ERAMADANI.COM, JAKARTA – Edukasi pencegahan COVID-19 dan limbah medis dalam masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari Satgas COVID-19 berlangsung secara daring dalam Talkshow BNPB, Minggu (21/2/21).
Selain kedua hal itu, terdapat beberapa poin lainnya yang menjadi bahasan dalam acara tersebut.
Diketahui, virus dapat bertahan hidup sampai lima hari ketika menempel pada kaca maupun kayu.
Oleh karenanya, masyarakat harus membersihkan permukaan kaca atau kayu secara berkala.
Pemakaian Masker Medis dan Masker N95 pada Situasi yang Tepat
Sementara apabila seseorang hendak pergi ke tempat publik seperti mal hingga pasar, maka orang itu harus memakai masker medis.
“Sebaiknya kita pakai masker yang tiga lapis ini. Masker medis. Kenapa? Dia punya kemampuan untuk menyaring partikel virus itu 0.1-0.3 mikron antara 70-80 persen. Sementara kalau masker kain rata-rata antara 40-45 persen,” jelasnya.
Kemudian ia jelaskan pula fungsi 1 jenis masker lainnya yakni masker N95. Sementara masker jenis ini memiliki filtrasi paling baik.
“Kalau seseorang pakai N95 dia akan bisa saring virus yang partikelnya 0.1-0.3 mikron, itu lebih dari 95 persen. Itu makanya kalau kita ke rumah sakit, mengunjungi orang sakit, atau pergi ke daerah terkonfirmasi maka kita harus pakai N95 atau KN95 atau sejenisnya,” paparnya.
“Tapi kalau ke ruang publik di mana kita tahu virus itu circulating di antara kita, maka kita pakai masker medis,” sambungnya.
Memakai Masker dengan Tiga Lapisan
Melansir dari kumparan.com, Ketua Subbidang Penanganan Limbah Medis Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19, dr. Lia G Partakusuma mengatakan, agar masyarakat memakai masker yang memiliki tiga lapisan sesuai SNI.
Sementara akan lebih baik apabila juga terlapisi dengan masker kain.
Adapun CDC (Center for Disease Control and Prevention) adalah lembaga kesehatan masayarakat yang ada di AS.
Lembaga ini berada di bawah Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan AS.
Masker kain hanya mampu menyaring partikel lebih dari 3 mikron sebanyak 60-80 persen.
Sementara itu, masker medis mampu menyaring 80-95 persen dan daya saring masker N95 mencapai 99 persen.
Orang Positif COVID-19 Tidak Disarankan Pakai Masker Kain
Pasien positif COVID-19 tidak dapat menggunakan masker kain yang terpakai secara berulang, lantaran masker itu dapat menjadi media menularkan virus.
“Masker kain ini kalau dipakai yang kontak positif dan kemudian mereka konfirmasi apalagi PCR-nya positif, maka ini masker kain adalah infeksius. Jadi kita anjurkan merendam, dicuci kemudian dibuang,” jelas Alexander.
Orang yang telah ternyatakan positif COVID-19 lebih baik tidak menggunakan masker kain.
Tangan Harus Steril Saat Hendak Pakai Masker
Alexander juga menjelaskan, masker memiliki dua sisi: luar dan dalam.
Bagian dalam inilah yang bersentuhan langsung bagian tubuh manusia dan harus steril.
Apabila orang sering menurunkan masker, maka masker itu dapat terkena virus. Saat orang mengenakan masker itu lagi, virus dapat masuk melalui hidung maupun mulut.
Kasus itu juga berlaku untuk yang sering menurunkan masker ke dagu atau leher. Bagian leher yang tidak tertutup masker bisa jadi terdapat virus coronanya.
Cara Sikapi Limbah Masker
Terkait limbah masker, Alexander tidak menyarankan masyarakat membakar sendiri masker bekas pakai mereka.
Masker bekas pakai masuk kategori infeksius, khawatirnya saat membakar masker justru dapat menularkan virus di sana.
Terlebih bila wilayah tempat tinggalnya masuk zona merah yang berarti tingkat penularannya tinggi.
Alexander lebih menyarankan masyarakat cukup mengumpulkan saja masker bekas mereka dalam satu plastik. Lantas pihak RT dan RW mengumpulkan dari setiap rumah dan membawanya ke tempat pembakaran yang sesuai dengan standar.
Sementara itu, Lia mengatakan pembakaran mungkin dapat membunuh virus, tapi pembakaran massal secara mandiri oleh masyarakat dapat menimbulkan polusi udara yang membahayakan.
“Kalau misal 1-2 masker mungkin tidak apa, tapi kalau semua nanti setiap rumah membakar ini juga kurang baik tentunya akan menghasilkan polusi udara. Jadi akan banyak lagi gas dihasilkan karena pembakaran tidak sempurna pun akan buat polusi yang ganggu saluran pernapasan,” jelas Lia. (ITM)