ERAMADANI.COM, MANGUPURA – Sabtu (16/11/2019) kemarin, Komunitas Earth Hour Bali dan World Wild Fund for Nature (WWF) Bali adakan kegiatan ” Mangrove For Earth ” di Kampung Kepiting, Badung.
Peranan hutan bakau (mangrove) sangatlah penting, tidak hanya untuk penduduk atau masyarakat di sekitar bibir pantai, tapi juga untuk alam. Hutan bakau hanya bisa ditumbuhi oleh tanaman yang memang bisa bertahan dengan iklim atau kondisi laut yang berbatasan langsung dengan garis pantai.
Secara umum adanya mangrove memiliki fungsi diantaranya perlindungan pantai dan abrasi, penahan perembesan air asin ke daratan, tempat perlindungan. Selanjutnya juga menjadi perkembangbiakkan ikan dan hewan lainnya, serta mendukung pendapatan ekonomi Masyarakat, serta melindungi bencana alam.
Hal itu yang mendorong dua komunitas aktivis lingkungan ini gelar aksi Mangrove For Earth mulai pukul 07.30 wita hingga selesai.
Lokasi yang dipilih pun merupakan restoran yang membudidayakan mangrove di titik paling strategis di Badung. Yaitu tepat di bawah pintu masuk Tol Bali Mandara via Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Panitia pun menyiapkan sekurang-kurangnya 150 bibit pohon mangrove yang semuanya ditanam bersamaan dalam rangkaian kegiatan Mangrove For Earth tersebut.
Mangrove For Earth, Tanam Masa Depan Manusia
Acara ini mengambil momen “Hari Menanam Pohon”. Acara Mangrove for Earth didukung oleh Hotel Aston Denpasar dan Quest Hotel Denpasar. Komunitas yang hadir dalam acara menanam pohon mangrove antara lain bye-bye plastic, plastic bank dan Himasila FKP UNUD.
Para peserta yang hadir sebelumnya sudah diinfo oleh panitia penyelenggara untuk membawa pakaian ganti karena saat menanam pohon mangrove dipastikan rela bermandikan lumpur. Tumbler isi ulang air mineral juga diwajibkan untuk dibawa untuk mengurangi sampah botol plastik.
Usai menanam pohon mangrove dan bersih-bersih badan, para pesertra diajak duduk lesehan di pelataran Kampung Kepiting. Mereka mengikuti mendengarkan workshop dari kelompok nelayan wanasari kampung kepiting.
Materi yang disampaikan tentang sejarah dibentuknya kampung kepiting dan olahan produk dari mangrove.
Hanifa Miranda, salah satu anggota Earth Hour Bali mengatakan bahwa acara ini merupakan salah satu program kerja Earth Hour Bali untuk mengenalkan mangrove kepada masyarakat, khususnya anak muda
“Rata-rata peserta yang mengikuti mangrove for Earth sangat antusias belajar menanam mangrove dan mencoba produk olahan mangrove” ungkap mahasiswai Universitas Udayana ini.
Sambung Hanifa,” Saya berharap generasi muda di Bali bisa lebih aktif berkontribusi terhadap konaervasi dan pelestarian hutan mangrove” tutupnya. (HAD)