ERAMADANI.COM, MELBOURNE – Mencari pekerjaan dan menemukan yang sesuai harapan pasti jadi impian banyak orang. Namun rupanya hal tersebut bukanlah hal yang mudah bagi Imigran Muslim di Australia.
Dilansir dari JPNN, sebuah penelitian yang di lakukan oleh Deakin University menemukan fakta bahwa sebagian Muslim di Australia kesulitan mendapatkan pekerjaan. Meski tingkat penguasaan bahasa Inggris mereka sangat baik.
Umumnya para migran muda membekali diri mereka dengan kemampuan bahasa Inggris. Hal itu dilakukan dengan praktek maupun mengikuti kursus untuk memudahkan mereka berkomunikasi. Dilanjutkan dengan mencari pekerjaan.
Namun tingkat mereka yang diterima kerja masih minim. Salah satu peneliti, Dr. Cahit Guven, belum memberikan penjelasan pasti mengenai hal itu.
“Umumnya imigran non-muslim yang punya kemampuan bahasa Inggris lebih baik akan lebih mudah mendapat pekerjaan” menurut Dr. Guven dalam kutipannya di SBS News.
“Namun ternyata kesimpulan tersebut tidak berlaku bagi para imigran Muslim”, tambahnya.
Kemampuan Bahasa Inggris Tak Menjamin Mudahnya Mencari Pekerjaan
Data perbandingan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tak ada perbedaan signifikan antara imigran Muslim yang ahli berbahasa Inggris dengan yang tidak bisa bahasa Inggris.
Masih Ada Imbas Islamophobia
Beberapa tokoh Muslim menganggap bahwa diskriminasi masih berlaku secara tidak sadar di Australia dalam hal penerimaan kerja.
Manajer Umum Dewan Islam, Victoria Ayman Islam, mengatakan faktor lain seperti misalnya Islamophobia yang mungkin masih berpengaruh.
“Kita sudah mengetahui adanya contoh diskriminasi yang tidak disadari dalam proses penerimaan pegawai. Memang belum banyak penelitian yang dilakukan namun kita sudah melihat beberapa buktinya.” Ucap Islam.
“Ini khususnya banyak terjadi terhadap warga perempuan, dengan melihat bagaimana mereka berpakaian, melihat namanya, dan juga melihat foto dalam surat lamaran.” Imbuhnya
Salah satu yang mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang diingininya adalah Yousuf Karimi.
Beliau merupakan imigran yang pindah dari Afghanistan ke Australia di tahun 2007, tepat saat ia berusia 17 tahun.
Ketika tiba, prioritas utamanya adalah meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Dilanjutkan dengan meraih mimpinya untuk menjadi orang pertama dalam keluarganya yang mengenyam pendidikan universitas.
Karimi kemudian menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di bidang arsitektur dari salah satu universitas ternama di Melbourne pada akhir tahun 2018.
Sementara hampir semua teman kuliahnya sekarang sudah bekerja di bidang berkenaan dengan arsitektur, Karimi bahkan belum mendapatkan kesempatan wawancara swalau sudah ajukan lamaran sebanyak 50 kali.
Sementara saat ini ia bekerja menjadi pegawai toko.
“Ini sangat mengecewakan. Khususnya ketika kita mendapatkan begitu banyak penolakan,” katanya. (IAA)