ERAMADANI.COM, JAKARTA – Jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju besutan Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin telah diumumkan, nama Jendral (Purn) Fachrul Razi tercatat sebagai Menteri Agama.
Sudah menjadi kebiasaan atau tradisi, menteri Agama Republik Indonesia selalu dari kalangan Politisi Ulama atau Akademisi Islam. Namun Presiden Jokowi mengejutkan beberapa pihak dengan menunjuk mantan wakil panglima TNI sebagai MENAG.
Fachrul Razi, Putra Aceh tersebut terproklamirkan sebagai menteri agama menggantikan Lukman Hakim Saifuddin yang telah menjabat menag dua periode sejak era Presiden SBY.
“Saya ditelpon pukul 22.00 WIB semalam diminta datang bertemu Presiden”, Ujar Fachrul Razi ketika pertama memasuki Istana Negara.
Sebagai menteri tertua di kabinet Indonesia Raya, Menag baru tersebut memiliki beberapa rekam jejak. Dirinya lulusan Akmil 1970 yang bergerak di bidang Infanteri. Uniknya belum ada rekam jejak Fachrul Razi di Bidang Agama.
Respons Sejumlah Pihak Atas Menteri Agama
Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsuddin yang juga mantan ketua umum PP Muhammadiyah turut mengicaukan komentar terkait Menag baru pilihan Jokowi.
“Tadi diberitakan Dewan Pertimbangan MUI mengkritisi kalau menteri agama baru akan memberantas Radikalisme, waduh.. sebut saja itu kementrian antiradikalisme”, Ujarnya di Kantor MUI Pusat, Menteng.
Din beranggapan bahwa harusnya kementrian agama berperan dalam membangun bangsa. Menjadi lembaga konstruktif yang menjaga dan meningkatkan kerukunan umat beragama, bukan berperang.
“Radikalisme bukan hanya di seputar keagamaan, kenapa tidak melawan radikalisme ekonomi misalnya, yang melakukan kekerasan permodal, menimbulkan kesenjangan, itu radikalisme ekonomi, atau kenapa tidak perangi radikalisme politik”. tambah Din Syamsuddin dilansir dari Okezone.
Tak hanya orang Muhammadiyah, Kyai Haji Robikin Emhas, Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PB Nahdlatul Ulama pun berang. Robikin meng-klaim banyaknya protes dari banyak kiai NU terkait penunjukan Fachrul Rozi.
“Banyak kiai dari berbagi daerah yang menyatakan kekecewaannya dengan nada protes”. Ujar Robikin.
Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan pun menyampaikan analisa bahwa menteri agama terbaru tersebut ialah orang pegangannya Luhut Binsar Pandjaitan.
Status FB Aktivis NU
Dosen Antropologi King Fahd Fahd Patroleum University yang juga Aktivis NU, Sumanto Al Qurtuby pun terang-terangan menyampaikan protesnya melalui sosial media. Berikut yang ditulisnya:
NU “Dikadali” Jokowi?
Jokowi sudah mengumumkan nama-nama kabinet jilid 2-nya. Saya perhatikan barisan kabinet kali ini diisi atau didominasi oleh kalangan politisi, pengusaha, praktisi, dan tentara/polisi. Yang menarik, kabinet sekarang tidak ada yang dianggap sebagai “representasi NU” atau kalangan santri/pesantren.
Ida Fauziyah (Menaker) dan Abdul Halim Iskandar (PDT) dianggap sebagai “representasi” Cak Imin (atau PKB), bukan NU. Oleh kalangan struktural NU, Mahfud MD sudah lama dianggap “bukan NU” atau “tidak cukup NU” atau “tidak memiliki komitmen terhadap NU”.
Yang menarik adalah posisi Menag yang selama ini hampir dipastikan dipegang oleh “kader” NU tapi kini jatuh ke tangan seorang mantan jenderal Fachrul Razi yang, maaf, tidak jelas wawasan dan keilmuan keagamaannya hingga beredar “meme” di lingkungan NU: “Dibutuhkan pembimbing agama untuk Menteri Agama”.
Fazhrul Razi dikenal sebagai “ahli strategi militer”. Lalu, mau ngapain di Kemenag? Mengatur strategi perang melawan “radikalisme Islam”? Sarang kelompok Islamis radikal bukan di Kemenag tapi di Diknas, BUMN, Kominfo, Kemenpan, atau mungkin Kemenhan. Kemenag isinya para santri atau sarjana Islam moderat IAIN/UIN yang justru selama ini berperang melawan kelompok “Islam radikal”.
Sangat disayangkan kalau NU diabaikan alias “dicuekin” oleh Jokowi, Mega dan “lingkaran dalam” mereka. Padahal NU-lah yang selama ini menjadi “bamper,” “kopral” dan pejuang melawan barisan kadrun dan mugrun. NU-lah yang sering memobilisasi massa menghadang mereka. NU-lah juga yang sering menggelar istigatsah kubro besar-besaran membela Jokowi. NU juga yang melakukan “perang dalil” dan “perang pemikiran” melawan kelompok idiologis Islamis seperti HTI dan lainnya.
Pengaruh NU
Kenapa NU? Karena NU-lah yang memiliki masa besar yang bisa menandingi mereka. Muhammadiyah juga punya massa tapi tak pernah memobilisasi massa untuk urusan ini. Pula. karena hanya para kader NU yang bisa “perang dalil” dan “perang kitab” dengan mereka. Yang lain nggak ada. Muhammadiyah sekalipun. Bidang Muhammadiyah lain. Bukan soal beginian. Bahkan banyak kader Muhammadiyah yang sudah “bermimikri” menjadi kadrun atau setengah kadrun. Jika Muhammadiyah saja nggak bisa apalagi “banteng”, pengusaha, tentara, politisi, dan polisi.
Semoga NU tidak kecewa dan tetap ikhlas dengan susunan kabinet ini, meskipun sudah habis-habisan membela Jokowi, meskipun sepertinya hanya dijadikan sebagai pendorong “truk mogok”, dan kalau truk sudah jalan, mereka ditinggal atau sebagai “tangga” (menggapai kekuasaan) dan “pion” (melawan “Islamis militan”) saja. Bahkan dijadikannya Kiai Ma’ruf sebagai cawapres pun dianggap sebagai bagian dari “sasaran antara”, “tangga” dan “pion” ini.
Semoga NU tetap eksis membela Tanah Air, meskipun tak mendapat “jatah” menteri. Saya gak bisa membayangkan kalau kader-kader NU: para ulama dan kiai pesantren ngambek dan mogok tak mau lagi “berperang” melawan kelompok Islamis radikal di Indonesia.
PS: sampai TS ini ditulis, saya perhatikan WAG-WAG para elit, kader, sarjana, dan aktivis NU masih diam, belum merespons tentang susunan kabinet ini (mungkin mereka lagi ngopi atau udud?😊
Jabal Dhahran, Jazirah Arabia – Status FB Sumanto Al Qurtuby.
Penyampaian Sang Menteri
Sebagai Menteri Agama yang baru, Fachrul Rozi pun menyampaikan beberapa ungkapan atas pengangkatan dirinya sebagai memnnteri agama.
“Saya kan bukan menteri agama Islam, saya menteri agama Republik Indonesia yang di dalamnya ada lima agama”, Sampainya usai dilantik.
Mantan Jenderal tersebut membela dirinya meski tidak berlatar belakang Islam, namun mengaku sering menjadi khatib (penceramah) dalam ibadah.
Dia bertekad dengan jabatannya saat ini untuk menjaga komunikasi dengan para kiai maupun pemuka agama lainnya, tak terkecuali ormas Islam. serta menggencarkan program deradikalisasi.
Bagaimanapun situasinya, kita semua berharap agar susuna kabinet bentukan Presiden terpilih 2019-2024 dan jajarannya bisa menjadi penguat perdamaian Negara Kesatuan Republik Indonesia hari ini kedepan. (RAB)