ERAMADANI.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo memberi himbauan kepada masyarakat untuk beranjak dari euforia pemilihan umum 2019. Ia meminta masyarakat untuk menunggu hasil pemungutan suara secara resmi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa pemilu kali ini di warnai beberapa kejadian menyedihkan. Di mana lebih dari 20 orang KPPS yang tersebar meninggal dunia. Oleh karena itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) berpendapat agar diadakan evaluasi terhadap pemilu serentak.
Mengundang Empati MUI
Di lansir dari VIVA news, melalui Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa’adi, MUI menyatakan pendapatnya.
“Tidak kurang dari 31 orang anggota KPPS (kelompok penyelenggara pemungutan suara) meninggal dunia, jumlah tersebut masih dinamis karena belum seluruhnya dilaporkan,” ujar Wakil Ketua Umum MUI, Zainut Tauhid Sa’adi di Jakarta, Senin, 22 April 2019.
Beliau juga menjelaskan, selain persiapan logistik juga harus menyiapkan sumber daya manusia nya. Karena terlalu banyak surat suara yang di berikan, masyarakat Juga banyak yang tidak mencoblos surat suara tersebut. Juga karena banyaknya jenis surat suara membuat perhitungan suara berlangsung lebih dari 12 jam. Sehingga banyak petugas pemungutan suara yang kelelahan.
Dorongan MUI tersebut juga dikarenakan banyaknya keluhan masyarakat, bahwa banyak kertas suara yang rusak atau tidak dicoblos oleh pemilih, dan banyaknya kertas suara yang diterima.
Selain itu MUI juga mengungkapkan rasa bela sungkawa kepada keluarga KPPS atau PPS yang meninggal saat menjalankan tugas di kpu.
Sebelumnya telah banyak beredar kabar di masyarakat tentang banyaknya korban yang bertumbangan di beberapa lokasi Pemilu. Salah satunya di Jawa Barat.
“Sejauh ini ada sekitar 10 orang (meninggal). Ini laporan dari petugas KPPS dari lima kota-kabupaten,” ucap Ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok di kantor KPU Jabar, Kota Bandung, Jawa Barat. (IAA)