ERAMADANI.COM, JAKARTA – Dalam beberapa hari ini, Riset Drone Emprit menunjukkan terjadinya peningkatan percakapan soal Etnis Uighur di akun media sosial Twitter.
Meningkatnya perbincangan ini merupakan laporan the Wall Street Journal yang menduga China memberikankan dana untuk ‘membungkam’ sejumlah ormas Islam di Indonesia terkait Uighur.
Dugaan tersebut mengundang seruan netizen Indonesia untuk berkomentar, sekaligus ramai-ramai membuat tagar #IndonesiaStandsWithUyghur di Twitter.
Bahkan sejumlah tokoh dunia maupun netizen di medsos menyerukan protes dan kekecewaan terhadap perlakuan pemerintah negara tirai bambu itu.
Pengamat Ungkapkan Alasan Etnis Uighur di Perbincangkan
Ismail Fahmi selaku analis Drone Emprit mengatakan narasi terpopuler berasal dari cuitan pemain gelandang Arsenal yaitu Mesut Ozil di akun Twitter @MesutOzil1088 yang mendoakan etnis Muslim Uighur.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, kemudian laporan WSJ (the Wall Street Journal) yang ditulis pada Rabu (11/12/2019) lalu, berhasil membuat narasi ‘vocational training center‘
Atau pusat pelatihan kejuruan dan Uyghur ‘living a happy live’ atau menjalani hidup yang bahagia.
Drone Emprit pun juga mencatat sejumlah portal berita yang aktif memberitakan dugaan persekusi dan diskriminasi etnis Muslim Uighur di Xinjiang.
Seperti media yang aktif di tanah air meliputi CNN Indonesia, Moeslim Choice, Harian Aceh, dan Viva News, yang selalu mengupdate berita soal Uighur.
Topik yang Paling Banyak Diperbincangkan
Topik yang paling banyak dibicarakan di media online yaitu Muhammadiyah dan NU walaupun Muhammadiyah telah membantah disuap pemerintah China untuk tak menyerukan isu Uighur.
Akan tetapi masih hangat untuk di perbincangkan, atau menjadi buah bibir netizen di media sosial khususnya Twitter.
Ismail juga mengunggah laporan Drone Emprit setahun lalu, yang menunjukkan Muhammadiyah merupakan salah satu ormas yang paling ‘garang’ menyuarakan keadilan untuk etnis Muslim Uighur.
Untuk narasi yang dibangun saat itu adalah kekejaman kamp konsentrasi untuk menampung satu juta warga Uighur.
Serta diamnya dunia atas pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan beragama.
Sebenarnya dugaan persekusi dan diskriminasi etnis Uighur di Provinsi Xinjiang, China telah berlangsung cukup lama.
Pemerintah Tiongkok diduga menahan lebih dari satu juta etnis minoritas Muslim di kamp konsentrasi tersebut.
Namun, laporan penahanan sewenang-wenang itu mencuat setelah kelompok pegiat hak asasi manusia, Human Rights Watch, merilis laporan September 2018 lalu.
Selain itu, Pemerintah China dikabarkan melarang penduduk Uighur dan Muslim lainnya di Xinjiang untuk menjalankan ibadah puasa.
Larangan yang dibuat itu terutama berlaku bagi pegawai negeri sipil, guru, dan pelajar yang ada di Uighur.
Karena pemerintah Komunis China di Xinjiang menganggap Xinjiang sebagai daerah kelompok militan separatis tumbuh subur dan memicu kekacauan.
Masyarakat Uighur juga dilarang memberi nama anak-anak mereka dengan nama-nama Islam, termasuk nama ‘Muhammad’ dan ‘Medina’.
Pemerintah lokal juga diduga melarang penjualan makanan halal di penjuru wilayah itu sehingga mempersulit warga Uighur untuk mencari makanan. (MYR)