandemi ini akan berakhir.
Akan tetapi, para guru serta para murid terus mengharapkan yang terbaik dan bisa kembali normal seperti sedia kala.
“Jangan sampai kehilangan harapan di masa-masa seperti ini dan jangan berpikir ini sudah berakhir” tegas Taufik Alamsyah.
“Kita harus bisa melewati ini semua,” tambahnya.
Karena memang di situasi seperti ini, manusia saling membutuhkan dukungan baik dari keluarga, sahabat, teman, dan orang-orang di lingkungan kita.
Oleh: Fajrin Ramadanti Mahasiswi LSPR Communication and Business Institute